TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kekecewaan Anak Pulau Berprestasi Ketika Tak Lolos PMPAP Unila 2023

Meski tak unggul akademik, ia berprestasi dibidang olah raga

Kapal dikendarai Suhadi menuju Pulau Tegal. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Pesawaran, IDN Times - Dalam salah satu pasal UUD 1945 menyebutkan setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Termasuk anak-anak di pelosok negeri dengan akses pendidikan minim.

Seperti Suhadi misalnya, salah satu anak lulusan PKBM Pesona Pulau Tegal Kabupaten Pesawaran Lampung. Ia mengaku sangat kecewa ketika tak lolos Jurusan Pendidikan Jasmani/Olah Raga Universitas Lampung pada jalur PMPAP.

“Iya kecewa banget gak lolos. Saya pengin banget nanti pas sudah lulus bisa membantu guru-guru di PKBM Pesona Pulau Tegal, ngelanjutin ngajar anak-anak lain di sini” katanya, Minggu (30/7/2023).

Diketahui PKBM Pesona Pulau Tegal merupakan sebuah lembaga pendidikan (sekolah nonformal) resmi satu-satunya di Pulau Tegal. Hampir semua anak bersekolah di sini. Mereka menimba ilmu dari guru-guru relawan dari luar pulau dan mendapatkan ijazah melalui program kesetaraan SD, SMP, dan SMA.

Baca Juga: Hari Anak, FJPI Lampung-SP3T Edukasi Kekerasan Seksual Lewat Dongeng

1. Meski tak unggul akademik, Suhadi berprestasi di bidang olah raga

PKBM Pesona Pulau Tegal. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Sama halnya dengan Suhadi, Pendiri PKBM Pesona Pulau Tegal, Uniroh pun merasa kecewa ketika siswanya tidak diterima. Ia sangat menyayangkan ketika sebuah universitas menolak seorang anak pulau dengan semangat membara ingin menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi.

“Alasan tidak diterima katanya nilai akademiknya. Jujur nilai akademiknya memang tidak bagus. Tapi tidak semua anak harus unggul dibidang akademik. Setiap anak punya kekhasannya masing-masing. Anak ini pun berprestasi di bidang olah raga dayung dan dia sering dapat juara. Dia punya portofolionya,” jelas Uniroh.

Kurangnya nilai akademik Suhadi pun bukan tanpa alasan. Uniroh menjelaskan, hal itu dikarenakan Suhadi memang terbatas akses pendidikannya sejak kecil. PKBM Pesona Pulau Tegal dibuat ketika Suhadi berusia 15 tahun.

“Sebelum ada PKBM, anak-anak di sana itu hanya belajar membaca. Itupun tidak ada lancar membaca. Makanya bisa dibayangkan bagaimana Suhadi mengejar keterlambatan itu selama ini,” katanya.

2. Banyak penawaran kuliah gratis dari perguruan tinggi swasta

Pulau Tegal. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Uniroh mengatakan, banyak perguruan tinggi swasta menawari anak-anak Pulau Tegal untuk berkuliah. Sayangnya, tidak ada jurusan olah raga di perguruan tinggi tersebut sehingga Uniroh takut Suhadi tak mampu jika harus belajar di kampus tersebut.

“Saya tahu betul anak itu gak akan mampu jika masuk jurusan itu (selain olah raga). Makanya saya gak mau paksakan dia masuk sana. Saya arahkan ke olah raga karena saya tahu dia bakal mampu dan anaknya pun maunya ke olah raga,” ujarnya.

Ia menilai, memang seharusnya anak-anak seperti Suhadi ini perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak termasuk universitas untuk bisa menggapai cita-cita serta membawa perubahan di kampung halamannya.

3. Semua pihak berkolaborasi untuk beasiswa kuliah anak Pulau Tegal

Pendiri PKBM Pesona Pulau Tegal, Uniroh. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Uniroh pun bercerita semua pihak sudah saling berkolaborasi untuk calon mahasiswa Pulau Tegal tersebut. Mulai dari rencana biaya pendidikan, biaya tempat tinggal, sampai biaya akomodasi lainnya.

“Saya sudah ceritakan rencana ini pada Bukit Asam. Kalau ada anak yang mau kuliah, bisa gak mereka bantu kosannya (tempat tinggalnya). Bukit Asam langsung setuju dan saya langsung disuruh ajukan. Nah biaya kos sudah, biaya kuliah Unila, biaya makannya ditanggung orang tuanya. Ini orang tuanya pun udah mau nih padahal dulu gak mau,” paparnya.

Ia mengatakan, memang sudah optimis diawal pendaftaran kuliah. Pasalnya ia sudah matang mempresentasikan anak didiknya tersebut kepada pihak kampus.

“Saya juga kan sebenarnya ada anak binaan selain di Pulau Tegal. Selama ini saya masukan lewat jalur PMPAP selalu lolos jadi awalnya saya optimis mereka juga bisa lolos. Tapi dari 2 anak Pulau Tegal ternyata gak ada yang lolos.” ujarnya.

Baca Juga: Cerita Uniroh, Pendiri Satu-satunya Lembaga Pendidikan di Pulau Tegal

Berita Terkini Lainnya