Saat ini bercocok tanam secara hidroponik makin digandrungi masyarakat perkotaan yang memiliki lahan terbatas. Namun tak hanya sekadar bercocok tanam, sejumlah orang menjadikannya peluang bisnis baru. (IDN Times/Masdalena Napitupulu)
Dilihat sekilas, cara menanam tanaman hidroponik memang terlihat mudah. Kamu tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan tak perlu mengotori tangan dengan tanah. Namun menurut pengalaman Setiaji Bintang Pamungkas selama kurang lebih satu tahun mengolah lahan hidroponiknya, butuh ketelatenan dan disiplin untuk bisa menghasilkan tanaman yang bagus dan layak dipasarkan.
Menurutnya, dalam satu hari tanaman hidroponik harus diperiksa dua kali yaitu pagi dan malam hari. Kemudian kadar air juga harus selalu diperhatikan minimal dua hari sekali supaya tanaman tidak kering.
Itu karena, di dalam air tersebut terdapat nutrisi untuk mempercepat pertumbuhan. Sehingga jika nutrisinya kurang maka daunnya akan mudah kering dan jika nutrisinya kelebihan tanaman akan terbakar.
“Untuk pakcoy nutrisinya 1000-1200 ppm. Jadi ppm itu kadar kepekatan dari nutrisi itu. Jadi kita cek nutrisinya itu pake alat namanya pds supaya nutrisinya tetap terjaga,” papar bapak satu anak ini.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumatera Selatan membagikan tiga tips yang harus dilakukan petani muda sebelum menggeluti bidang pertanian secara serius.
Pertama, harus memastikan apa yang ditanamnya merupakan bibit dengan kualitas baik. Kedua, proses perawatannya juga harus baik. Ketiga yang tak kalah penting adalah pasca panen.
"Biasanya kendala petani muda itu di pasar akhir penjualan, hasil pertaniannya gak tahu mau dilarikan ke mana. Makanya banyak hasil dibeli murah oleh tengkulak. Ini yang harus dipikirkan sebelum memulai semuanya," ujar Syahrin.
Tips lainnya disampaikan Samuel WU petani millennial asal Sumatera Utara. Untuk proses penanaman hidroponik ini, ada beberapa tahap yang diperhatikan. Pertama pembibitan yang disemai, lalu dimasukan ke wadah yang basah. Setelah 10 hari, akan muncul kecambah.
"Selanjutnya, dipindah ke wadah peremajaan selama 10 hari. Kemudian, dipindah ke dewasa 10 hari. Jadi setiap 10 hari sekali sudah dipanen dan ini semuanya gak kelihatan tempat penampungan airnya. Karena sumber airnya satu dan diatur suhunya," ujarnya.
Samuel menyebut, ada beberapa kelebihan bercocok tanam hidroponik jika dibanding dengan media tanam di tanah. "Tapi kalau di sini, kita menggunakan busa yang di mana tidak mengandung unsur hara, sehingga kita gak perlu repot untuk melakukan test lab. Kalau di sini semua bisa kita ukur semua," katanya.
"Sebenarnya yang paling masalah itu, kalau di tanah itu untuk menghindari hama disemprot pestisida. Dengan ini, kita tidak pakai pestisida sama sekali. Kita mendesain agar terhindar dari hama, jadi lebih aman. Di sini hanya menggunakan nutrisi saja," tambahnya.
Meski demikian, Samuel juga menyadari ada kendala dalam menetralkan suhu dan mengontrol air. "Kemudian karena ini di kota, suhunya panas berbeda jika di pegunungan," katanya.
Ari Pangalis petani hidroponik asal Samarinda, Kalimantan Timur menerangkan, hidroponik hanya bermodalkan bibit, pipa, air dan serat mineral ringan. Sebelum memasukkan tanaman ke dalam pipa, lebih dahulu di bibit di tempat terpisah.
Setelah tumbuh daun barulah di pindah ke pipa. Di dalam pipa ini juga ada rockwool. “Serat ringan inilah yang menjadi media tanam bagi para pencinta hidroponik,” paparnya.
Lebih lanjut dia menerangkan, nantinya pipa ini dimasukkan air dan diberikan pompa seperti akuarium. Airnya akan berputar sendiri. Dan ingat untuk menjaga tingkat keasaman air. Tak boleh lebih dari 6,7. Jika lebih tanaman tak bagus tumbuhannya.
"Selama ini jadi kendala adalah hujan, karena bisa mengubah tingkat keasaman air. Naik atau turun. Itu risiko kalau meletakan hidroponik di halaman rumah," sebutnya.