Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Orang Stuck Lama Pernikahan Toxic, Bertahan demi Status?

ilustrasi pasangan putus (pexels.com/RODNAE Productions)

Pada dasarnya semua orang menikah tentu dengan tujuan hidup bahagia bersama pasangan. Akan tetapi apa yang terjadi ke depannya di dalam hubungan tidak ada bisa menebak.

Bisa jadi yang tadinya hubungan sehat berubah jadi toxic dan menyiksa batin. Sehingga alasan kenapa seseorang memilih bertahan dalam pernikahan toxic pun bisa berbagai macam. 

Bukannya betah dan suka dengan hubungan toxic, tapi terkadang ada alasan tertentu membuat seseorang terpaksa bertahan dalam pernikahan meskipun sudah tidak baik. Bisa jadi karena anak, jaminan finansial, atau bahkan demi mempertahankan status pernikahan.

Apapun alasannya tetap saja tidak baik jika stuck lama dalam pernikahan toxic, tapi untuk lebih jelasnya bisa simak satu-persatu pembahasannya pada poin di bawah ini. 

1. Ditahan-tahani demi status pernikahan

ilustrasi pasangan bosan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Sebagian orang ada memilih mempertahankan pernikahannya hanya untuk status. Kesannya seperti tidak logis, tapi di tengah tuntutan standar sosial dan mungkin juga untuk menjaga nama baik, mau gak mau jadi bertahan dalam kondisi pernikahan sudah tidak baik.

Tidak bisa menghakimi alasan seperti ini, karena bagi sebagian orang status sangatlah penting untuk menjaga image dan tuntutan sosial. 

2. Demi jaminan finansial

ilustrasi pegang uang (pexels.com/Mikhail Nilov)

Alasan lainnya kenapa seseorang memilih untuk bertahan dalam pernikahan toxic adalah demi jaminan finansial. Ada kekhawatiran biaya hidup tidak terpenuhi atau bahkan jatuh miskin ketika berpisah dengan pasangan, sehingga mau tak mau bertahan demi kelangsungan hidup.

Meski tak ada cinta, tak ada kepedulian, menyiksa batin dan pikiran, tapi semuanya ditahani agar kebutuhan hidup tetap terjamin. 

3. Bertahan untuk anak agar punya keluarga utuh

ilustrasi keluarga (pexels.com/Elina Fairytale)

Percaya atau tidak, anak menjadi pertimbangan besar bagi para orang tua dalam keputusan perpisahan. Meskipun hubungan sudah tidak sehat, bertengkar terus dengan pasangan, tapi semuanya ditahan agar keutuhan keluarga tetap terjaga demi anak.

Karena seperti yang kita tahu, ada dampak dan efek trauma tersendiri bagi anak kehilangan keutuhan orangtuanya. 

4. Susah lepas karena terbiasa dengan pola hubungan toxic

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Yan Krukau)

Disadari atau tidak, sebenarnya bagaimana pola hubungan di dalam keluarga atau lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam membantuk pola hubungan sendiri, lho. Orang  sudah terbiasa melihat dan berada dalam hubungan toxic, ketika dewasa dan menikah jadi susah lepas dari pernikahannya yang toxic.

Bukan karena betah atau suka, tapi karena sudah terbiasa dan tertanam pemahaman kalau hubungan seperti itu normal adanya. 

5. Tenggelam dalam harapan kalau suatu saat akan berubah

ilustrasi melirik (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bisa dibilang orang memilih bertahan dalam pernikahan toxic itu bisa jadi karena masih ada harapan tersendiri pada pasangannya. Meskipun sekarang toxic, tapi yang namanya mencintai seseorang tentu berharap kalau nantinya dia berubah jadi lebih baik, kan.

Harapan seperti ini wajar, tapi yang menyiksa diri itu kalau tenggelam dalam harapan dengan terus bertahan dalam pernikahan toxic

Lima poin tadi mungkin menjadi alasan tak logis bagi sebagian orang untuk bertahan dalam pernikahan toxic. Namun bagi menjalaninya terkadang harus dilakukan karena terpaksa, pasrah, atau bahkan menjadi harapan terakhirnya dalam pernikahan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us