Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gym (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi gym (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Membandingkan diri secara terbukaKebiasaan membandingkan kemajuan fisik dengan orang lain dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengubah suasana gym menjadi kompetitif secara negatif.

  • Memberi nasihat tanpa dimintaMemberikan nasihat atau koreksi tanpa diminta bisa dianggap sebagai bentuk overstepping boundaries dan mengganggu fokus latihan.

  • Menyebarkan gosip atau cerita negatifGosip di lingkungan gym dapat merusak reputasi seseorang, menciptakan jarak dan ketidakpercayaan dalam kelompok, serta membuat orang kehilangan kepercayaan dari teman-temannya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjaga hubungan yang sehat dengan teman gym menjadi bagian penting dari pengalaman berolahraga yang menyenangkan dan produktif. Dalam lingkungan tempat kebugaran, interaksi sosial dapat memberikan semangat tambahan, motivasi, serta rasa kebersamaan yang kuat.

Namun, kedekatan dalam konteks olahraga sering kali menimbulkan tantangan tersendiri apabila tidak dibarengi dengan sikap saling menghormati dan menjaga batasan. Apalagi, berolahraga bukan hanya soal membentuk tubuh, tetapi juga membentuk karakter dan etika dalam bersosialisasi.

Ketika seseorang menjaga adab dan memahami norma-norma sosial di tempat gym, maka hubungan yang terjalin bisa berkembang secara alami dan saling mendukung. Sebaliknya, jika etika dan sensitivitas diabaikan, maka hubungan yang awalnya menyenangkan bisa berubah menjadi canggung atau bahkan renggang.

Untuk mencegah terjadinya perselisihan, yuk simak tujuh hal harus dihindari agar hubungan dengan teman gym tetap sehat. Jangan dilewatkan!

1. Membandingkan diri secara terbuka

ilustrasi dua teman gym (freepik.com/fxquadro)

Kebiasaan membandingkan kemajuan fisik dengan orang lain secara terbuka dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Walau kadang dimaksudkan sebagai motivasi, perbandingan yang diucapkan secara langsung dapat membuat orang merasa tidak percaya diri atau merasa dihakimi.

Setiap individu memiliki latar belakang kebugaran, kondisi tubuh, dan tujuan yang berbeda. Ketika seseorang terus-menerus membandingkan bentuk tubuh, jumlah repetisi, atau berat beban dengan orang lain, hal ini bisa menimbulkan kesan merendahkan.

Membangun hubungan yang sehat di gym lebih membutuhkan empati daripada kompetisi. Bila terlalu fokus pada pencapaian orang lain, seseorang bisa kehilangan fokus terhadap proses dan kemajuan pribadinya.

Hal ini juga dapat mengubah suasana gym menjadi kompetitif secara negatif. Memberi dukungan dan menghargai pencapaian teman, tanpa perlu membandingkan, akan membuat suasana lebih nyaman dan kondusif bagi semua.

2. Memberi nasihat tanpa diminta

ilustrasi dua teman gym (freepik.com/gpointstudio)

Meskipun niat membantu teman saat berolahraga adalah hal yang baik, memberikan nasihat atau koreksi tanpa diminta bisa dianggap sebagai bentuk overstepping boundaries. Tidak semua orang merasa nyaman ketika aktivitas olahraganya dikomentari, apalagi bila nasihat tersebut terdengar meremehkan atau menggurui.

Terkadang, orang hanya ingin fokus pada latihannya sendiri tanpa interupsi dari orang lain. Menjaga hubungan tetap sehat berarti tahu kapan harus berbicara dan kapan harus menahan diri. Kecuali seseorang meminta saran secara langsung, sebaiknya hindari memberi masukan, terutama yang berkaitan dengan teknik atau strategi latihan.

Apabila seseorang benar-benar melihat risiko cedera atau kesalahan yang membahayakan, pendekatan yang sopan dan rendah hati akan lebih diterima.

3. Menyebarkan gosip atau cerita negatif

ilustrasi dua teman gym (freepik.com/prostooleh)

Gosip di lingkungan gym dapat menyebar dengan cepat dan merusak reputasi seseorang. Ketika seseorang mulai membicarakan keburukan teman latihannya, baik itu tentang fisik, gaya latihan, atau kehidupan pribadinya.

Hal ini bisa menimbulkan ketegangan yang serius. Lingkungan gym harus menjadi tempat yang positif dan mendukung, bukan ruang untuk menyebarkan kabar yang tidak jelas sumbernya. Menyebarkan cerita negatif tidak hanya merugikan orang yang digosipkan, tetapi juga menciptakan jarak dan ketidakpercayaan dalam kelompok.

Orang yang sering menyebarkan gosip lambat laun akan kehilangan kepercayaan dari teman-temannya. Jika ada ketidaksukaan atau masalah pribadi dengan seseorang, jauh lebih bijak untuk menyimpannya atau menyelesaikannya secara langsung dan dewasa. Hindari menjadikan gym sebagai tempat untuk melampiaskan emosi negatif terhadap orang lain.

4. Mengganggu saat teman sedang fokus latihan

ilustrasi dua teman gym (freepik.com/prostooleh)

Saat seseorang sedang berlatih dengan serius, konsentrasi sangat dibutuhkan. Mengganggu teman saat sedang mengangkat beban, melakukan plank, atau aktivitas intens lainnya bisa membahayakan dan mengganggu efektivitas latihan.

Meskipun niat mengajak berbicara atau bercanda terdengar ringan, namun waktunya harus tepat. Jika tidak, hal tersebut bisa dianggap sebagai gangguan yang tidak diperlukan.

Menjaga kesadaran terhadap waktu dan suasana adalah kunci untuk menciptakan kenyamanan di gym. Bila melihat seseorang mengenakan headset, melakukan set intensif, atau tidak menyambut percakapan, itu adalah tanda bahwa mereka ingin fokus.

Memberi ruang dan menghormati momen latihan akan membantu menjaga keharmonisan relasi, sekaligus menciptakan suasana yang mendukung bagi pencapaian pribadi masing-masing.

5. Menggunakan alat terlalu lama tanpa peduli sekitar

ilustrasi dua teman gym (freepik.com/katemangostar)

Salah satu penyebab ketegangan di gym adalah penggunaan alat yang terlalu lama tanpa mempertimbangkan antrian atau kebutuhan pengguna lain. Ketika seseorang memakai alat terlalu lama hanya karena berbincang atau bermain ponsel, ini bisa menimbulkan kesan egois.

Sikap ini tidak hanya menyulitkan teman gym, tapi juga menimbulkan suasana tidak nyaman bagi yang sedang menunggu. Berbagi alat secara adil dan efisien merupakan bentuk etika dalam menggunakan fasilitas umum.

Bila memang harus menggunakan alat dalam waktu cukup lama karena sesi tertentu, penting untuk memberi tahu orang di sekitar atau menawarkan alternating sets jika memungkinkan. Tindakan kecil seperti ini menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain dan dapat mencegah konflik yang tidak perlu di kemudian hari.

6. Mengunggah foto teman tanpa izin

ilustrasi dua teman gym (freepik.com/freepik)

Di era media sosial, banyak orang senang membagikan momen aktivitasnya, termasuk saat berolahraga. Namun, mengunggah foto atau video teman gym tanpa izin adalah tindakan yang melanggar privasi.

Meskipun dianggap sepele, hal ini dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman atau bahkan tersinggung. Setiap orang berhak menentukan bagaimana dan kapan dirinya ditampilkan di ruang publik, termasuk di media digital.

Menghargai privasi bukan hanya soal etika, tapi juga menunjukkan kepedulian terhadap perasaan teman. Sebelum mengunggah konten yang melibatkan orang lain, selalu penting untuk meminta persetujuan terlebih dahulu.

Ini akan menciptakan kepercayaan dan menghindari potensi konflik yang timbul akibat penyalahgunaan foto atau konten pribadi di media sosial. Lingkungan gym yang sehat tidak hanya terlihat di lantai latihan, tetapi juga di dunia maya.

7. Menganggap diri lebih superior

ilustrasi dua teman gym (freepik.com/Drazen Zigic)

Sikap merasa lebih baik dari teman-teman gym lainnya adalah hal yang sangat merusak hubungan sosial. Terkadang, seseorang yang sudah lebih lama berlatih merasa lebih tahu dan memandang rendah mereka yang baru memulai.

Tindakan seperti mengejek, meremehkan, atau menunjukkan sikap sok tahu akan membuat orang lain merasa kecil dan tidak dihargai. Dalam situasi seperti ini, bukan hanya relasi yang rusak, tetapi juga semangat komunitas yang tercipta di gym akan terpecah.

Hubungan yang sehat dibangun dari rasa kesetaraan dan saling menghormati. Tidak ada satu pun orang yang lebih baik dari yang lain karena semua orang berada dalam prosesnya masing-masing. Sikap rendah hati akan lebih dihargai daripada kesombongan, tak peduli seberapa besar otot atau seberapa lama pengalaman di gym.

Menjauh dari mentalitas superioritas, semua anggota komunitas gym bisa merasa diterima dan termotivasi untuk berkembang bersama. Bila semua orang saling menghormati dan menjaga etika dalam berperilaku, gym tidak hanya menjadi tempat untuk membentuk fisik, tetapi juga menjadi tempat yang menyenangkan untuk tumbuh dan berteman.

Dalam suasana yang penuh hormat dan tanpa drama, pencapaian pribadi pun akan terasa lebih bermakna karena dicapai bersama dalam semangat positif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team