Cerita Penjaga Air Bersih Rela Tak Digaji, Tetap Layani Keluhan Warga

Sumber mata air kini menyusut drastis

Tanggamus, IDN Times - Mencuci di sungai dan mengambil air menggunakan jeriken dari sumber mata air berada dataran rendah awalnya menjadi budaya masyarakat di Kampung Teba, Kecamatan Kota Agung Timur, Tanggamus, Provinsi Lampung. 

Kini, budaya tersebut tak lagi dilakoni masyarakat, semenjak Danone membeli lahan di sumber mata air tersebut dan memberi fasilitas penyaluran air bersih. Bahkan sumber mata air itu kini dibuatkan rumah supaya tetap terjaga kejernihannya.

Alfian, selaku Koordinator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) mengatakan, masyarakat justru menimbun sumur yang telah dibuat dan lebih mengandalkan saluran mata air tersebut. "Menurut masyarakat itu lebih murah ketimbang harus pakai sanyo di rumah kan kena biaya listrik," kata Alfian, Kamis (14/10/2021). 

1. Tak ada kompensasi pasti, Hasnidar tetap menjaga saluran air untuk warga

Cerita Penjaga Air Bersih Rela Tak Digaji, Tetap Layani Keluhan WargaKondisi mata air di Kampung Teba, Tanggamus menyusut signifikan (IDN Times/Silviana)

Penyaluran air bersih itu kemudian dikelola secara sukarela oleh empat orang pengurus usianya sudah 70an tahun. Mereka disebut Badan Pengelola Saluran Air Bersih (BPSAB).

Hasnidar salah satu pengurus yang sudah lima tahun berjibaku dengan saluran air, mengatakan, keterlibatannya lantaran ingin membantu penyaluran air tersebut ke rumah warga. Meski tak ada kompensasi yang pasti, Hasnidar bersama tiga rekannya rela meluangkan waktu jika terjadi kerusakan pada saluran air.

"Dulu kayanya susah ya, gimana caranya biar sumber air yang ada di bawah ini bisa sampai ke atas mengaliri warga. Ternyata sekarang bisa 100 persen menghidupi masyarakat Kampung Teba," kata Haidar.

2. Kapanpun warga membutuhkan, BPSAB siap turun

Cerita Penjaga Air Bersih Rela Tak Digaji, Tetap Layani Keluhan WargaIDN Times/Silviana

Menurut Hasnidar, awalnya masyarakat menikmati secara gratis air tersebut. Namun seiring berjalannya waktu terjadi kerusakan paralon atau air tidak naik ke atas. Kini diminta uang iuran sebesar Rp3.000 per rumah dalam satu bulan. Di Kampung Teba ada sekitar 200 rumah, itu pun tidak semuanya membayar tepat waktu.  

Uang tersebut, untuk membenahi jika terjadi kerusakan dan sisanya sebagai kompensasi untuk empat pengurus BPSAB.

"Kapan pun warga minta bantuan soal air ya kami langsung tindak lanjuti. Mau itu malem, hujan kami turun langsung. Karena pernah terlambat kami tangani, akhirnya warga protes," ceritanya.

Baca Juga: Cara Pencegahan Stunting, Tak Hanya Gizi Tapi Sanitasi dan Perilaku

3. Mata air mulai menyusut drastis

Cerita Penjaga Air Bersih Rela Tak Digaji, Tetap Layani Keluhan WargaKondisi mata air di Kampung Teba, Tanggamus menyusut signifikan (IDN Times/Silviana)

Namun masalah yang tak bisa dihindari dan tak mudah dibenahi oleh pengurus BPSAB saat ini adalah menyusutnya debit air yang sangat siginifikan.

"Tadinya debit air sekian detik satu liter sekarang sudah berkurang. Walau pun sekarang masih cukup, tapi perbandingannya dengan dua tahun lalu itu 9:10," ujarnya.

4. Warga belum sadar kebijakan memakai air

Cerita Penjaga Air Bersih Rela Tak Digaji, Tetap Layani Keluhan Wargaguadanews.es

Abdul Manaf, Stakeholder Relation & Susdev Manager PT Tirta Investama Aqua Danone Kota Agung juga mengaku kaget melihat kondisi mata air yang menurun signifikan.

Menurutnya, musim memang sangat berpengaruh pada penurunan debit air. Namun pihaknya mengatakan sedang berusaha agar ketersediaan air bersih tetap terjamin untuk masyarakat.

"Hari ini kita diskusi mencari solusi supaya keterdesiaan air bersih tetap bisa dinikmati masyarakat. Tidak hanya di Pekon Teba, di beberapa pekon juga terjadi penurunan debit mata air," kata Manaf saat ditemui di lokasi sumber mata air Pekon Teba, Kamis (14/10/2021).

Menurut Manaf, pihak Danone juga sudah menerapkan meteran untuk mengontrol pemakaian air warga. Sebab kebiasaan menutup buka keran air masih rendah. Masih banyak warga membiarkan kerannya mengalir meski air sedang tidak digunakan.

5. YKWS masih kaji penyusutan debit air

Cerita Penjaga Air Bersih Rela Tak Digaji, Tetap Layani Keluhan WargaIDN Times/Silviana

Koordinator Program Wash Terintegrasi Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) . Deden mengatakan, pihaknya juga sedang mengkaji penyusutan mata air tersebut. Sehinga belum bisa dipastikan faktor penyebabnya.

"Kemungkinan faktor alam atau pembukaan hulu di atas. Tapi seharusnya tidak signifikan. Cuma air itu benar-benar turun signifikan saat terjadi ratusan gempa beberapa bulan lalu. Mungkin tertutupnya mata air itu akibat goncangan gempa," terang Deden.

Menurutnya, penyusutan air terbanyak selama YKWS mendampingi pengelolaan sumber air bersih di Pekon Teba. "Perilaku masyarakat juga belum bijak menggunakan air. Jadi ini juga penting untuk diingatkan pada masyarakat," ujarnya.

Baca Juga: Polisi Tanggamus Tempuh Jalan Terjal dan Licin demi Vaksinasi Warga 

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya