Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi teman (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi teman (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Minat yang berubah-ubah sesuai tren sosial atau media adalah tanda identity scaffolding.
  • Perubahan kepribadian yang kontras di lingkungan berbeda menunjukkan identitas sedang dibangun di atas perancah.
  • Ketergantungan pada validasi digital, kesulitan menjawab pertanyaan nilai-nilai, dan kehilangan peran sebagai tanda identity scaffolding.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah gak sih, kamu merasa identitasmu berubah-ubah tergantung lingkungan? Atau malah sering banget ganti minat begitu ada tren baru? Tenang, kamu gak sendirian. Identity scaffolding ini lebih umum dari yang kamu kira dan sering kali jadi penghalang untuk mengenal diri sendiri dengan baik.

Identity scaffolding adalah kondisi dimana seseorang membangun identitasnya berdasarkan pengaruh luar yang sifatnya sementara, seperti tren sosial media, ekspektasi teman, atau tekanan masyarakat. Akibatnya, gak benar-benar tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Nah, berikut lima tanda kalau kamu mungkin sedang mengalami identity scaffolding. Yuk, simak!

1. Kamu sering berubah minat dan passion sesuai dengan tren terkini

ilustrasi gawai (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Apakah kamu pernah merasa super excited dengan suatu hobi karena lagi populer, tapi minat itu langsung hilang begitu tren berlalu? Ini bisa jadi tanda identity scaffolding yang jelas banget.

Kamu cenderung mengadopsi minat baru bukan karena memang suka, tapi karena ingin jadi bagian dari apa yang lagi hits. Misalnya, kamu tiba-tiba tergila-gila sama fotografi pas semua orang ngomongin itu, terus beralih ke merajut ketika jadi tren berikutnya, lalu pindah lagi ke hiking saat timeline dipenuhi konten outdoor.

Gak ada yang salah dengan mencoba hal baru, tapi kalau kamu gak pernah memperdalam dan cuma ikut arus, mungkin identitasmu sedang dibangun di atas perancah yang gampang goyah.

2. Kepribadianmu berubah drastis saat berganti lingkungan pertemanan

ilustrasi teman (pexels.com/William Fortunato)

Punya sisi berbeda dalam situasi yang berbeda memang wajar, tapi kalau kamu berasa kayak orang yang benar-benar beda saat pindah lingkungan, ini bisa jadi tanda identity scaffolding. Kamu mungkin jadi super ekstrovert dan vokal di satu kelompok, tapi pendiam dan pasif di kelompok lain, dengan perubahan yang terlalu kontras.

Ketika identitas dibangun di atas perancah, kita cenderung mengubah total kepribadian, nilai, dan bahkan cara bicara untuk nyesuaiin diri dengan lingkungan. Hal ini beda dengan adaptasi sehat, karena adaptasi sehat tetap mempertahankan inti diri. Kalau kamu sering gak mengenali dirimu sendiri saat ngeliat kembali gimana kamu berperilaku di lingkungan berbeda, mungkin saatnya introspeksi.

3. Kamu sangat bergantung pada validasi orang lain dan media sosial

ilustrasi teman (pexels.com/Mikhail Nilov)

Media sosial jadi salah satu faktor terbesar dalam pembentukan identity scaffolding. Kalau kamu cuma merasa bahagia waktu postinganmu dapat banyak like atau komen positif, dan langsung drop banget pas engagement rendah, ini bisa jadi tanda kuat kalau identitasmu terikat sama validasi digital.

Orang yang ngalamin identity scaffolding sering banget nyesuaiin konten, penampilan, bahkan opini mereka berdasarkan apa yang kemungkinan besar bakal dapat respons positif. Mereka posting foto yang sebenarnya gak mencerminkan kehidupan nyata, atau sharing pendapat populer meskipun secara pribadi mereka gak sepenuhnya setuju. Hal ini menciptakan ketergantungan pada perancah digital yang makin sulit dilepaskan seiring waktu.

4. Kamu gak punya jawaban pasti saat ditanya tentang nilai-nilai pribadimu

ilustrasi berbincang (pexels.com/Budgeron Bach)

Salah satu tanda paling jelas dari identity scaffolding adalah saat kamu kesulitan menjawab pertanyaan tentang nilai-nilai yang kamu pegang teguh. Kalau ditanya soal prinsip hidup, pandangan politik, atau hal-hal yang kamu yakini benar, mungkin cenderung kasih jawaban yang ambigu atau malah nyesuaiin jawaban dengan siapa yang nanya.

Orang dengan identitas yang kokoh biasanya punya nilai-nilai inti yang gak gampang goyah, meskipun mereka tetap terbuka untuk belajar dan berkembang. Sebaliknya, orang yang ngalamin identity scaffolding sering bingung tentang apa yang benar-benar mereka yakini karena terlalu sibuk nyesuaiin diri dengan ekspektasi eksternal.

Kalau kamu sering sadar bahwa kamu gak punya pendapat sendiri dan cuma ikut arus, ini mungkin tanda perlu mengeksplorasi nilai-nilai pribadimu lebih dalam.

5. Kamu merasa kehilangan arah saat identitas utamamu hilang atau berubah

ilustrasi bekerja (pexels.com/Gustavo Fring)

Kehilangan pekerjaan, putus hubungan, atau pisah dari komunitas tertentu bisa jadi momen sulit bagi siapa aja. Tapi, bagi orang yang ngalamin identity scaffolding, kehilangan peran ini bisa berasa kayak kehilangan seluruh identitas.

Kalau kamu merasa benar-benar gak tahu siapa dirimu setelah gak lagi jadi karyawan di perusahaan tertentu, pasangan dari seseorang, atau anggota dari suatu komunitas, ini bisa jadi tanda kalau identitasmu terlalu bergantung pada peran tersebut.

Identitas yang sehat seharusnya lebih luas dari sekadar peran yang kita mainin. Ketika identitas dibangun di atas fondasi yang kuat, mungkin sedih kehilangan peran tertentu, tapi kita tetap tahu siapa diri kita. Tapi, kalau kamu berasa kayak kehilangan seluruh eksistensimu saat kehilangan peran, itu nunjukkin kalau identitasmu dibangun di atas perancah yang gak stabil.

Identity scaffolding memang bisa bikin kita nyaman dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang, hal ini bisa nyebabin krisis identitas yang serius. Mengenali tanda-tanda di atas adalah langkah pertama untuk membangun identitas yang lebih otentik dan kokoh. Ingat, menemukan diri sejati bukanlah proses instan, melainkan perjalanan panjang yang butuh refleksi dalam dan keberanian untuk melepaskan perancah yang selama ini kita andalkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team