Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Kemiskinan (Pexel/hitesh choudhary)
Ilustrasi Kemiskinan (Pexel/hitesh choudhary)

Intinya sih...

  • Jumlah anggota rumah tangga miskin di Lampung rata-rata lebih banyak, yaitu 4,61 orang per keluarga.

  • Pendidikan kepala rumah tangga miskin masih rendah dengan rata-rata lama sekolah hanya 7,14 tahun.

  • Mayoritas rumah tangga miskin bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber penghasilan utama, mencapai 65,51 persen.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Provinsi Lampung masih menghadapi tantangan serius menekan angka kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat sejumlah karakteristik rumah tangga miskin yang cukup berbeda dibanding rumah tangga tidak miskin.

Mulai dari jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala rumah tangga, hingga sumber mata pencaharian, semuanya memperlihatkan kondisi khas dan menjadi gambaran nyata kesejahteraan masyarakat.

Melalui data tersebut, kamu bisa melihat lebih jelas faktor-faktor yang membuat keluarga miskin semakin rentan. Misalnya, banyaknya jumlah anggota keluarga, rendahnya pendidikan, serta ketergantungan pada sektor pertanian yang penghasilannya tidak selalu stabil.

1. Jumlah anggota rumah tangga lebih banyak

Ilustrasi Kemiskinan (Pexel/Timur Weber)

Berdasarkan data BPS Lampung, salah satu ciri rumah tangga miskin di Lampung adalah jumlah anggota keluarga yang lebih banyak dibanding rumah tangga tidak miskin. Rata-rata, rumah tangga miskin memiliki 4,61 orang per keluarga.

Sedangkan rumah tangga tidak miskin hanya sekitar 3,79 orang. Perbedaan ini cukup signifikan karena semakin banyak anggota keluarga, semakin besar pula beban ekonomi yang harus ditanggung.

Kondisi ini juga menjelaskan mengapa banyak rumah tangga miskin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah anggota rumah tangga yang besar membuat alokasi pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, dan konsumsi semakin terbatas. Hal ini menjadi salah satu faktor penting yang membuat keluarga miskin sulit keluar dari jerat kemiskinan.

2. Pendidikan kepala rumah tangga masih rendah

Ilustrasi Kemiskinan (Pexel/Javad Esmaeili)

Faktor pendidikan menjadi salah satu pembeda utama antara rumah tangga miskin dan tidak miskin di Lampung. Rata-rata lama sekolah kepala rumah tangga miskin hanya 7,14 tahun, atau setara dengan tingkat SMP kelas 1.

Sementara itu, kepala rumah tangga tidak miskin memiliki rata-rata lama sekolah lebih tinggi, yakni 8,30 tahun. Jika dilihat dari tingkat pendidikan formal, sebagian besar kepala rumah tangga miskin hanya lulusan SD sebanyak 35,04 persen, sementara yang tidak tamat SD mencapai 19,06 persen.

Hanya sekitar 1,64 persen kepala rumah tangga miskin yang berhasil mencapai pendidikan tinggi (perguruan tinggi). Sebaliknya, pada kelompok rumah tangga tidak miskin, lulusan SMA dan perguruan tinggi lebih dominan, masing-masing mencapai 27,95 persen dan 7,08 persen.

Perbedaan tingkat pendidikan ini menunjukkan akses pendidikan lebih tinggi berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dengan pendidikan yang lebih baik, peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan layak juga semakin terbuka.

3. Sumber penghasilan didominasi sektor pertanian

Ilustrasi Kemiskinan (Pexel/Maksim Romashkin)

Mayoritas rumah tangga miskin di Lampung menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Data BPS mencatat 65,51 persen rumah tangga miskin bergantung pada pertanian sebagai sumber penghasilan utama.

Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rumah tangga tidak miskin yang hanya sekitar 51,55 persen. Selain pertanian, sumber penghasilan lain bagi rumah tangga miskin berasal dari sektor industri sebesar 5,07 persen dan kategori lainnya seperti perdagangan atau jasa 23,05 persen.

Bahkan, masih ada sekitar 6,38 persen rumah tangga miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dominasi pertanian sebagai sumber penghasilan menunjukkan banyak keluarga miskin masih berada pada sektor ekonomi tradisional dengan pendapatan tidak stabil.

Ketergantungan pada pertanian membuat rumah tangga miskin sangat rentan terhadap fluktuasi harga komoditas dan kondisi cuaca tidak menentu.

4. Usia dan peran kepala rumah tangga

Ilustrasi Kemiskinan (Pexel/Mirza Sifat Ahmed)

Selain jumlah anggota dan pendidikan, faktor usia dan jenis kelamin, kepala rumah tangga juga menjadi indikator yang diamati. Rata-rata usia kepala rumah tangga miskin di Lampung adalah 49,23 tahun, sedikit lebih rendah dibanding rumah tangga tidak miskin yang mencapai 50,15 tahun.

Dari sisi gender, persentase kepala rumah tangga wanita dalam kelompok miskin tercatat 7,41 persen, sedikit lebih rendah dibanding kelompok tidak miskin yang mencapai 8,31 persen. Data ini menunjukkan sebagian besar kepala rumah tangga di Lampung masih didominasi oleh laki-laki, baik pada kelompok miskin maupun tidak miskin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team