Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
 Institut Teknologi Sumatera (Itera) Membantu Petani Singkong Lampung Agar Lewat Inovasi Produksi Tepung Mocaf di Desa Mekar Karya, Kecamatan Waway Karya, Kab.Lampung Timur
Institut Teknologi Sumatera (Itera) Membantu Petani Singkong Lampung Agar Lewat Inovasi Produksi Tepung Mocaf di Desa Mekar Karya, Kecamatan Waway Karya, Kab.Lampung Timur (Dok.Itera)

Intinya sih...

  • Teknologi membantu petani menghasilkan produk bernilai tinggi

  • Itera mendorong inovasi pengelolaan limbah singkong

  • Petani singkong dihadapi realitas getir, namun berkat Itera, mereka memiliki harapan baru

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lampung Timur, IDN Times - Institut Teknologi Sumatera (Itera) membantu petani Lampung agar lebih sejahtera lewat inovasi teknologi tepat guna. Salah satunya dengan mengubah cara pandang terhadap singkong, komoditas yang selama ini dianggap bernilai rendah, menjadi peluang ekonomi menjanjikan melalui produk Modified Cassava Flour atau Mocaf.

Langkah nyata itu terlihat di Desa Mekar Karya, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur. Desa ini kini menjadi desa binaan sekaligus proyek percontohan Itera untuk produksi tepung mocaf berbasis usaha rumah tangga.

Lewat pendampingan intensif, Itera mendorong masyarakat agar tak lagi menjual singkong mentah, melainkan mengolahnya menjadi produk siap jual dengan nilai tambah tinggi.

1. Teknologi membantu petani mampu menghasilkan produk bernilai tinggi

Institut Teknologi Sumatera (Itera) Membantu Petani Singkong Lampung Agar Lewat Inovasi Produksi Tepung Mocaf di Desa Mekar Karya, Kecamatan Waway Karya, Kab.Lampung Timur (Dok.Itera)

Rektor Itera, I Nyoman Pugeg Aryantha, bersama Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Itera, Muhammad Fatikul Arif, meninjau langsung proses produksi tepung mocaf di desa tersebut. Dalam kunjungan itu, mereka didampingi dosen Itera Wafi Adizara Muzakki dan Yasin Siregar, melihat perkembangan usaha warga setempat bernama Sabto Wibowo yang kini memproduksi mocaf secara mandiri.

“Perguruan tinggi punya tanggung jawab moral dan ilmiah untuk memberdayakan masyarakat lewat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan mocaf ini adalah langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah singkong Lampung,” ujar Nyoman.

Ia mengatakan, ingin masyarakat lebih mandiri dan inovatif. Untuk itu, Itera hadir membawa sentuhan teknologi agar petani mampu menghasilkan produk bernilai tinggi seperti tepung mocaf.

2. Itera juga mendorong inovasi pengelolaan limbah singkong

Institut Teknologi Sumatera (Itera) Membantu Petani Singkong Lampung Agar Lewat Inovasi Produksi Tepung Mocaf di Desa Mekar Karya, Kecamatan Waway Karya, Kab.Lampung Timur (Dok.Itera)

Dalam kunjungan tersebut, rektor juga meninjau berbagai peralatan bantuan Itera yang digunakan warga, mulai dari mesin pengering singkong hingga teknologi fermentasi. Menurutnya, penggunaan alat modern penting untuk menjaga efisiensi dan higienitas di setiap tahap produksi, mulai dari pengeringan, pemotongan, sampai pengemasan.

“Semua proses harus berbasis teknologi agar hasilnya konsisten, efisien, dan higienis,” tegasnya.

Tak hanya fokus pada produksi, Nyoman menegaskan, Itera juga mendorong inovasi pengelolaan limbah singkong. Kulit singkong, misalnya, dapat diolah menjadi cairan pemadam kebakaran, sementara limbah cair hasil rendaman bisa dijadikan prebiotik untuk pakan ternak.

“Kami ingin menjadikan program ini sebagai pilot project yang akan kami sampaikan kepada gubernur Lampung agar pemerintah daerah bisa ikut memperkuat rantai bisnisnya. Dengan begitu, petani benar-benar bisa merasakan kesejahteraan dari hasil inovasi ini,” jelas rektor.

3. Realitas getir dihadapi petani singkong

Institut Teknologi Sumatera (Itera) Membantu Petani Singkong Lampung Agar Lewat Inovasi Produksi Tepung Mocaf di Desa Mekar Karya, Kecamatan Waway Karya, Kab.Lampung Timur (Dok.Itera)

Di sisi lain, Sabto Wibowo, petani asal Desa Mekar Karya, menyampaikan realitas getir yang selama ini dihadapi petani singkong. Harga jual singkong saat ini hanya sekitar Rp900 per kilogram.

Sementara sistem pemotongan di pabrik penampung bisa mencapai 45 persen dari total berat. “Dengan harga dan sistem seperti itu, petani tidak pernah untung,” keluhnya.

Namun, berkat pendampingan Itera, Sabto kini punya harapan baru. Ia mulai memproduksi tepung mocaf secara mandiri dan bahkan menerima pasokan singkong dari petani lain untuk diolah, meski dalam jumlah terbatas.

“Hadirnya Itera memberi angin segar bagi kami. Hasil olahan mocaf ini jauh lebih menjanjikan. Kami hanya berharap pemerintah ikut membantu membuka pasar agar produk mocaf bisa terserap lebih luas,” ujarnya penuh harap.

Sementara itu, mahasiswa Itera, Muhammad Ujianto Trepsilo, yang terlibat dalam pengembangan usaha mocaf, menuturkan pendampingan ini sudah berjalan sejak 2024 melalui berbagai program seperti Program Penguatan Kapasitas (PPK) Ormawa, KKN tematik, hingga Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Berbasis Desa Binaan (PKM-PDB).

“Produk mocaf masih baru bagi masyarakat, jadi tantangan terbesarnya adalah pemasaran dan peningkatan kualitas produksi,” jelasnya.

Meski begitu, ia yakin kerja sama antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat ini bisa menjadi model pengabdian kampus yang berdampak langsung bagi kesejahteraan petani.

“Kami berterima kasih kepada Itera dan bapak rektor yang telah hadir langsung memberi pendampingan. Semoga kegiatan ini bisa jadi solusi nyata bagi petani singkong dan menjadi contoh bagi daerah lain,” imbuhnya

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team