Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Bandar Lampung, IDN Times - Bupati Pringsewu Sujadi meresmikan Pekon Lugusari Kecamatan Pagelaran sebagai Desa Model Gerbang Ikan Desa sekaligus meluncurkan aplikasi gerbang ikan desa di wisata Ledeng Pendem (Lependem) Belanda Pekon Lugusari, Rabu (27/10/2021).

Sujadi mengatakan, penetapan aplikasi gerbang ikan desa sebagai sarana pendukung dan sumber informasi bagi para pelaku sentra perikanan untuk mengembangkan usahanya.

“Dengan adanya sistem dan aplikasi ini saya berharap menjadi suatu program pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan,” kata Sujadi, Rabu (27/10/2021).

1. Pernah mendapat kunjungan duta besar berbagai negara

Ilustrasi bambu sebagai tanda masuk kawasan Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. (IDN Times/Istimewa).

Sujadi menyampaikan, untuk mempercepat upaya program tersebut perlu dukungan dari semua pihak khususnya dari Kementerian, Pemerintah Provinsi Lampung, dan stakeholder.

"Karena desa ini sudah dikenal sebagai sentra budidaya ikan air tawar. Pada 2018, Pekon Lugusari menerima kunjungan delapan Duta Besar dari berbagai negara. Makannya terpilih sebagai desa model. Harapannya bisa jadi contoh bagi pekon-pekon lain," terangnya.

2. Konsumsi ikan masih rendah

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Kepala Dinas Perikanan Pringsewu, Debi menyampaikan, Kabupaten Pringsewu, memiliki potensi budidaya ikan air tawar sebanyak 1.070,22 hektare (ha) dengan pemanfaatan 519,35 Ha atau 49 persen dari berbagai macam komoditas ikan. Untuk produksi ikan lele mencapai 40 persen dari total produksi ikan pada tahun 2020 mencapai 11.777,36 Ton.

Namun Debi menyayangkan potensi dan produksi tersebut belum diiringi peningkatan produksi dan konsumsi ikan.

"Saat ini  baru mencapai 27,75 kg/kap/th yang masih di bawah Angka Konsumsi Ikan (AKI) provinsi dan nasional," kata Debi.

3. Kendala dihadapi pembudidaya ikan

Ilustrasi ikan lele (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Menurut Debi, potensi besar tersebut masih terkendala harga pakan mahal, penyakit ikan, ketersediaan benih dan induk terbatas serta pasar dan harga jual yang belum optimal.

Sehingga menurutnya, margin keuntungan pembudidaya masih rendah. Bahkan selama pandemik COVID-19 pemasaran menjadi masalah utama dengan menurunnya daya serap pasar.

"Jadi kita perlu kembangkan produksi ikan ini ke tingkat perekonomian dan pariwisata," ujarnya.

Editorial Team