Aktivitas petani sayur garap lahan di Desa Genilangit Kecamatan Poncol Magetan. IDN Times/ Riyanto.
Kondisi makin sempitnya lahan pertanian dan makin bertambahnya populasi, Dewi menekankan pentingnya pemanfaatan ruang terbatas secara kreatif. Misalnya dengan konsep urban farming seperti hidroponik, rooftop garden, atau memanfaatkan pekarangan rumah.
“Pertanian itu bisa dikembangkan secara vertikal. Tidak perlu lahan luas. Yang penting tahu cara mengelola dengan efisien,” ujarnya.
Ia menilai ke depan tantangan pangan akan makin besar, apalagi cuaca tak menentu berisiko menyebabkan krisis makanan. Harga pangan bisa melonjak jika tidak ada perubahan dalam pengelolaan pertanian.
Menurut Dewi, salah satu masalah besar dalam mengajak anak muda terjun ke pertanian, adalah tidak adanya pendampingan menyeluruh dalam program pertanian.
“Kadang ada program tanam cabe atau bawang, tapi setelah panen, gak ada yang ngurus. Cabe kan gak tahan lama, akhirnya busuk dan dibuang. Petani kecewa,” ujarnya.
Dewi menyarankan agar program pertanian untuk generasi muda tak hanya fokus pada tanam-menanam, tapi juga didampingi sampai ke tahap hilirisasi yakni pengolahan hasil panen jadi produk yang tahan lama dan bernilai jual tinggi.
"Contohnya, cabe olahan, sambal matang, bon cabe, dan sebagainya," saran Dewi.
Terakhir, Dewi menekankan bertani sebenarnya bisa jadi pekerjaan yang menyenangkan, asal dikelola dengan pendekatan yang tepat dan tidak terpaku pada cara-cara lama.
“Petani sekarang kebanyakan sudah tua. Generasi muda maunya kerja berdasi. Padahal kalau tahu caranya, hasil pertanian bisa jadi produk menarik dan dijual mahal. Bertani itu bisa jadi menyenangkan dan menguntungkan,” tandasnya.