Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi - Penangkapan Teroris oleh Densus 88 (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Pringsewu, IDN Times - Muhammad Nasir Abas, mantan tokoh Jamaah Islamiyah (JI) dan eks narapidana terorisme menyatakan, teroris adalah musuh bersama. Penanggulangan terorisme dan radikalisme tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh kepolisian, namun harus dibantu oleh seluruh elemen masyarakat.

Hal itu disampaikannya saat hadir sebagai nara sumber Focus Group Discussion (FGD) bertema Teroris Musuh Bersama digelar Tim Divisi Humas (Divhumas) Polri di Pringsewu, Senin (29/5/2023). Kegiatan dipimpin AKBP Gatot Hendro Hartono ini digelar di Aula Mapolres Pringsewu, Senin (29/5/2023).

1. Setiap masyarakat berpotensi direkrut kelompok teroris dan radikal

Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Saat FGD, Nasir bercerita tentang pengalaman masa lalunya saat berada di Akademi Militer Afghanistan selama tiga tahun di Filipina dan tempat lainnya. Menurutnya, setiap masyarakat berpotensi direkrut oleh kelompok teroris dan kelompok radikal mulai dari diberikan pemahaman yang salah.

“Ada tiga tahapan perilaku masyarakat menuju ke terorisme. Pertama intoleran, kemudian radikal lalu puncaknya menjadi teroris,” beber mantan Ketua Mantiqi 3 Jamaah Islamiyyah Ini .

Nasir berpesan agar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika diperkuat dan dipegang teguh oleh masyarakat. Itu karena dua hal tersebut merupakan senjata utama untuk melawan terorisme dan radikalisme.

2. Mencegah dan membentengi diri dari pengaruh radikalisme

Editorial Team

Tonton lebih seru di