Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Emak.id, Bank Sampah Kekinian Bisa Tukar Sampah dengan E-Money

Bank Sampah Emak.id (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Bandar Lampung, IDN Times - Pemerintah Provinsi Lampung menunjuk Bank Sampah Emak.id sebagai bank sampah terbaik di Lampung oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan pengelolaan Emak.id sudah sangat cukup baik dengan jumlah nasabah saat ini mencapai 5.600 nasabah.

Tak heran pengelola sekaligus foundernya, Ahmad Khairudin Syam didapuk sebagai Ketua Forum Bank Sampah se-Provinsi Lampung pada September 2023 lalu. Padahal usia bank sampah ini belum genap 3 tahun namun telah memiliki bank sampah unit sebanyak 250 buah.

Salah satu keunikan Bank Sampah Emak.id adalah nasabah dapat menukarkan sampahnya secara nontunai. Misalnya, dikonversi menjadi uang elektronik, dibuat untuk membayar listrik, air, sampai menabung emas.

1. Profil singkat dan sejarah terbentuknya Emak.id

Bank Sampah Emak.id Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Emak.id diinisiasi oleh dua pemuda asal Lampung bernama Ahmad Khairudin Syam dan Agus Solihin. Keduanya menemukan ide untuk membuat bank sampah atas dasar keresahannya terhadap kondisi sampah di Lampung.

“Kita tahu sampah di Lampung ini sebagian besar di buang ke TPA Bakung. Selama ini TPA Bakung terus menampung sampah tanpa ada pengelolaan lebih lanjut di dalamnya. Bahkan mirisnya saya dengar dari salah satu petinggi Bakung, bahwa gunung sampah di sana tingginya sudah melebihi tinggi bukit-bukit di sekitar TPA,” kata Ahmad Kharudin Syam atau akrab dipanggil Syam, Sabtu (7/9/2023).

Syam dan Agus mengatakan, jika gunung sampah Bakung itu terus bertambah maka dikhawatirkan akan terjadi longsor dan menimpa pemukiman di sekitarnya. Meski Pemerintah Provinsi Lampung berencana membuat TPS regional dan menambah lahan TPA Bakung, Syam menilai TPA sesungguhnya bukan solusi pas untuk penanganan sampah.

“Saya dan Agus ketemu pertama kali di Bandung. Kita awalnya ngobrol-ngobrol aja untuk membuat gerakan yang paling efektif untuk masalah sampah tapi yang birokrasinya juga gak terlalu rumit dan bisa langsung ke masyarakat, akhirnya ketemu lah akhirnya bank sampah,” ujarnya.

Syam dan Agus sempat terbesit untuk membuat gerakan clean up sampah. Namun mereka memandang gerakan clean up mengatasi masalah hilir dari sampah, sedangkan persoalan sampah ini harus diatasi juga ditingkat hulu.

2. Masyarakat harus memilah sampah agar tidak semua sampah berakhir di TPA

Bank Sampah Emak.id Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Syam menyebutkan, menurut data KLHK tiap satu orang di Indonesia menghasilkan sebanyak 0,7 kilogram sampah per hari. Ia membayangkan jika semua sampah sebanyak itu setiap harinya harus dibuang ke TPA maka suatu saat TPA akan penuh.

Apalagi, Syam menilai masalah pada masyarakat khususnya di Lampung sejak dulu hingga sekarang adalah mereka belum terbiasa untuk memilah sampah. Padahal dengan memilah sampah, mengantarkan sampah high value ke bank sampah untuk diolah kembali akan mengurangi sampah untuk sampai TPA.

“Awalnya kita datang itu untuk edukasi dulu ke masyarakat. Kita harus bisa yakinkan mereka kenapa sih mereka perlu memilah dan perlu menabung sampah. Barulah setelah itu kita jalan, Alhamdulillah waktu kita masuk ke masyarakat responnya bagus. Hampir 99 persen itu mau nabung,” jelasnya.

Akhirnya Emak.id resmi dibentuk pada 21 April 2021 lalu dengan 500 nasabah pada tahun pertama, lalu meningkat menjadi 2.000 nasabah ditahun kedua dan kini mencapai 5.600 masyarakat Bandar Lampung, Lampung Selatan, dan Pesawaran sebagai nasabahnya.

3. Emak.id keliling Bandar Lampung mengambil sampah nasabah

Sosialisasi bank sampah di sekolah. (IDN Times/istimewa)

Syam menyebutkan, salah satu kelebihan Emak.id adalah ada petugas pengangkut dan penimbang untuk berkeliling ke seluruh pelosok Bandar Lampung untuk mengangkut sampah nasabah. Meski demikian ada pula beberapa nasabah mengantarkan sendiri sampahnya ke Emak.id di Langkapura.

“Kalau armada baru satu dengan dua petugas. Jadi bergantian dan ada jadwalnya. Misalnya hari ini kita ke 7 titik dulu, besok 7 titik lagi seterusnya. Jadi kita datang ke rumah nasabah itu dua sampai tiga minggu sekali,” ujarnya.

Tak hanya nasabah berupa rumah tangga, ternyata nasabah Emak.id juga beberapa di antaranya adalah lembaga dan tempat usaha seperti rumah makan dan sekolah.

“Kalau nasabah sekolah ada skeitar 31 sekolah dari jenjang SD sampai SMA. Sekolah paling aktif nabung itu ada Sekolah TMI, SDN 1 Beringin Raya, SDN 2 Batu Putu, dan SDN 1 Olok Gading,” katanya.

4. Program unik dan menarik di Emak.id

Founder Bank Sampah Emak.id, Ahmad Khairudin Syam. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Tidak hanya menabung sampah biasa, untuk menarik minat masyarakat lain dan menambah semangat nasabah, Syam dan tim Emak.id memiliki program dan kegiatan menarik. Di antaranya adalah keuntungan menabung sampah bisa dikonversi untuk membayar listrik, air, pulsa, atau bahkan menabung emas.

“Jadi di sini gak cuma bisa tukar uang. Tapi tabungan nasabah warga bisa kita tukar dengan pulsa, gopay, bayar listrik, air, dan sebagainya. Menurut saya itu sedikit banyak bisa membantu masyarakat lah, karena uang yang seharusnya untuk bayar itu semua bisa dialokasikan untuk lainnya,” jelasnya.

Selain itu, alumni Ilmu Komputer Universitas Lampung ini juga mengatakan mereka juga memiliki kegiatan menarik rutin mulai dari pelatihan membuat pupuk, bisnis maggot dari sampah organik, mengajar calistung, sampai undian berhadian tiap bulannya.

“Kalau di Emak.id itu ada undian kupon berhadiah. Jadi misalnya nasabah harus nabung minimal berapa kilo dulu baru bisa dapat satu kupon sampah. Itu dikumpulin dan nanti akhir bulan akan diundi untuk bisa dapat hadiah seperti minyak, gula, dan sebagainya. Atau untuk anak-anak kita juga ada ajarkan calistung sama mereka tapi mereka bayarnya mesti pakai sampah,” katanya.

5. Cara mendaftar Bank Sampah Emak.id

Bank Sampah Emak.id Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Syarat untuk menjadi nasabah Emak.id cukup mudah. Masyarakat hanya perlu datang ke kantor Bank Sampah Emak.id Jalan Darussalam, Langkapura, Kemiling, Bandar Lampung, mengisi formulir pendaftaran dan menyerahkan fotocopy KTP. Setelah itu nasabah kan mendapatkan buku tabungan dan karung memilah.

“Untuk jadi bank sampah unit juga sama. Pertama tim kita akan datang ke lokasi calon unit bank sampahnya dulu untuk adakan edukasi atau sosialisasi ke masyarakat sekitar terus baru pendaftaran unit bank sampahnya. Setelah 2 minggu pembentukan akan ada jadwal penimbangan,” jelasnya.

Setelah itu sampah akan dikumpulkan di satu titik setiap unit bank sampah pada saat penimbangan. Di sana akan ada penimbangan dan pencatatan hasil timbangan sampah, barulah sampah diangkut oleh tim pick up.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rohmah Mustaurida
Martin Tobing
Rohmah Mustaurida
EditorRohmah Mustaurida
Follow Us