Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Ilustrasi cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Intinya sih...

  • Puncak cuaca ekstrem diprakirakan terjadi sejak akhir 2025 hingga awal 2026

  • BPBD memperkuat koordinasi lintas instansi

  • BPBD Lampung mengajukan dukungan dari BNPB

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap cuaca ekstrem. Bencana hidrometeorologi berpotensi terjadi saat cuaca ekstrem yang ditandai hujan deras dan angin kencang.

Kepala BPBD Lampung, Rudy Sjawal Sugiarto mengatakan, zona rawan bencana hidrometeorologi kini hampir mencakup seluruh kabupaten/kota di Lampung. Zona rawan itu juga dipengaruhi fenomena siklon dari Samudra Hindia.

“Karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak mengabaikan potensi bencana yang dapat muncul sewaktu-waktu,” kata Rudy pada Rabu (3/12/2025).

1. Puncak cuaca ekstrem diprakirakan terjadi sejak akhir 2025 hingga awal 2026

Foto ilustrasi hujan deras. (IDN Times/Reza Iqbal Ghifari

Rudy menyampaikan, peningkatan intensitas hujan di Provinsi Lampung telah berlangsung sejak dasarian kedua Oktober 2025. Kondisi cuaca ekstrem itu diperkirakan akan mencapai puncaknya pada akhir 2025 hingga awal 2026.

Oleh karenanya, BPBD Lampung telah mengaktifkan Posko Pusdalops 24 jam untuk memantau perkembangan cuaca dan potensi bencana. Pemantauan dilakukan menggunakan teknologi satelit cuaca, serta pembaruan informasi real time dari BMKG.

"Kami meminta masyarakat secara rutin memperbarui informasi cuaca melalui kanal resmi BPBD dan BMKG, agar lebih siap dalam menghadapi kemungkinan bencana. Musim hujan sudah memasuki fase intensif,” tegasnya.

2. BPBD memperkuat koordinasi lintas instansi

Rapat koordinasi lintas sektoral kebencanaan digelar Pemprov Lampung. (Dok. Pemprov Lampung).

Dalam menghadapi puncak musim hidrometeorologi awal 2026, Rudy menyampaikan, BPBD memperkuat koordinasi dengan TNI-Polri, Forum Relawan, dan Forum Pengurangan Risiko Bencana. Rapat koordinasi telah digelar, untuk memastikan respons cepat lintas instansi dapat dilakukan saat terjadi bencana.

Selain itu, Lampung diklaim telah memiliki rencana kontingensi banjir sejak 2022 menjadi pedoman evakuasi dan penanganan darurat. Termasuk melakukan simulasi evakuasi telah dilakukan pada beberapa daerah masuk zona merah.

"Kesiapsiagaan berbasis informasi aktual sangat penting, untuk mengurangi risiko korban dan kerugian saat terjadi bencana di Provinsi Lampung," tegasnya.

3. BPBD Lampung mengajukan dukungan dari BNPB

Ilustrasi cuaca ekstrem. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Rudy menambahkan, BPBD Lampung juga mengajukan dukungan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait kemungkinan pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca, bila terjadi hujan ekstrem merata di wilayah Lampung.

Selain itu, Lampung akan menerima bantuan sejumlah unit kendaraan operasional, untuk memperkuat respons kebencanaan di lapangan.

“Masyarakat tetap kami imbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama yang tinggal di wilayah rawan. BPBD dan seluruh stakeholder terus bekerja memastikan mitigasi dan respons bencana berjalan maksimal,” imbuhnya.

Editorial Team