“Sekarang gini ya, mau milih siapa pun, pernah tah nasib transpuan diperjuangkan? Kaya kita pemilik usaha kecil gini, ada tah yang mau mikirin? Sedangkan kalau kita mangkal cari duit, kita disalahin”.
Kalimat itu diucapkan AG sambil tersenyum getir dan nada suara bergetar menggambarkan perasaan kesalnya karena nasib transpuan masih terpinggirkan.
Kekesalan itu makin terpancar dari raut wajahnya saat mengingat pendataan penduduk dari kelurahan menjanjikan akan mendapat bantuan. Namun, sejak salonnya berdiri pada 1990 hingga saat ini, bantuan tersebut tak kunjung datang. AG berkesimpulan, terpilihnya pemimpin saat Pemilihan Umum (Pemilu) tak akan memberikan dampak apa pun pada kelompok transpuan.
Meski memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektronik, AG tetap enggan memberikan hak suaranya saat Pemilu. Tak hanya soal kesejahteraan ekonomi saja, stigma dari masyarakat dengan penampilannya yang lebih feminin juga jadi trauma tersendiri untuk berbaur dengan masyarakat.
Meski tak pernah mempermasalahkan saat ada yang memanggilnya banci atau bencong, namun transpuan kelahiran Yogyakarta itu jadi tak percaya diri mengekspresikan penampilannya.
“Sekarang mau dandan kaya apa juga orang ngeliat gua bukan perempuan tapi kaya perempuan. Makanya, gua waktu ngurus KTP ke Disdukcapil ya pakai pakaian biasa aja. Bahkan udah pakai baju laki-laki aja, orang-orang tetep nyebut gua banci. Tapi gua yakin, suatu saat kalau toh karma itu berlaku buat mereka sendiri, biar mereka tau, seperti apa rasanya punya anak seperti ini,” ujar AG saat ditemui IDN Times di salon miliknya yang berada di tengah pemukiman warga Kota Bandar Lampung.
Kini AG tak lagi peduli jika ada pendataan penduduk terkait pemberian bantuan. Apalagi tidak adanya peran pemerintah untuk merangkul transpuan dalam mendapat pekerjaan atau memberikan pelatihan, semakin memantapkan keputusannya untuk golput.
“Seneng susah gua yang ngejalanin kok. Kaya sekarang salon gua sepi, harus bayar koperasi tiap hari, ada tah mereka mikirin gua punya duit apa enggak? Jadi ngapain milih, mending gua golput. Kalau nasib transpuan ini dipeduliin, gua kerahin banci-banci itu buat milih,” ujarnya sembari menyesap kopi yang tinggal ampasnya.
