Januari 2025 Lampung Deflasi 0,71 Persen, Apa Kata BI?
- Deflasi di Lampung disebabkan penurunan tarif listrik dan harga komoditas tertentu
- Kenaikan harga cabai, minyak goreng, dan kangkung menjadi pemicu inflasi di Lampung
- Risiko inflasi perlu dimitigasi dengan strategi 4K dari Bank Indonesia Provinsi Lampung
Bandar Lampung, IDN Times - Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Lampung Januari 2025 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,71 persen (mtm). IHK itu lebih rendah dibandingkan periode Desember 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,47 persen (mtm).
Bahkan, realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang tercatat deflasi sebesar 0,76 persen (mtm). Namun, lebih rendah dibandingkan dengan rata rata tingkat perkembangan IHK di Provinsi Lampung pada bulan Januari tiga tahun terakhir yang tercatat inflasi sebesar 0,34 persen (mtm).
Apabila merujuk perbandingan secara tahunan, IHK di Provinsi Lampung Januari 2025 mengalami inflasi 1,04 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1, 57 persen (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,76 persen (yoy).
1. Ini pemicu deflasi
Deputi Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Provinsi Lampung, Alex Kurniawan menjelaskan, dilihat dari sumbernya, deflasi Januari 2025 utamanya disebabkan penurunan tarif listrik, serta harga tomat, bawang merah, cumi-cumi dan ikan kembung. Andil masing-masing sebesar -1,544 (mtm); -0,1096 (mtm); -0,094 (mtm); -0,059 (mtm) dan -0,04 (mtm).
Penurunan tarif listrik terjadi selaras pemberlakuan kebijakan diskon listrik sebesar 50 persen kepada pelanggan rumah tangga PT PLN (persero) dengan daya 450 VA, 900 VA dan 1 300 VA selama Januari-Februari 2025. Adapun penurunan harga komoditas tomat, bawang merah, cumi-cumi dan ikan kembung sejalan dengan masuknya periode panen hortikultura, terutama panen bawang merah di Kabupaten Indramayu yang merupakan pemasok utama bawang merah untuk Provinsi Lampung, serta terjaganya hasil tangkap perikanan laut.
2. Ada beberapa komoditas alami inflasi
Di sisi lain Alex mengatakan, deflasi Januari 2025 tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami inflasi, terutama cabai merah, cabai rawit, minyak Goreng dan kangkung. Andil masing-masing sebesar 0,379 (mtm); 0,194 (mtm); 0,054 (mtm) dan 0,034 (mtm).
Peningkatan harga aneka cabai dan kangkung disebabkan oleh gagal panen akibat tingginya curah hujan dan kejadian banjir pada awal tahun. Adapun peningkatan harga minyak goreng didorong oleh kenaikan permintaan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Nataru dan Imlek.
"Serta sejalan dengan kenaikan harga CPO yang dipengaruhi dinamika pasokan dalam kondisi cuaca yang kurang kondusif dan kebijakan domestik penerapan program B40," papar Alex, Selasa (4/2/2025).
3. Ada beberapa risiko perlu dimitigasi
Ke depan, BI Provinsi Lampung memprakirakan inflasi IHK di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran infiasi rentang 2,5 plus minus 1 persen (yoy) sepanjang tahun 2025. Namun, terdapat beberapa risiko perlu dimitigasi.
Risiko itu antara lain dari Inflasi Inti (core inflation) berupa peningkatan permintaan agregat sebagai dampak dari kenaikan UMP tahun 2025 sebesar 6.5 persen, berlanjutnya kenaikan harga emas dunia akibat ketidakpastian geopolitik dan sentimen kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
Selanjutnya, dari sisi inflasi makanan yang bergejolak (volatile food) adalah peningkatan harga beras pada puncak musim tanam, risiko gagal panen akibat tingginya intensitas hujan dan kejadian bencana alam banjir pada awal tahun. Adapun risiko dari inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) adalah kenaikan harga aneka rokok seiring pemberlakuan kenaikan harga jual eceran (HJE) rokok konvensional dan elektronik dan kenaikan harga BBM non subsidi
4. Terapkan strategi 4K
Alex menjelaskan, merujuk perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia dan TPID Provinsi Lampung akan terus melanjutkan upaya menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K.
1. Keterjangkauan harga
- Melakukan operasi pasar beras/SPHP secara terarah dan targeted.
- Melakukan monitoring harga dan pasokan, khususnya pada komoditas yang berisiko mengalami kenaikan harga pada triwulan pertama, diantaranya beras, aneka cabai, telur dan daging ayam ras.
2. Ketersediaan pasokan
- Perluasan Implementasi Toko Pengendalian Inflasi di seluruh wilayah IHK/Non-IHK.
- Penguatan kerja sama antar daerah (KAD) maupun intra daerah di Provinsi Lampung untuk komoditas defisit dan berisiko defisit.
3. Kelancaran distribusi
- Penguatan kapasitas transportasi dengan penambahan volume dan rute penerbangan.
- Memastikan keberlanjutan dan penguatan implementasi Mobil TOP (Transportasi Operasi Pasar) dalam menjaga kelancaran operasi pasar.
4. Komunikasi efektif
- Melakukan rapat koordinasi rutin mingguan di setiap Kabupaten/Kota dalam rangka menjaga awareness terkait dinamika harga dan pasokan terkini.
- Memperkuat sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat untuk mengampanyekan perilaku berbelanja bijak dan mencegah panic buying.
