Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menikmati minuman (pexels.com/Vlad Deep)

Intinya sih...

  • Orang merasa tidak nyaman saat ditanya soal kapan menikah
  • Pertimbangkan hubungan dan tipe jomlo sebelum bertanya
  • Lihat fokus, alokasi keuangan, dan trauma sebelum menanyakan pernikahan

Kamu tentu telah tahu tak sedikit orang merasa tidak nyaman kalau ditanya soal kapan akan menikah. Pertanyaan itu terlalu privasi bagi mereka dan dapat menimbulkan kecemasan jauh lebih lama daripada ketika dirimu melontarkannya.

Maka dari itu, kamu harus sangat berhati-hati sebelum menanyakannya pada siapa pun. Bukan lantas pertanyaan kapan nikah sama sekali gak boleh diajukan. Beberapa orang dan dalam situasi tertentu bisa juga ingin ditanya begitu.

Oleh karenanya, sebagai orang bakal bertanya, kamu kudu punya sensitivitas mengenai siapa saja yang perlu atau gak perlu mendapatkan pertanyaan tersebut. Orang-orang menunjukkan tujuh ciri berikut tidak cocok ditanya kapan menikah.

1. Gaya pacarannya masih santai

ilustrasi pasangan (pexels.com/Mike Jones)

Memang bukan kamu menjalani hubungan sehingga bagaimana persisnya hubungan itu berjalan hanya dia dan pacarnya yang tahu. Tapi sebagai pengamat, dirimu dapat memperhatikan beberapa hal.

Kalau ia dan pacarnya lebih suka berkencan di luar daripada di rumah orang tua masing-masing bahkan belum saling berkenalan dengan keluarga, sepertinya pernikahan belum menjadi targetnya dalam waktu dekat.

Mereka masih sekadar sebagai teman jalan, makan, mengobrol dan melakukan sejumlah kegiatan sambil saling mengenal. Mereka menikmati hari demi hari dan belum menatap sampai jauh ke depan.

Ketika ia bercerita padamu, tak sedikit pun dia menyinggung mengenai kemungkinan lebih serius dalam hubungannya. Ingat aturan tidak tertulis bila seseorang belum mulai membicarakan hal yang pribadi dalam hidupnya, kamu gak usah mendahuluinya.

2. Masih jomlo dan gak berusaha mencari pasangan

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ada dua tipe jomlo perlu kamu perhatikan. Pertama, jomlo yang lagi berusaha keras mencari pasangan. Ini terlihat dari usahanya mendekati beberapa lawan jenis bahkan mungkin memintamu membantunya mencarikan calon pasangan. Atau, dia aktif menggunakan aplikasi kencan.

Teman atau saudara jomlo dengan ciri ini lebih siap dengan pertanyaan kapan nikah sebab usaha-usaha dilakukannya memang terlihat mengarah ke sana. Akan tetapi, jomlo tipe kedua sebaiknya tidak diganggu dengan pertanyaan seperti itu. Ciri dasarnya ialah ia masih sangat menikmati kesendiriannya.

Dia gak berusaha melakukan PDKT ke siapa pun bahkan cenderung menjauh kalau didekati terlebih dahulu oleh lawan jenis. Saat ada orang menawarinya buat membantu mencarikan pacar, ia pun menolak. Dia sama sekali tidak ingin mencobanya. Pacaran saja belum diinginkannya apalagi menikah.

3. Berpandangan banyak hal lebih membahagiakan daripada menikah

ilustrasi seorang pria (pexels.com/RDNE Stock project)

Fokuslah pada lebih membahagiakan daripada menikah. Maknanya, menikah bukan sumber kebahagiaan yang paling menarik baginya. Mungkin dia masih lebih bahagia mengejar berbagai pencapaian dalam pekerjaan, bersantai dengan teman-teman, atau berada di tengah keluarganya saja.

Jika kalimatnya hanya banyak hal yang sama membahagiakannya dengan pernikahan, semua itu memiliki posisi yang setara. Dia dapat memilih secara acak cara-cara untuk mendapatkan kebahagiaan, termasuk menikah dalam waktu yang cukup dekat.

Namun bila masih banyak hal yang lebih menyenangkannya ketimbang berumah tangga, kecenderungannya adalah mengejar hal-hal lain itu dulu. Untuk saat ini, ia bahkan dapat agak skeptis terhadap pernikahan.

Seolah-olah ada ketakutan kalau perkawinan hanya akan membuatnya menderita. Tidak seperti hal-hal lain yang diyakininya lebih menjanjikan kebahagiaan.

Orang cenderung bermain aman dengan mengejar apa yang paling dipercayainya. Maka pertanyaan kapan menikah yang ditujukan padanya sebenarnya sudah jelas jawabannya. Yaitu, nanti-nanti saja setelah ia puas mereguk kebahagiaan dari sumber-sumber yang lain.

4. Mampu, tapi belum menyiapkan anggaran buat pernikahan

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Falak Z)

Kamu juga bisa menilai kesiapan seseorang ditanya soal pernikahan dari alokasi keuangannya. Kalau dia bukan orang terdekatmu tentu sulit untukmu mengetahuinya. Sehingga tak perlu pula kamu bersikap sok tahu lantas menanyakan rencana pernikahannya. 

Namun apabila ia masih sahabat atau saudara kandung, barangkali dia pernah menyinggung seputar pengelolaan keuangannya. Pendapatan per bulannya dibagi buat pos apa saja.

Bila seseorang telah secara khusus menyiapkan tabungan bakal menikah sekalipun hingga saat ini calonnya belum ada, dirimu boleh bertanya dengan sopan seputar rencana pernikahannya.

Misalnya, target usianya buat menikah sehingga ia telah menyiapkan dananya sejak sekarang. Akan tetapi bila dia belum membuat simpanan khusus bakal menikah padahal secara pendapatan telah mampu, boleh jadi itu memang bukan prioritasnya. Jangankan prioritas, memikirkannya saja belum.

Makanya, penghasilannya masih habis untuk hal-hal lain sama sekali tak terkait dengan pernikahan. Kalaupun dia punya tabungan bakal beli rumah, alasan pembeliannya tidak berkaitan dengan seandainya dia kelak berumah tangga. Namun, semata-mata untuk memberinya tempat tinggal yang nyaman sekaligus menjadi hak miliknya.

5. Masih memfokuskan diri pada sesuatu

ilustrasi fokus mengerjakan sesuatu (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kalau sudah berbicara seputar fokus orang lain, jangan menilainya penting atau tidak dari kacamatamu. Meski apa yang tengah menjadi perhatian utamanya tak penting buatmu, baginya barangkali segalanya untuk saat ini. Misalnya, memfokuskan diri pada pendidikan atau pekerjaan.

Jangan mengganggunya dengan pertanyaan tentang kapan menikah. Itu dapat terasa menjengkelkan untuknya karena selain dirasa gak penting buat sekarang, juga bikin dia merasa dirimu tidak menghargai apa yang sedang dikerjakannya. Orang tengah berkonsentrasi penuh pada sesuatu cuma suka ditanya seputar hal tersebut.

Pertanyaan yang selaras dengan fokusnya kini membantunya meningkatkan semangat. Sementara pertanyaan yang menyimpang terasa mengalihkan perhatiannya dari hal yang berharga ke hal yang receh untuknya. Dirimu sebaiknya membiarkannya bergelut dengan sesuatu yang menjadi minatnya dulu.

6. Nyaman menikmati solo traveling dan berkencan dengan diri sendiri

ilustrasi me time (pexels.com/Lucas Andrade)

Lihat pula bagaimana cara seseorang menghabiskan waktunya. Apakah dia tampak nyaman-nyaman saja dengan kesendiriannya? Meski gak ada teman jalan, ia malah terlihat menikmati solo traveling dan seperti berkencan dengan diri sendiri di akhir pekan.

Semua itu cukup sebagai tanda kehidupannya berjalan baik-baik saja walau belum memiliki pasangan. Malah mungkin inilah saat-saat terbaik ketika ia leluasa melakukan perjalanan dan menikmati aneka kuliner seorang diri tanpa perlu berembuk dengan siapa pun. Kalau kamu mendesaknya dengan pertanyaan seputar pernikahan, justru itulah yang membuat suasana hatinya memburuk.

7. Sudah bilang ia masih dibayangi rasa trauma

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Norma Mortenson)

Jika seseorang telah berkata tentang traumanya, hindari mendebatnya sedikit pun. Apalagi rasa trauma itu timbul dari peristiwa-peristiwa besar dalam hidupnya. Jangan mengecilkannya seakan-akan menghapus rasa trauma semudah nasihatmu.

Keterlaluan jika kamu justru sibuk bertanya soal rencana pernikahan pada seseorang yang trauma terhadap kehidupan berumah tangga. Entah dia pernah gagal dalam membina rumah tangga atau menjadi korban dari ketidakharmonisan kedua orangtuanya.

Bersikaplah penuh empati terhadapnya dengan lebih berhati-hati saat membicarakan perkawinan. Jangan jadikan dia target dari rasa kepomu saja tanpa memperhatikan bahwa pertanyaan tentang pernikahan bisa membangkitkan traumanya.

Tidak semua orang membenci pertanyaan kapan menikah. Beberapa orang memang sudah menginginkannya bisa antusias dalam menjawab dan menjadikanmu teman mengobrol mengenai topik tersebut. Namun, kesal dengan pertanyaan yang bersifat pribadi juga bukan hal yang salah. Jangan menanyakannya pada orang-orang dengan tujuh ciri di atas supaya tak menimbulkan masalah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team