Cerita Zainal Arifin, Petani Milenial Asal Lampung Tengah

Pernah daftar CPNS tapi tak ikut tes

Intinya Sih...

  • Generasi muda lebih suka kerja di kota daripada menjadi petani
  • Zainal Arifin, lulusan D3, memilih jadi petani di desa setelah kuliah
  • Petani di desa kekurangan lahan dan pendapatan, berharap bantuan pemerintah

Bandar Lampung, IDN Times - Regenerasi petani menjadi salah satu persoalan pelik di Indonesia. Hal ini selalu menjadi bahasan serius dikalangan akademisi sampai komunitas. Karena jumlah petani terus menurun namun degradasi ini tak dibarengi dengan penambahan petani muda.

Generasi muda yang didominasi generasi milenial dan Z saat ini cenderung lebih memilih ke gaya hidup urban sehingga mencari kerja ke kota dinilai lebih menarik dan menjanjikan. Namun berbeda dengan generasi milenial di Lampung Tengah bernama Zainal arifin (28).

Warga Desa Rejo Asri ini telah menjadi petani padi sawah selama 4 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan D3 di Politeknik Negeri Lampung, Zainal memilih kembali ke desa untuk mengolah lahan seluas 0,25 hektare milik orang tuanya.

"Kalau bicara soal regenerasi petani di Indonesia memang cukup miris. Di desa ini saja bisa dibilang regenerasi petani nyaris gak ada. Belum tentu satu tahun itu tumbuh satu petani,” katanya, Senin (29/1/2024)

1. Dapat beasiswa pemda dan pesan penting dari gubernur

Cerita Zainal Arifin, Petani Milenial Asal Lampung TengahPetani di Kota Mataram panen padi beberapa waktu lalu. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Zainal bercerita, setelah lulus SMA dirinya berkuliah di Polinela Jurusan Pertanian. Ia menyelesaikan pendidikan D3 dengan beasiswa Pemerintah Provinsi Lampung.

“Waktu itu penerima beasiswa daerah dapat kesempatan bertemu dengan pak Arinal, saya ingat betul beliau waktu itu bilang kepada kami untuk bisa kembali ke desa setelah lulus kuliah, mengabdi dan membantu petani di desa. Itu yang saya jadikan pegangan untuk akhirnya balik ke desa,” jelasnya.

Selain itu, Zainal mengatakan kedua orang tuanya menjadi salah satu faktor penting dan alasan dirinya memutuskan menjadi pertani di desa tersebut.

“Lebih enak juga di desa saya bisa dekat dengan orang tua saya. Dan Alhamdulillah saya juga sudah membangun keluarga saya sendiri juga di sini,” imbuhnya.

Baca Juga: 22 Brimob Terlibat Kerusuhan dengan Suporter Tarkam di Lampung Tengah

2. Petani dengan lahan kurang dari 1 hektare belum menguntungkan

Cerita Zainal Arifin, Petani Milenial Asal Lampung Tengahilustrasi menyemprot sawah (pexels.com/Balasz Simon)

Lahan yang kecil merupakan salah satu problematika petani di Indonesia. Hal itu pula yang terjadi di Desa Rejo Asri Lampung Tengah. Zainal mengatakan rata-rata kepala keluarga petani di desa itu hanya memiliki lahan seluas 0,5 hektare saja.

Ia menjelaskan, hal ini tentu berdampak pada pendapatan petani. Dengan hasil produksi sekitar 1,5 ton per satu kali panen, pendapatan petani bahkan tak bisa mencapai UMK Lampung Tengah.

“Kalau kita hitung realistis, petani dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 atau 1 hektare itu masih belum menguntungkan. Para petani di sini masih tetap bertahan karena warisan dan tanggung jawab kami juga sebagai penyedia pangan,” ujarnya.

Maka ia berharap selain memudahkan petani dengan pengadaan pupuk dan benih bersubsidi, pemerintah juga bisa mengeluarkan kebijakan terkait keadilan harga agar petani di Lampung bisa sejahtera.

3. Pernah daftar CPNS tapi tak ikut tes

Cerita Zainal Arifin, Petani Milenial Asal Lampung TengahPetani sedang membajak sawah. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Zain mengatakan, menjadi petani tak hanya sekadar pekerjaan saja, tapi merupakan tanggung jawab sosial. Di mana petani saat ini merupakan tokoh utama dalam ketersediaan pangan dalam negeri.

“Kalau cari pekerjaan lain di luar pertanian pernah. Waktu itu saya pernah daftar ASN dua kali. Pertama gak lolos, keduanya saya gak berangkat tes cuma daftar administrasi memang saja. Jujur memang berat meninggalkan desa, mending di desa aja lah sama orang tua dan istri,” katanya.

Zainal menambahkan, saat ini dirinya juga bekerja sebagai freelance untuk mencukupi kebutuhannya. Begitupun dengan petani lain, pekerjaan sambilan itu biasanya dilakukan di sela waktu musim tanam hingga musim panen.

“Tapi alhamdulillah memang ada aja rezekinya. Saya juga sebenarnya heran petani-petani di sini anaknya lulusan perguruan tinggi semua. Gak tahu ya mungkin karena berkahnya dari pertanian seperti itu dan matematika Allah itu beda dengan manusia. Tanpa tersurat petani itu memberi makan banyak orang dan doa orang ada di sana,” tutupnya.

Baca Juga: Peluang AMIN di Lampung, Surya Paloh: Menang Sedikit Saja Sudah Bagus

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya