"Tuan dan Hamba" Karya Leo Tolstoy (Instagram/basabasistore)
Novel Tuan dan Hamba adalah sebuah novella karya Leo Tolstoy. Karya ini pertama kali diterbitkan pada 1895. Kisah ini menggambarkan perjalanan dua tokoh utama, Vasili Andreevich Brekhunov, seorang tuan tanah kaya, dan pelayannya, Nikita, dalam sebuah perjalanan bisnis hingga berujung pada situasi mengancam nyawa akibat badai salju.
Novel ini menceritakan Vasili Andreevich Brekhunov, seorang pedagang kaya, memutuskan untuk melakukan perjalanan ke desa tetangga bersama pelayannya, Nikita, meskipun kondisi cuaca buruk dengan harapan mendapatkan keuntungan dari transaksi tanah. Mereka berangkat dengan kereta luncur, namun tersesat di tengah badai salju semakin parah.
Dalam perjuangan mereka untuk bertahan hidup, Brekhunov awalnya menunjukkan sikap egois, lebih mementingkan dirinya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, dia menyadari nilai kemanusiaan dan pengorbanan.
Pada akhirnya, Brekhunov mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Nikita dengan menutupi tubuh pelayannya untuk melindunginya dari dingin mematikan. Ironisnya, Brekhunov meninggal karena hipotermia, sementara Nikita selamat.
Melalui cerita ini, Tolstoy menyampaikan pesan mendalam tentang transformasi moral dan spiritual. Perubahan karakter Brekhunov dari seorang egois menjadi sosok rela berkorban menunjukkan bahwa pencerahan dan pemahaman sejati tentang nilai kehidupan sering kali muncul dalam situasi kritis.
Kisah ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna sejati dari kekayaan, kekuasaan, dan hubungan antarmanusia, serta pentingnya empati dan pengorbanan. Tolstoy, melalui "Tuan dan Hamba," menyoroti dalam menghadapi kematian, status sosial dan materi menjadi tidak berarti, dan tersisa hanyalah nilai kemanusiaan dan cinta kasih.
Karya ini juga mencerminkan pandangan Tolstoy tentang kehidupan dan kematian, serta kritiknya terhadap materialisme dan ketidakpedulian sosial. Dengan latar belakang negara Rusia keras dan dingin, cerita ini menggambarkan perjuangan manusia melawan alam dan dirinya sendiri, serta pencarian makna hidup dengan lebih mendalam.
"Tuan dan Hamba" tetap relevan hingga kini, mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan di tengah dunia sering kali terfokus pada materi dan status.