Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

BMKG Sebut Bandar Lampung Masuk Musim Kemarau Basah

Ilustrasi hujan. (Pexels.com/Nur Andi Ravsanjani Gusma)
Ilustrasi hujan. (Pexels.com/Nur Andi Ravsanjani Gusma)
Intinya sih...
  • Curah hujan Agustus rendah hingga menengah
  • Dinamika atmosfer memicu pembentukan awan hujan di Lampung
  • Suhu laut hangat tingkatkan penguapan dan potensi hujan lebat di banyak wilayah
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times – Hujan deras mengguyur Kota Bandar Lampung, Senin siang (18/8/2025) dan Selasa (19/8/2025) pagi.

Terkait hal itu, Koordinator Data dan Informasi BMKG Radin Inten II, Rudi Hariyanto, menyatakan Lampung saat ini masih periode musim kemarau.

"Namun, hujan tetap turun deras karena fenomena kemarau basah, yaitu kondisi ketika musim kemarau datang tetapi curah hujannya lebih banyak dari normal," katanya, Selasa (18/8/2025).

1. Curah hujan Agustus rendah hingga menengah

Ilustrasi hujan. (Pexels.com/Kaique Rocha)
Ilustrasi hujan. (Pexels.com/Kaique Rocha)

Rudi menjelaskan, meski hujan deras beberapa hari terakhir, BMKG memprediksi curah hujan Agustus 2025 masih masuk kategori rendah hingga menengah, yakni sekitar 21–300 mm per bulan.

"Artinya, hujan deras bisa saja terjadi meskipun secara keseluruhan angka curah hujan tidak setinggi musim hujan," jelasnya.

2. Dinamika atmosfer

Ilustrasi cuaca mendung. (Pexels.com/Guilherme Rossi)
Ilustrasi cuaca mendung. (Pexels.com/Guilherme Rossi)

Rudi menyebut, BMKG mencatat, sejumlah faktor atmosfer memicu pembentukan awan hujan di Lampung.

"Mulai dari nilai DMI -0.6 yang memicu aktivitas konvektif, aktivitas MJO yang mendorong terbentuknya awan-awan hujan, hingga belokan angin dan konvergensi yang melintas wilayah Lampung," ujarnya.

3. Suhu laut hangat tingkatkan penguapan

Ilustrasi termometer. (Pexels.com/Anna Urlapova)
Ilustrasi termometer. (Pexels.com/Anna Urlapova)

Rudi menjelaskan, anomali suhu muka laut 0.5–2.5°C di Samudra Hindia barat Sumatra hingga Selat Sunda membuat penguapan meningkat.

"Dampaknya, suplai uap air ke atmosfer semakin besar dan peluang terbentuknya hujan pun lebih tinggi," ungkapnya.

BMKG juga mendeteksi kelembapan udara cukup tinggi (65–95 persen) di lapisan atmosfer Lampung. "Kondisi ini diperkuat dengan atmosfer yang labil, sehingga potensi hujan lebat disertai petir masih mungkin terjadi di banyak wilayah," tutur Rudi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us