Rekomendasi Buku Dibaca Awal 2025, Melihat Hidup dari Sudut Berbeda

- The Brothers Karamazov mengisahkan konflik moral dan filosofis dalam keluarga Karamazov, mengeksplorasi pertanyaan tentang Tuhan, penderitaan manusia, dan konflik antara akal dan iman.
- Life for Sale menggambarkan kritik terhadap masyarakat Jepang pasca-perang, mencerminkan pandangan Mishima tentang kekosongan eksistensial dan nihilisme di masyarakat modern.
- Nove Dunia yang Kutinggali adalah kumpulan esai Helen Keller yang menawarkan sudut pandang unik tentang persepsi dan realitas, mendorong pembaca untuk melihat dunia dengan lebih mendalam.
Bandar Lampung, IDN Times - Awal tahun selalu menjadi momen penuh harapan. Saat kalender berganti, kita seringkali terdorong untuk merefleksikan perjalanan hidup, menilai pencapaian di tahun sebelumnya, dan menyusun rencana untuk masa depan. Pertanyaan-pertanyaan tentang apa tujuan kita, bagaimana mencapai kebahagiaan, dan bagaimana menghadapi tantangan mungkin datang, sering kali muncul di benak.
Dalam pencarian ini, buku menjadi salah satu teman terbaik untuk dapat memberikan inspirasi, motivasi, dan pandangan baru tentang hidup. Berikut IDN Times memberikan rekomendasi beberapa buku bukan hanya memberikan pelajaran hidup, tetapi juga mampu menggugah kesadaran akan keberagaman perspektif.
Buku-buku ini, dengan cara unik, mengajarkan bagaimana menghadapi tantangan hidup, merangkul perubahan dan menemukan keindahan dalam setiap perjalanan.
1. The Brother Karamazov, karya terakhir Fyodor Dostoyvesky mengajak untuk mempertanyakan kembali moralitas dan keimanan

The Brothers Karamazov adalah novel terakhir karya Fyodor Dostoyevsky. Novel ini pertama kali diterbitkan pada 1880. Novel ini awalnya diterbitkan secara berseri di majalah "The Russian Messenger" dari Januari 1879 hingga November 1880.
Novel ini mengisahkan kehidupan keluarga Karamazov, khususnya tiga bersaudara yakni Dmitri (Mitya); Ivan dan Alexei (Alyosha), serta ayah mereka, Fyodor Pavlovich Karamazov, seorang pria korup dan tidak bermoral. Cerita berpusat pada konflik dalam keluarga ini berpuncak pada pembunuhan Fyodor Pavlovich.
Setiap saudara mewakili aspek mendasar dari sifat manusia seperti Dmitri dengan nafsu dan emosinya, Ivan dengan rasionalitas dan skeptisismenya, serta Alyosha dengan spiritualitas dan imannya. Konflik antara nilai-nilai ini mencerminkan pergulatan moral dan filosofis dalam masyarakat Rusia pada masa itu.
Puncak cerita terjadi ketika Dmitri dituduh membunuh ayah mereka, dan proses pengadilan mengungkap kompleksitas psikologis serta moral dari masing-masing karakter. Melalui cerita ini, Dostoyevsky menyampaikan berbagai pesan mendalam.
Novel ini mengeksplorasi pertanyaan besar tentang eksistensi Tuhan dan makna penderitaan manusia, diwakili oleh pergulatan batin Ivan. Selain itu, karya ini menggali konsep kebebasan manusia serta tanggung jawab moral atas setiap tindakan, menantang pembaca untuk merenungkan etika pribadi.
Konflik antara akal dan iman juga menjadi tema utama, terutama melalui interaksi antara Ivan dan Alyosha, menunjukkan ketegangan antara rasionalitas dan spiritualitas. Alur kompleks dan tema mendalam, The Brothers Karamazov mengajak pembaca untuk melihat dunia dari berbagai sudut pandang, memahami moralitas, iman, dosa, kebebasan dan merenungkan makna kehidupan.
2. Merefleksi diri tentang kebebasan, kehampaan, dan arti hidup melalui Life For Sale karya Yukio Mishima

Life for Sale adalah novel karya Yukio Mishima. Novel ini pertama kali diterbitkan 25 Desember 1968 oleh Shueisha, setelah sebelumnya diserialkan dalam majalah mingguan Weekly Playboy dari 21 Mei hingga 8 Oktober 1968.
Novel ini mengisahkan Hanio Yamada, seorang copywriter berusia 27 tahun, setelah upaya bunuh dirinya gagal, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memasang iklan di surat kabar Tokyo dan menawarkan hidupnya untuk dijual. Keputusan ini membawanya ke serangkaian pertemuan dan permintaan aneh dari berbagai individu merespons iklannya, mengguncang kehidupannya dengan cara tak terduga.
Melalui Life for Sale, Mishima menyajikan kritik tajam terhadap masyarakat Jepang pascaperang dianggapnya mengalami kemerosotan moral, budaya dan politik. Novel ini mencerminkan pandangan Mishima tentang kekosongan eksistensial dan nihilisme dirasakannya dalam masyarakat modern.
Mengikuti perjalanan Hanio, pembaca diajak merenungkan tentang makna hidup, nilai individualitas, dan konsekuensi dari konsumerisme berlebihan. Karya ini menawarkan sudut pandang berbeda dalam melihat dunia dan realitas, mendorong refleksi mendalam tentang tujuan hidup dan identitas di tengah perubahan sosial cepat.
Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Stephen Dodd dan diterbitkan oleh Penguin Classics pada 1 Agustus 2019, memberikan kesempatan bagi pembaca internasional untuk mengeksplorasi karya ini.
3. Dunia yang Kutinggali karya Helen Keller

Nove Dunia yang Kutinggali adalah terjemahan bahasa Indonesia dari buku berjudul asli The World I Live In karya Helen Keller. Novel ini pertama kali diterbitkan 1908. Edisi terjemahan ini diterbitkan oleh Jalan Baru Publisher pada 2021.
Buku ini bukanlah novel dengan alur cerita fiktif, melainkan kumpulan esai di mana Helen Keller menggambarkan pengalamannya sebagai individu buta dan tuli. Ia mengajak pembaca memasuki dunianya, menjelaskan bagaimana ia memahami realitas melalui indra peraba, penciuman, dan perasa.
Keller berbagi refleksi mendalam tentang hubungannya dengan dunia, alam, dan manusia di sekitarnya, memberikan wawasan tentang cara ia berinteraksi dan menemukan makna dalam kehidupannya.
Melalui buku ini, Keller menawarkan sudut pandang unik tentang persepsi dan realitas. Ia menunjukkan keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk memahami dan menghargai keindahan dunia. Keller menekankan pentingnya imajinasi, keberanian dan keingintahuan dalam mencari kebijaksanaan di luar indra fisik.
Pesan disampaikan mendorong pembaca untuk melihat dunia dengan lebih mendalam, selalu memiliki rasa syukur atas hidup, dan memahami makna hidup dapat ditemukan melalui berbagai cara, meskipun melalui keterbatasan.
4. Belajar memahami hubungan antar manusia melalui "Tuan dan Hamba" karya Leo Tolstoy

Novel Tuan dan Hamba adalah sebuah novella karya Leo Tolstoy. Karya ini pertama kali diterbitkan pada 1895. Kisah ini menggambarkan perjalanan dua tokoh utama, Vasili Andreevich Brekhunov, seorang tuan tanah kaya, dan pelayannya, Nikita, dalam sebuah perjalanan bisnis hingga berujung pada situasi mengancam nyawa akibat badai salju.
Novel ini menceritakan Vasili Andreevich Brekhunov, seorang pedagang kaya, memutuskan untuk melakukan perjalanan ke desa tetangga bersama pelayannya, Nikita, meskipun kondisi cuaca buruk dengan harapan mendapatkan keuntungan dari transaksi tanah. Mereka berangkat dengan kereta luncur, namun tersesat di tengah badai salju semakin parah.
Dalam perjuangan mereka untuk bertahan hidup, Brekhunov awalnya menunjukkan sikap egois, lebih mementingkan dirinya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, dia menyadari nilai kemanusiaan dan pengorbanan.
Pada akhirnya, Brekhunov mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Nikita dengan menutupi tubuh pelayannya untuk melindunginya dari dingin mematikan. Ironisnya, Brekhunov meninggal karena hipotermia, sementara Nikita selamat.
Melalui cerita ini, Tolstoy menyampaikan pesan mendalam tentang transformasi moral dan spiritual. Perubahan karakter Brekhunov dari seorang egois menjadi sosok rela berkorban menunjukkan bahwa pencerahan dan pemahaman sejati tentang nilai kehidupan sering kali muncul dalam situasi kritis.
Kisah ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna sejati dari kekayaan, kekuasaan, dan hubungan antarmanusia, serta pentingnya empati dan pengorbanan. Tolstoy, melalui "Tuan dan Hamba," menyoroti dalam menghadapi kematian, status sosial dan materi menjadi tidak berarti, dan tersisa hanyalah nilai kemanusiaan dan cinta kasih.
Karya ini juga mencerminkan pandangan Tolstoy tentang kehidupan dan kematian, serta kritiknya terhadap materialisme dan ketidakpedulian sosial. Dengan latar belakang negara Rusia keras dan dingin, cerita ini menggambarkan perjuangan manusia melawan alam dan dirinya sendiri, serta pencarian makna hidup dengan lebih mendalam.
"Tuan dan Hamba" tetap relevan hingga kini, mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan di tengah dunia sering kali terfokus pada materi dan status.
5. Memahami dan merenungi diri sendiri dan dunia melalui "Si Gila" karya Kahlil Gibran

Si Gila berjudul asli The Madman adalah karya Kahlil Gibran. Karya ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris pada1918. Buku ini merupakan kumpulan parabel dan aforisme ditulis dengan gaya puitis dan penuh filosofi kehidupan.
Alur cerita dalam "Si Gila" ini terbilang unik karena tidak mengikuti narasi linear seperti novel pada umumnya. Sebaliknya, buku ini terdiri dari serangkaian cerita pendek dan refleksi untuk menggambarkan pandangan penulis tentang berbagai aspek kehidupan, seperti kebebasan, cinta, dan identitas.
Melalui kisah-kisah ini, Gibran mengajak pembaca untuk merenungkan makna terdalam dari pengalaman manusia. Salah satu pesan utama disampaikan dalam "Si Gila" adalah pentingnya melihat dunia dari sudut pandang berbeda.
Gibran mendorong pembaca untuk melepaskan diri dari norma dan konvensi membatasi, serta menemukan kebebasan dalam pemikiran dan perasaan. Dengan cara ini, pembaca diajak untuk memahami realitas lebih mendalam dan menghargai keragaman perspektif dalam kehidupan.
Buku ini menawarkan wawasan mendalam tentang kondisi manusia dan mendorong refleksi pribadi, sehingga dapat menjadi sumber inspirasi bagi mereka jika mencari pemahaman lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.
6. Merenungkan berat dan ringannya hidup melalui "The Unbearable Lightness of Being'' karya Milan Kundera

"The Unbearable Lightness of Being" adalah novel filosofis karya Milan Kundera dan pertama kali diterbitkan 1984. Novel mengisahkan kehidupan empat tokoh utama yakni Tomáš, Tereza, Sabina dan Franz. Novel ini berlatar belakang di Praha selama invasi Soviet ke Cekoslowakia pada 1968.
Melalui kehidupan mereka, Kundera mengeksplorasi konsep "ringannya keberadaan" versus "beratnya keberadaan," terinspirasi oleh filsafat Friedrich Nietzsche tentang "eternal return" dan pandangan Parmenides tentang kehidupan sebagai sesuatu hal ringan.
Novel ini menantang konsep "eternal recurrence" yakni gagasan alam semesta dan peristiwa-peristiwanya telah terjadi dan akan terulang tanpa batas. Kundera menawarkan alternatif setiap orang hanya memiliki satu kehidupan untuk dijalani, dan apa yang terjadi dalam hidup hanya terjadi sekali dan tidak pernah lagi terjadi.
Sehingga menghasilkan "ringannya keberadaan." Ringannya ini juga menandakan kebebasan. Tomáš dan Sabina menampilkan keringanan ini, sedangkan karakter Tereza "terbebani."
Melalui narasi ini, pembaca diajak merenungkan pertanyaan eksistensial: apakah kita memilih "berat" memberikan makna dan substansi, atau "ringan" menawarkan kebebasan tetapi mungkin menyebabkan ketidakberartian?
Kundera mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kembali pandangan mereka tentang kehidupan, keputusan, pilihan, cinta, kebebasan dan konsekuensi, serta bagaimana pengalaman unik kita membentuk realitas dan makna pribadi.
7. Melihat realitas cinta dan peperangan dalam "Farewel to Arms" Ernest Hemingway

"A Farewell to Arms" adalah novel karya Ernest Hemingway dan pertama kali diterbitkan 1929 oleh Charles Scribner's Sons di New York. Novel ini berlatar belakang Perang Dunia I dan menceritakan kisah Frederic Henry, seorang letnan Amerika bertugas sebagai sopir ambulans di Angkatan Darat Italia.
Selama perang, Frederic menjalin hubungan asmara dengan Catherine Barkley, seorang perawat asal Inggris. Kisah cinta mereka berkembang di tengah kekacauan perang, menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan.
Setelah mengalami luka-luka, Frederic dirawat di rumah sakit di Milan, di mana hubungannya dengan Catherine semakin mendalam. Namun, tragedi dan kehilangan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan mereka, mencerminkan absurditas dan kehampaan perang.
Hemingway menghadirkan perang dari sudut pandang manusiawi, tanpa glorifikasi atau romantisasi. Melalui gaya penulisan sederhana dan lugas, ia menggambarkan realitas perang dengan brutal dan dampaknya terhadap individu. Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan absurditas konflik bersenjata dan dampak kehampaan ditimbulkannya.
Selain itu, hubungan antara Frederic dan Catherine menggambarkan pencarian makna dan keintiman di tengah kekacauan, serta kerentanan manusia dalam menghadapi nasib. Dengan demikian, "A Farewell to Arms" menawarkan perspektif mendalam tentang cinta, kehilangan, dan pencarian makna dalam realitas nan keras. Novel ini telah banyak diadaptasi ke berbagai media, termasuk film pada tahun 1932 dan 1957, serta miniseri televisi pada tahun 1966.