ilustrasi bekerja (pexels.com/Gustavo Fring)
Kehilangan pekerjaan, putus hubungan, atau pisah dari komunitas tertentu bisa jadi momen sulit bagi siapa aja. Tapi, bagi orang yang ngalamin identity scaffolding, kehilangan peran ini bisa berasa kayak kehilangan seluruh identitas.
Kalau kamu merasa benar-benar gak tahu siapa dirimu setelah gak lagi jadi karyawan di perusahaan tertentu, pasangan dari seseorang, atau anggota dari suatu komunitas, ini bisa jadi tanda kalau identitasmu terlalu bergantung pada peran tersebut.
Identitas yang sehat seharusnya lebih luas dari sekadar peran yang kita mainin. Ketika identitas dibangun di atas fondasi yang kuat, mungkin sedih kehilangan peran tertentu, tapi kita tetap tahu siapa diri kita. Tapi, kalau kamu berasa kayak kehilangan seluruh eksistensimu saat kehilangan peran, itu nunjukkin kalau identitasmu dibangun di atas perancah yang gak stabil.
Identity scaffolding memang bisa bikin kita nyaman dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang, hal ini bisa nyebabin krisis identitas yang serius. Mengenali tanda-tanda di atas adalah langkah pertama untuk membangun identitas yang lebih otentik dan kokoh. Ingat, menemukan diri sejati bukanlah proses instan, melainkan perjalanan panjang yang butuh refleksi dalam dan keberanian untuk melepaskan perancah yang selama ini kita andalkan.