Ilustrasi galon. (IDN Times/Istimewa).
Hasil penelitian Institute Teknologi Bandung (ITB) juga tidak menemukan adanya migrasi BPA dari galon ke air minum dalam kemasan (AMDK). Temuan tersebut juga didukung dengan hasil studi para peneliti dari Universitas Islam Makassar (UIM) yang tidak mendeteksi adanya migrasi BPA dari galon ke dalam air.
Nugraha mengatakan, galon polikarbonat dapat menahan panas hingga 80 derajat Celcius sebelum zat kimia pembentuk plastik bermigrasi. Di sisi lain, galon mungkin terkena paparan sinar matahari selama distribusi, tetapi suhu yang terjadi jauh di bawah 50 derajat Celsius. "Jadi, risiko migrasi BPA ke dalam air minum dari kemasannya sangat kecil," tambahnya.
Dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center IPB itu menjelaskan, migrasi BPA juga tidak akan terjadi akibat guncangan yang terjadi selama pendistribusian. Dia mengatakan, guncangan tersebut tidak akan memicu migrasi zat kimia dari galon ke air karena kemasan polikarbonat kuat dan tidak akan pecah.