Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Sebab Gak Punya Sahabat setelah Dewasa, Salah atau Lumrah?

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Thirdman)
Intinya sih...
  • Orang dewasa mungkin kehilangan sahabat karena kesibukan dan peran di kehidupan sehari-hari, membuat waktu untuk bersantai dengan teman menjadi sulit.
  • Pindahnya teman-teman dari kantor atau kota, serta menikahnya mereka, juga dapat menyebabkan hilangnya hubungan persahabatan.
  • Di usia dewasa, pasangan hidup bisa menggantikan peran sahabat dalam mendengarkan cerita dan masalah, meskipun kadang juga ada konflik antara sahabat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tidak semua orang kehilangan persahabatan setelah mereka menginjak usia dewasa. Ada orang yang mampu mempertahankan hubungan dengan sahabat-sahabat lama.

Perbedaan kota tinggal pun seolah-olah tak menjadi penghalang buat hubungan mereka. Mereka masih sering berkomunikasi via telepon atau  chat. Saat salah satu mudik atau ditugaskan ke kota yang sama dengan tempat tinggal sahabatnya, mereka pasti mengagendakan pertemuan.

Mereka seperti siap menua bersama sebagai sahabat. Demikian pula mereka tetap membentuk persahabatan dengan beberapa orang baru.

Akan tetapi, kamu tak sendirian apabila tidak lagi mempunyai kawan dekat selepas dewasa. Khususnya setelah dirimu bekerja atau menikah.

Gak sedikit orang yang mengalami hal serupa. Ini bukan tanda kualitas dirimu memburuk sehingga kamu dijauhi orang-orang. Ada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan olehmu atau terjadi secara natural saja.

Sehingga kamu pun baru menyadari ketiadaan sahabat cukup lama kemudian. Biasanya, menghilangnya istilah persahabatan dalam kehidupan orang dewasa disebabkan oleh lima hal berikut.

1. Gak punya waktu untuk hangout

ilustrasi suasana kerja (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi suasana kerja (pexels.com/Thirdman)

Kesibukan sebagai orang dewasa menjadi penyebab pertama dan utama kamu tidak lagi memiliki sahabat. Makin banyak peran yang harus dijalankan dalam keseharianmu, makin tak ada waktu untukmu sekadar bersantai dengan teman-teman.

Kamu gak lagi menonton film, berolahraga, berjalan-jalan, atau sekadar minum kopi sambil mengobrol santai dengan mereka. Aktivitas harianmu terpusat pada pergi serta pulang kerja.

Terlebih apabila dirimu sudah berumah tangga. Berbagai kesibukan di rumah telah menanti. Bahkan bila kamu dan pasangan memiliki ART serta pengasuh anak, tetap saja kalian mesti menjaga kedekatan hubungan. Kebersamaan dengan teman bukan lagi prioritasmu.

Di akhir pekan sekalipun, duniamu adalah rumahmu. Lain dengan semasa kamu remaja. Saat itu pulang sekolah saja dirimu main dulu bareng kawan-kawan.

Apalagi di hari libur, kalian barangkali main dari pagi sampai sore bahkan malam. Sekarang weekend pun kamu tidak sepenuhnya lepas dari pekerjaan. Atau malah waktu itu dimanfaatkan buat bekerja sambilan.

2. Teman-teman datang dan pergi

ilustrasi sekelompok teman (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi sekelompok teman (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Teman-teman yang datang dan pergi tidak selalu karena mereka gak setia. Namun, ini juga bagian yang alami terjadi hampir pada semua orang dewasa.

Di kantor saja tak semua orang yang dulu bareng kamu memulai bekerja di sana akan terus bertahan. Ada kawan yang terkena PHK atau sengaja mengundurkan diri.

Ada juga teman di luar kantor yang menikah dan akan mengikuti pasangannya. Sebagian besar orang dewasa berpindah untuk melanjutkan kehidupannya.

Berbeda sekali dengan kebanyakan anak-anak serta remaja yang cenderung menetap di satu kota saja guna menyelesaikan pendidikannya. Bukan hal mudah buat siapa pun membentuk serta mempertahankan persahabatan kalau teman biasa saja hanya singgah sejenak dalam hidupnya.

Kamu yang tidak lagi mempunyai sahabat boleh jadi juga belajar dari sakitnya perasaan kehilangan mereka dalam waktu singkat. Di awal masa dewasa, dirimu masih punya kawan dekat.

Sampai kamu tahu akan selalu ada yang terlebih dahulu pergi di antara kalian. Dirimu pun tak lagi mengharapkan dan mengusahakan persahabatan dengan siapa pun. Menjaga jarak dalam hubungan ternyata cukup ampuh buat mencegah luka ketika perpisahan harus terjadi.

3. Merasa cukup menceritakan segalanya pada pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Mungkin dulu kamu juga skeptis bahkan sebal ketika orang yang sudah menikah mengatakan sahabatnya adalah pasangan. Menurutmu, itu sikap sok romantis yang berlebihan.

Seakan-akan seluruh manusia di luar pasangan sama sekali tidak penting dalam kehidupan orang yang sudah menikah. Tapi akhirnya kamu seperti termakan pandangan negatifmu sendiri.

Setelah dirimu menikah, hal yang sama juga terjadi. Ketika kalian masih sebatas berpacaran, kamu menceritakan banyak hal termasuk tentangnya pada sahabat.

Akan tetapi selepas kalian menjadi pasangan suami istri, peran sahabat digantikan oleh belahan jiwamu. Apalagi dia tipe pasangan yang sabar mendengarkan setiap ceritamu.

Justru kalau dirimu lagi gak bercerita, ia yang menagih dan menggalinya. Punya pasangan begini membuatmu sampai gak sadar kalau tak lagi memiliki sahabat. Poin plusnya, kamu dapat menceritakan lebih banyak hal pada pasangan tanpa takut sedikit pun ada rahasia yang bocor. 

4. Gak mau terjebak drama persahabatan

ilustrasi percakapan (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Meski kamu merasa punya banyak kecocokan dengan sahabat, pasti ada saatnya kesal satu sama lain. Sebagai contoh, ketika dirimu terpaksa sekali tidak bisa datang ke pesta ulang tahunnya karena harus lembur.

Walaupun kamu tetap mengucapkan selamat ulang tahun dan mengirim kado, boleh jadi sahabat tetap sebal. Menurutnya bukan hadiah itu yang paling penting, melainkan kehadiranmu di momen bahagianya.

Dirimu dengan segala kesibukan sudah tidak tahan lagi dengan drama-drama seperti ini. Hal-hal yang menurutmu perkara sederhana bisa menjadi serius dan melelahkan psikismu. 

Saat dirimu belum memasuki usia dewasa dengan beragam tugas dan tanggung jawab, drama begini malah memberi warna dalam hidupmu. Kamu menjadi punya sesuatu buat dipikirkan dan kemampuanmu mencari solusi makin terlatih.

Akan tetapi, di usiamu sekarang lebih penting untukmu hidup tenang dengan meminimalkan drama dengan siapa saja.

5. Mengutamakan hubungan baik dengan setiap orang

ilustrasi empat perempuan (pexels.com/Anna Tarazevich)
ilustrasi empat perempuan (pexels.com/Anna Tarazevich)

Gak punya sahabat tidak bermakna kamu gagal total dalam menjaga hubungan dengan semua orang. Dirimu memang tak lagi membentuk ikatan persahabatan.

Namun, pada prinsipnya kamu tetap berhubungan baik dengan mereka. Pertemanan kalian berjalan mulus tanpa kendala yang berarti.

Relasi seperti ini bagimu terasa lebih menenangkan. Kalau kamu tenggelam dalam persahabatan, malah hubunganmu dengan lebih banyak orang menjadi sangat ala kadarnya. Dirimu merasa terpenting ada sahabat dan cenderung mengabaikan orang lain. 

Padahal, untuk berbagai keperluan sesungguhnya dirimu membutuhkan mereka semua. Dengan kamu tidak terlalu lekat dengan salah satu teman saja, dirimu bisa lebih mudah membaur bersama siapa pun. Jaringanmu luas dan berkualitas. Itu membantumu lebih berkembang baik dari segi pemikiran maupun penghidupan.

Kebahagiaanmu dulu saat mempunyai sahabat bisa makin berkurang seiring usia. Tapi kamu jangan merasa tak punya circle sama sekali. Di mana pun dirimu berada dan dengan siapa pun berinteraksi sebetulnya otomatis membentuk lingkaran pergaulan. Bedanya cuma gak ada teman yang begitu akrab denganmu. Ini normal saja selama kamu tidak anti untuk bersosialisasi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us