Illustrasi Pelayanan (Pexel/Yan Krukau)
Menurut kerangka kerja dari UNICEF, kata Prof Sarono, status gizi seseorang ditentukan oleh banyak faktor. Mulai dari asupan makanan yang kurang memadai dan penyakit infeksi, hingga faktor tidak langsung seperti pola asuh, ketahanan pangan keluarga, serta akses terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, dan sanitasi.
"Faktor penyebab mendasar seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, ketimpangan gender, dan kebijakan publik yang belum optimal turut memperparah kondisi," katanya.
Namun di sisi lain, lanjutnya, tantangan yang tak kalah serius adalah belum meratanya tenaga gizi yang kompeten, terutama di luar wilayah perkotaan. Karena itu, menurutnya kebutuhan terhadap tenaga kesehatan dengan kompetensi gizi klinis semakin mendesak.
"Polinela optimistis bahwa Prodi Gizi Klinis akan menjadi salah satu program unggulan. Dengan kurikulum adaptif dan tim pengajar yang mumpuni, lulusan nantinya diharapkan memiliki daya saing tinggi dan mampu menjawab berbagai tantangan zaman, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional," harapnya.