Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi kasus COVID-19 (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Ilustrasi kasus COVID-19 (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Bandar Lampung, IDN Times - Tenaga kesehatan menjadi garda terdepan menyelamatkan pasien COVID-19. Meski sudah mengenakan alat perlindungan diri (APD) lengkap, faktanya tenaga kesehatan juga manusia biasa yang bisa lemah hingga virus COVID-19 merenggut nyawanya.

Berdasarkan catatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Lampung, selama 2021 ini ada enam dokter gugur akibat terinfeksi COVID-19. Lima di antaranya meninggal di bulan Juli.

1. Daftar dokter gugur di bulan Juli

Dokter Hu Weifeng meninggal karena COVID-19 (Website/english.cctv.com)

Berdasarkan catatan IDI Lampung, lima dokter yang gugur di bulan Juli akibat COVID-19 yakni dr Sri Haryati merupakan Ketua IDI Cabang Lampung Utara.

Kemudian, Prof dr Muhartono adalah pengurus IDI Wilayah dan IDI Cabang Metro, dr Ananda Prabowo dari Lampung Tengah, dr Sutomo Hendra dari Lampung Selatan dan dr Aswedi Putra dari Bandar Lampung.

2. Dokter sering lupa mengukur kemampuan

ilustrasi konsultasi dokter (IDN Times/Mardya Shakti)

Wakil Ketua IDI Provinsi Lampung, dr Boy Zaghlul Zaini mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan dokter terpapar virus COVID-19. Apalagi jika melihat jam kerja yang begitu padat, sebab beberapa dokter tidak hanya tugas di satu rumah sakit. Melainkan bisa sampai tiga rumah sakit.

"Kalau jarak antar rumah sakit cukup jauh, ditambah dokter juga harus nyetir sendiri belum lagi sudah ditelepon kalau pasien kritis itu juga jadi pemicu stres. Kalau stres, capek terus imun turun virus mudah masuk," kata dr Boy.

Menurutnya, terkadang dokter tidak mengukur kemampuan dirinya. Sehingga terlalu mengambil banyak praktik sementara kondisi kesehatan sudah tidak begitu kuat.

3. IDI sudah memberi imbauan cara praktik sehat

Ilustrasi Dokter Gigi di Tengah Pandemik COVID-19 (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Dr Boy menjelaskan, IDI sudah memberi imbauan bagi dokter berusia 60 tahun ke atas agar tidak mengambil praktik atau jika memang ingin, bisa melalui online. Alternatif lainnya dokter bisa membimbing koas secara online.

"Kalau dokter masih muda dan praktik, tolong dijaga imunitasnya, jangan stres. Waktunya makan ya makan. Kadang tanggung, operasi masih dua lagi nanti aja makan siang jam 4. Jadi sebenernya sudah ada anjuran dari IDI praktei yang sehat dan baik itu seperti apa," paparnya.

4. Jiwa sosial tinggi, dokter sering lupa diri sendiri

ilustrasi pasien COVID-19 berhasil sembuh (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Menurutnya seorang dokter seharusnya mengerti bagaimana melindungi dirinya sendiri. Namun pihaknya juga tak menampik, jiwa sosial yang begitu tinggi membuat dokter tak peduli dengan kondisi diri sendiri.

"Walau pun capek dia tetap merawat pasien. Tapi karena jiwa sosialnya tinggi jadi lupa nolong diri sendiri. Padahal ada di sumpah dokter itu wajib menyehatkan dirinya sebelum menolong orang lain," terangnya.

Dr Boy mengimbau supaya para dokter mengurangi jadwal praktik sesuai kondisi kesehatan. Selain itu juga menghindari kegiatan yang berpotensi terpapar virus, seperti menghadiri acara keluarga di luar daerah atau kegiatan kerumunan lainnya.

Editorial Team