BPS Catat Produksi Padi dan Beras di Lampung 2024 Turun

Intinya sih...
- Produksi padi di Provinsi Lampung turun 5,40 persen dari Januari-September 2023 ke 2024
- Puncak panen padi pada 2024 terjadi di bulan Mei, berbeda dengan tahun 2023 yang terjadi pada bulan April
- Rata-rata NTP Provinsi Lampung sepanjang Triwulan III-2024 meningkat sebesar 1,64 persen dibanding triwulan sebelumnya
Bandar Lampung, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung merilis perkembangan indikator makro sosial ekonomi Lampung periode 2024. Berdasarkan catatan pada bidang pertanian, produksi padi di Provinsi Lampung sepanjang Januari-September 2024 diperkirakan sebesar 2,20 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 125,84 ribu ton GKG (5,40 persen) dibandingkan Januari-September 2023 sebesar 2,33 juta ton GKG.
Sementara itu, berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA September 2024, potensi produksi padi sepanjang Oktober-Desember 2024 ialah sebesar 525,83 ribu ton GKG.
“Dengan demikian, total produksi padi pada 2024 diperkirakan sebesar 2,73 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sebanyak 28,00 ribu ton GKG (1,01 persen) dibandingkan 2023 yang sebesar 2,76 juta ton GKG,” kata Kepala BPS Provinsi Lampung, Atas Parlindungan Lubis, Selasa (26/11/2024).
1. Terjadi pergeseran puncak panen dari 2023
Atas mengatakan, produksi padi tertinggi terjadi Mei 2024. Itu berbeda dibanding 2023 yang terjadi pada bulan April. Sementara produksi padi terendah pada 2024 terjadi di Januari.
Produksi padi pada Mei 2024 yaitu sebesar 640,48 ribu ton GKG. Sedangkan produksi padi pada Januari 2024 sebesar 19,18 ribu ton GKG.
“Puncak panen padi pada 2024 terjadi pada bulan Mei, dengan luas panen mencapai 128,17 ribu hektare. Berbeda dari tahun sebelumnya, di tahun 2023 puncak panen padi pada bulan April sekitar 111,67 ribu hektare. Sehingga ditahun 2024, disimpulkan bahwa terjadi pergeseran puncak panen dari tahun 2023,” terangnya
2. Produksi beras turun sebesar 16,09 ribu ton
Lebih lanjut Atas menjelaskan, ada tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2024 yakni, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tulang Bawang. Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kota Metro, dan Kota Bandar Lampung.
“Penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2024 terjadi di beberapa wilayah sentra produksi padi seperti Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang Barat dan Lampung Tengah. Di sisi lain, terdapat beberapa kabupaten/kota yang mengalami peningkatan produksi padi cukup besar, misalnya Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Way Kanan,” terangnya.
Atas menjelaskan, jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari-September 2024 diperkirakan setara dengan 1,27 juta ton beras, atau turun sebesar 72,35 ribu ton (5,40 persen) dibandingkan Januari-September 2023 yang sebesar 1,34 juta ton.
“Potensi produksi beras sepanjang Oktober-Desember 2024 ialah sebesar 302,27 ribu ton. Dengan demikian, total produksi beras pada 2024 diperkirakan sekitar 1,57 juta ton, atau mengalami penurunan sebesar 16,09 ribu ton (1,02 persen) dibandingkan produksi beras pada 2023 yaitu sebesar 1,59 juta ton,” jelasnya.
3. NTP Provinsi Lampung menempati posisi enam se-Sumatra
Sementara itu, rata-rata NTP Provinsi Lampung sepanjang Triwulan III-2024 meningkat sebesar 1,64 persen dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat pada triwulan ini rata-rata NTP sebesar 128,71 sedangkan triwulan sebelumnya 122,56.
Sementara jika dibandingkan dengan triwulan yang sama 2023, rata-rata NTP Provinsi Lampung triwulan III-2024 meningkat sebesar 15,49 persen.
“Peningkatan nilai NTP Lampung triwulan III-2024 dibanding triwulan yang sama tahun lalu terutama disebabkan Indeks Harga yang Diterima Petani naik lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang diayar petani,” kata Atas.
Atas menyebut, pada triwulan III-2024, NTP Provinsi Lampung mengalami peningkatan, yang sejalan dengan perubahan NTP secara nasional meningkat sebesar 2,12 persen. Sedangkan perubahan NTP Provinsi Lampung meningkat sebesar 5,02 persen.
“Dibandingkan antar provinsi se-Sumatra, seluruh provinsi mencapai rata-rata NTP triwulan III-2024 diatas 100. Artinya, petani mengalami surplus. Dengan kata lain laju kenaikan harga barang-barang yang dihasilkan oleh petani (secara umum) lebih tinggi dari laju harga barang- barang yang konsumsi dan diperlukan untuk produksi,” jelasnya.
Atas menambahkan, pada triwulan III-2024, tingkat nasional memiliki rata-rata nilai NTP sebesar 119,92. Dalam lingkup Pulau Sumatra, NTP Provinsi Lampung menempati posisi ke-enam yaitu dengan nilai NTP sebesar 128,71. Sementara itu, Provinsi Bengkulu menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 187,60 dan Provinsi Kepulauan Riau menempati posisi terendah yaitu 105,25.