Yusdianto, dosen hukum Universitas Lampung (Unila) mengimbau kepada penyelenggara Pilkada untuk mengedepankan protokol kesehatan. Menurutnya Pilkada di tengah pandemi ini ada banyak kerawanan yang akan ditimbulkan.
“Saya kira ini menjadi tantangan bagi penyelenggara untuk tetap menyelenggarakan Pilkada tanpa adanya klaster baru COVID-19. Di samping beberapa kerawanan yang terjadi seperti penggunaan fasilitas pemerintah, politik uang yang kian masif, dan minimnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti Pilkada, yang harus disosialisasikan kepada masyarakat adalah Pilkada saat ini tidak sama dengan Pilkada normal. Banyak yang harus disesuaikan dengan protokol kesehatan,” jelasnya.
Yusdianto menambahkan, Bawaslu harus benar-benar mengusung fundamental prinsipal. Untuk itu, perlu ada ketegasan dari Bawaslu selaku pengawas untuk bisa menyelenggarakan Pilkada ini secara bermartabat dan tidak mendorong terjadinya konflik atau masyarakat yang di korbankan terkait pilkada ini.
“Karena kita tahu ada beberapa potensi yang kemudian akan muncul seiring dengan berjalannya kampanye sampai pada masa pencoblosan. Jangan sampai Pilkada ini menjadi ruang gelap bagi penyelenggara mengabaikan dan membiarkan terjadinya banyak pelanggaran yang terjadi. Apalagi kita tahu Pilkada ini disokong dengan pembiayaan yang cukup besar. kita berharap calon yang muncul bukan lagi calon yang berbasis pada politik uang, berbasis pada sokongan cukong atau apalah namanya,” jelasnya.
Yusdianto berharap Pilkada 2020 mampu menciptakan calon bahwa mereka adalah orang yang layak dan tepat dalam memimpin kepala daerah. Alasannya, Pilkada bukan hanya sebatas transformasi kepentingan daerah, bukan hanya sebatas kredibilitas KPU daerah. Tapi juga kesehatan masyarakat dijaga, serta calon terpilih bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat.
"Karena ke depan kita tahu efek COVID-19 ini mengakibatkan pengangguran meninggi, ketahanan pangan menipis. Inikan dampak yang sudah kita rasakan," tegasnya .