Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

BKKBN Lampung Soroti Regulasi hingga Tantangan Pendidikan Seksual

Ilustrasi mengajarkan pendidikan seksual (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Kementerian BKKBN Lampung dorong peningkatan dan pembenahan regulasi pendidikan seksual di kalangan remaja.
  • Regulasi pendidikan seksual bertujuan melindungi remaja tanpa membatasi ekspresi, tetap mengedepankan norma keagamaan dan sosial.
  • Dampak minimnya pendidikan seksual dapat berpotensi ketidaktahuan fungsi seksual dan gangguan tumbuh kembang pada usia 12-15 tahun.

Bandar Lampung, IDN Times - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendugbangga)/BKKBN Lampung mendorong peningkatan hingga perbaikan regulasi pendidikan seksual, terutama di kalangan usia remaja.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung, Munawar Ibrahim mengatakan, regulasi pendidikan seksual saat ini terbilang masih cukup lemah, sehingga proyeksi ke depan amat memerlukan pembenahan dan penguatan.

"Belum memadai sampai saat ini, kami sangat berharap kepada wakil-wakil kita di DPR supaya bisa memperhatikan ini, tepatnya hal-hal berkaitan dengan regulasi pendidikan seksual," ujarnya dikonfirmasi, Jumat (7/2/2025).

1. Penguatan regulasi tanpa membatasi ekspresi

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung, Munawar Ibrahim. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Regulasi pendidikan seksual dimaksud sejatinya hadir agar dapat melindungi para anak maupun remaja guna menghadapi masa-masa usai pra nikah. Dengan catatan, tanpa membatasi ekspresi para generasi muda tersebut.

Termasuk, tetap mengedepankan norma-norma keagamaan maupun sosial. "Seperti misalnya, ada ruang luas agar anak-anak muda bisa mengekspresi diri, tapi bebas dari bentuk-bentuk manipulatif dengan mengorbankan anak itu sendiri," kata Munawar.

Lanjutnya, langkah itu penting dikarenakan dampak minimnya pendidikan seksual bisa berpotensi ketidaktahuan normalitas fungsi seksual di kalangan anak maupun remaja. "Saya pikir konsekuensi kesehatan yang diterima bisa berdampak pada gangguan tumbuh kembang mereka yang sedang menghadapi usia sekitar 12 sampai 15 tahun," sambung dia.

2. Peran keluarga garda terdepan

Ilustrasi mengajarkan pendidikan seksual (pexels.com/Vlada Karpovich)

Munawar menyampaikan, problem ketidaktahuan fungsi seksual bisa mengundang tindakan pelecehan yang tidak diinginkan hingga dijadikan subjek seksualitas tanpa disadari. Maka dari itu, dampak-dampak gangguan tersebut harus diantisipasi sejak dini.

Selain itu, keluarga harus bisa menjadi garda terdepan bagi para anak untuk berperan aktif memberikan pemahaman pendidikan seksual. Itu dikarenakan bukan bagaimana tentang berhubungan seks, tetapi lebih kepada pengenalan alat reproduksi, fungsi, serta menjaga dan merawatnya sebagai upaya pencegahan terjadinya berbagai penyakit, baik pada perempuan maupun laki-laki pada masa mendatang.

"Keluarga harus bisa menjadi bagian dari media informasi pendidikan seksual, sehingga menjaga anak dari pengaruh-pengaruh negatif. Kami menginginkan keluarga menciptakan edukasi pemahaman seksual yang kuat," ajaknya.

3. Hadapi tantangan tabu dan stigma sosial

Pendidikan Seksual pada Anak. (lembarharapan.id/artikel/pendidikan-seksual-pada-anak/)

Munawar melanjutkan, pembekalan pendidikan seks pada anak diakui bukan tanpa tantangan. Salah satu dan menjadi permasalahan utama ialah, pemaknaan tabu dan stigma sosial yang masih kuat di banyak budaya, tak terkecuali di Lampung.

Menurutnya, topik seksualitas sering dianggap tabu dan tidak layak dibicarakan dengan anak-anak, sehingga orang tua maupun guru merasa kesulitan untuk menyampaikan informasi yang penting tersebut.

"Banyak tantangan, terutama dari kalangan yang kurang modern maupun sebaliknya. Intinya, bangsa Indonesia yang berbudaya sehingga agama harus terus menjadi landasan dan budaya yang mengawalnya. Pegang itu, maka generasi kita akan menjadi yang hebat di masa yang akan datang," imbuhnya.

4. Masifkan pendidikan seksual melalui program GenRe

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung, Munawar Ibrahim. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Dalam andil pendidikan seksual di masyarakat, Munawar mengatakan, program GenRe yang dikembangkan BKKBN dengan kelompok sasaran remaja berusia 10-24 tahun mulai tingkat siswa SMP, SMA, hingga mahasiswa dan mahasiswi yang belum menikah.

Melalui program ini, BKKBN berfokus mengangkat dan menyelesaikan tiga permasalahan remaja melalui forum GenRe meliputi isu tingginya pernikahan dini, pergaulan atau seks bebas, serta penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

"Di tahun ini, kami akan memperluas setiap desa kelurahan di Lampung harus ada satu pasangan GenRe. Mereka akan menjadi idola setempat untuk anak muda, yang akan dijadikan percontohan di lingkungannya," kata Munawar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tama Wiguna
Martin Tobing
Tama Wiguna
EditorTama Wiguna
Follow Us