Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi job fair (IDN Times/Galih Persiana)
Ilustrasi job fair (IDN Times/Galih Persiana)

Intinya sih...

  • Kabupaten Pesawaran memiliki TPT 4,17% dan TPAK 68,50%, dengan potensi SDM siap berkembang di sektor pariwisata dan pertanian.

  • Kabupaten Pringsewu mencatat TPT 4,65% dan TPAK 71,69%, menunjukkan kesenjangan antara lapangan kerja dan partisipasi masyarakat.

  • Kabupaten Lampung Selatan memiliki TPT 4,67% dan TPAK 68,51%, menunjukkan perlunya peningkatan keterampilan tenaga kerja dan ketersediaan pekerjaan berkualitas.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Provinsi Lampung kembali merilis data ketenagakerjaan melalui Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025. Dua indikator paling sering digunakan untuk membaca kondisi ketenagakerjaan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Secara sederhana, TPT menunjukkan persentase penduduk siap bekerja namun belum memperoleh pekerjaan, sedangkan TPAK menunjukkan seberapa besar penduduk usia kerja ikut dalam kegiatan ekonomi seperti bekerja atau mencari kerja.

Jika suatu daerah memiliki TPT tinggi, maka dapat diartikan bahwa pasar tenaga kerjanya belum mampu menyerap angkatan kerja secara optimal. Sementara TPAK tinggi dapat menggambarkan tingginya minat dan partisipasi masyarakat dalam kerja, meskipun tidak selalu berarti semua terserap lapangan pekerjaan. Perpaduan dua indikator ini mampu memberikan gambaran apakah suatu daerah mengalami tekanan pasar kerja atau justru memiliki peluang ekonomi tinggi.

Berikut lima daerah dengan persentase TPT dan TPAK tertinggi di Provinsi Lampung pada tahun 2025 berdasarkan Data BPS Lampung terbaru.

1. Sektor pariwisata dan industri kreatif belum sepenuhnya menyerap tenaga kerja lokal Pesawaran

Ilustrasi job fair (IDN Times/Galih Persiana)

Kabupaten Pesawaran dengan luas wilayah 1.278 km² dan jumlah penduduk sekitar 500–600 ribu jiwa, berada pada urutan kelima dengan TPT sebesar 4,17 persen dan TPAK sebesar 68,50 persen. Potensi daerah ini cukup besar, terutama dari sektor pariwisata, kelautan, dan pertanian.

Namun ekspansi sektor pariwisata dan industri kreatif belum sepenuhnya menyerap tenaga kerja lokal secara merata. Banyak pekerjaan bersifat musiman dan berpusat pada kawasan wisata, sehingga belum menciptakan stabilitas pasar kerja yang kuat.

Meski demikian, dengan TPAK tinggi, Kabupaten Pesawaran memiliki potensi SDM siap berkembang jika didukung dengan inovasi, peluang pelatihan kerja, dan diversifikasi sektor ekonomi.

2. Ketersediaan lapangan kerja belum sebanding dengan partisipasi masyarakat Pringsewu

Ilustrasi job fair. (IDN Times/Galih Persiana)

Dengan luas wilayah sekitar 625 km² dan penduduk mendekati 400 ribu jiwa, Kabupaten Pringsewu menjadi salah satu daerah cukup progresif. Daerah ini mencatat TPT sebesar 4,65 persen, berada di urutan keempat tertinggi. Namun menariknya, TPAK Pringsewu mencapai 71,69 persen, termasuk yang tertinggi di Provinsi Lampung.

Artinya, banyak penduduk ingin dan siap bekerja. Namun ketersediaan lapangan kerja belum sebanding dengan partisipasi masyarakat, sehingga hal ini menciptakan kesenjangan. Banyak tenaga kerja akhirnya masuk sektor informal, paruh waktu, atau pekerjaan tidak sesuai dengan keahlian mereka.

Jika pemerintah daerah dapat meningkatkan peluang kerja di sektor jasa, pendidikan, digital, hingga pariwisata, Pringsewu berpotensi menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Lampung.

3. PR Lampung Selatan meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan ketersediaan pekerjaan berkualitas

Ilustrasi Pengangguran (Pexel/Ron Lach)

Kabupaten Lampung Selatan memiliki luas wilayah 2.109 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa berada pada urutan ketiga sebagai daerah dengan TPT tertinggi yaitu 4,67 persen. Namun menariknya, TPAK di wilayah ini berada pada angka 68,51 persen, menunjukkan bahwa penduduk usia kerja aktif berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja.

Sebagai daerah berbatasan langsung dengan Bandar Lampung dan menjadi pintu gerbang Sumatra melalui Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan memiliki potensi besar dalam sektor logistik, pariwisata, industri dan jasa perdagangan. Namun, persentase TPT cukup tinggi menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi keterampilan tenaga kerja dan ketersediaan pekerjaan berkualitas masih harus ditingkatkan.

Walaupun begitu, dengan TPAK yang tinggi, Lampung Selatan dinilai memiliki modal SDM cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jika diimbangi pembangunan industri, pelatihan kerja, dan investasi sektor padat karya.

4. Banyak tenaga kerja di Lampung Utara belum terserap sektor formal

Ilustrasi Pengangguran (Pexel/Ron Lach)

Berada di urutan kedua, Kabupaten Lampung Utara mencatat TPT sebesar 5,78 persen, sementara TPAK berada di angka 67,34 persen. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 2.725 km² dan jumlah penduduk lebih dari 600 ribu jiwa. Meskipun memiliki potensi pertanian dan perkebunan, banyak tenaga kerja di daerah ini belum terserap sektor formal secara optimal.

Lampung Utara mengalami kondisi pasar kerja menarik, yakni partisipasi masyarakat cukup tinggi, tetapi lapangan pekerjaan tersedia belum berkembang secara signifikan. Banyak tenaga kerja akhirnya beralih ke pekerjaan musiman, sektor pertanian tradisional, atau merantau ke daerah lain yang memiliki peluang ekonomi lebih tinggi.

Dampaknya bagi daerah ini adalah stagnasi ekonomi dan tekanan terhadap angkatan kerja muda. Jika tidak diimbangi dengan perkembangan industri atau UMKM, angka pengangguran berpotensi tetap tinggi dalam beberapa tahun mendatang.

5. Bandar Lampung jadi daerah paling banyak pengangguran di Lampung

Ilustrasi Pengangguran (Pexel/Ron Lach)

Kota Bandar Lampung menjadi daerah dengan dinamika pasar kerja paling tinggi di provinsi ini. Dengan luas wilayah sekitar 197,22 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa, ibu kota provinsi ini mencatat TPT mencapai 7,53 persen, menjadikannya tertinggi se-Provinsi Lampung. Sementara itu, TPAK Bandar Lampung berada di angka 67,10 persen.

Sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, hingga bisnis dan ritel, kota ini menjadi magnet bagi pencari kerja dari berbagai wilayah di Lampung maupun luar daerah. Tingginya arus urbanisasi membuat persaingan semakin ketat. Banyak lulusan baru, tenaga kerja berpengalaman, dan pencari kerja musiman bertemu di satu titik, sehingga lapangan kerja tersedia menjadi tidak seimbang.

Dampaknya, sektor informal seperti perdagangan kaki lima, jasa transportasi daring (Ojol), hingga industri kreatif menjadi alternatif utama. Meski begitu, tingginya TPAK menunjukkan antusiasme masyarakat untuk tetap aktif dalam kegiatan ekonomi, dan ini bisa menjadi peluang bagi pemerintah untuk memperkuat sektor industri, investasi, hingga pelatihan vokasi berbasis kebutuhan pasar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team