Kisah Sucipto Adi, Pencetus Sentra Keripik Lampung Gang PU

Kini perputaran omzet di sentra sekitar Rp8 miliar per bulan

Bandar Lampung, IDN Times - Masyarakat Kota Bandar Lampung saat menyebut Nama Gang PU satu persepsi yang muncul adalah Sentra Keripik Lampung. Sentra itu resmi berdiri 2006 silam.

Sampai saat ini ada 54 gerai keripik di sepanjang jalur Jalan Pagaralam, Gang PU, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung. Dari sentra ini berputar omzet sekitar Rp8 miliar per bulan.

Dibalik kesuksesan Sentra Keripik Lampung, ada sosok pencetus ide. Dia adalah Sucipto Adi. Ia mencetuskan ide mendirikan sentra keripik dilatarbelakangi pekerjaan sebagai penjual keripik singkong keliling. Berikut ceritanya.

1. Bermula dirikan rumah geribik menumpang di tanah milik pak haji, ada tanaman singkong

Kisah Sucipto Adi, Pencetus Sentra Keripik Lampung Gang PUSucipto Adi, penggagas pendirian sentra keripik lampung. (IDN Times/Istimewa).

Perjalanan kisah jualan keripik dilakoni Sucipto Adi bemula kala menumpang mendirikan rumah geribik di tanah milik Haji Hasanudin 1995 silam. Di tanah itu, ada tanaman singkong.

Mulanya, bonggol singkong ditanam tak beraturan bertujuan untuk menghambat pertumbuhan gulma. Dari singkong-singkong telantar itu, Cipto terbesit ide membuat keripik untuk dijual.

Ia lalu memutuskan jualan keripik singkong keliling. Tempuh perjalanan dari seputaran Perumahan  Griya Sejahtera, Gunungterang, Tanjungkarang Barat, Cipto mendorong gerobaknya menuju kasawan Way Halim.

“Tahun 1995, jalur pintas menuju Kemiling dari arah Kedaton itu masih aspal kasar dan sempit. Saya jajakan keripik singkong lewati belukar, rawan preman, dan kuburan tua. Rumah masih jarang, tapi banyak pohon rindang, kebun kelapa, tangkil, dan lainnya jadi terkesan teduh,” kenangnya, Rabu (30/9/2020).

2. Mengais asa pundi uang tak semudah dibayangkan

Kisah Sucipto Adi, Pencetus Sentra Keripik Lampung Gang PUIlustrasi uang. IDN Times/Zainul Arifin

Terpacu semangat berjualan keripik singkong demi mengais asa pundi uang ternyata tak semudah dibayangkan Cipto. Saban hari ia mendorong gerobaknya menjajankan keripik singkong, masih minim pembeli.

Bahkan, saat melintasi jalan protokol Jalan Sultan Agung, Way Halim hampir tak ada yang berminat terhadap keripik yang dia kemas ke dalam kotak kaca gerobaknya. Sampai akhirnya, mantan tukang bangunan itu memutuskan menjajakan barang dagangannya ke Perumahan Way Halim.

Bermula dari satu pembeli, ia pun menerima berturut-turut banyak pembeli. “Jadi semangat jualan,” kata Cipto.

Ia tak menampik, meski semangat jualan, tidak setiap hari mendapatkan banyak keuntungan. “Kadang kalo lagi ramai dagangan laris, kalau lagi sepi ya dijalani. Saya hanya yakin, usaha ini waktu itu bakal bagus ke depannya,” ujarnya.

Baca Juga: PTPN VII Pasarkan Gula Merek Walini Masuk Ritel se-Sumbagsel

3. Rekrut tetangga jualan keripik singkong

Kisah Sucipto Adi, Pencetus Sentra Keripik Lampung Gang PUSatu Resep

Cipto menyatakan, dua bulan dari sejak pertama kali jualan keripik singkong, bersama tiga adiknya sampai menambah delapan gerobak baru dalam. Selain tambah gerobak, ia akhirnya memilih sebagai produsen keripik dari pada jualan.

Ia juga merekrut tetangga untuk berjualan keripik singkong hasil produksinya dan merambah hingga ke beberapa pasar di kawasan Tanjungkarang dan Way Halim. “Jualan keliling itu capek, tapi hasilnya memang lumayan,” jelasnya.

“Kami kemudian punya ide untuk menarik pembeli datang ke tempat produksi kami. Caranya, ya menciptakan sentra produksi keripik. Ide ini setelah saya berkunjung ke beberapa industri keripik tempe di Malang dan beberapa tempat lainnya,” kata pria lulusan SMA ini.

Keinginan untuk membuat sentra keripik di Bandar Lampung ini digulirkan setelah Cipto bersama delapan rekan usahanya membentuk kelompok perajin keripik. Usaha itu pun mendapat pengesahan dan diresmikan oleh Kepala Dinas Koperasi dan Perindustrian Kota Bandar Lampung Ely Wahyuni kala itu.

Cipto dan rekannya plus didampingi tim Diskoperindag membuat proposal dan berkeliling ke BUMN dan pihak swasta terkait konsep ide sentra keripik. Tapi respons kala itu belum ada yang tertarik.

4. PTPN VII beri pinjaman dana kredit lunak

Kisah Sucipto Adi, Pencetus Sentra Keripik Lampung Gang PULogo PTPN VII (Istimewa/IDN Times)

“Menjajakan” proposal konsep pendirian sentra keripik tak patah arang dilakukan Cipto. Hingga akhirnya peluang datang saat proposal ditujukan PTPN VII. Perusahaan milik negara di bidang bisnis agro ini merespons dengan mengkaji usulan.

“Proposal kami dipelajari dan dari tim PTPN VII turun untuk mengecek kebenaran dan rencana lebih jauhnya. Akhirnya, pada tahun 2006, kami disponsori PTPN VII dan Dinas Koperindag mendirikan Sentra Keripik Lampung ini ditandai dengan pendirian gapura megah di depang PU yang berhadapan dengan Jalan Utara Teuku Umar,” cerita Cipto.

Udin, staf di Bagian Umum dan PKBL Kantor Direksi PTPN VII, menjelaskan, sebelum pendirian resmi gapura, pihak PTPN VII juga mengucurkan dana kredit pembinaan bagi perajin keripik binaan kelompok usaha bersama yang diketuai Cipto. Meskipun berhimpun dalam kelompok, tetapi pinjaman dana kredit sangat lunak yang diberikan PTPN VII diberikan kepada masing-masing pengrajin.

“Pinjaman pertama seluruhnya nilainya Rp36 juta. Itu diberikan kepada delapan perajin. Pinjaman itu dipakai untuk mengembangkan usaha, termasuk membuka gerai-gerai keripik di lokasi-lokasi yang berada di Jalan Pagaralam,” katanya.

Udin menerangkan, PTPN VII selain melepas dana kredit juga memiliki tanggung jawab untuk membantu para pengrajin melancarkan usahanya. Para pengrajin diikutkan berbagai pelatihan wirausaha, pelatihan manajemen pembukuan, promosi, packaging, pelayanan pelanggan, hingga merancang perluasan bisnis.

5. Gapura promosi sentra keripik jadi magnet pengunjung

Kisah Sucipto Adi, Pencetus Sentra Keripik Lampung Gang PUSentra Keripik Lampung di Jalan Pagaralam (Gang PU), Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Istimewa).

Gapura bermahkota siger berwarna hijau dengan tulisan ‘Selamat Datang Di Kawasan Industri Keripik Kota Bandar Lampung” di mulut Gang PU terlihat kokoh. Alat peraga promosi dan iklan out door 2006 lalu belum seramai di era digital printing saat ini.

Menurut Cipto, promosi dengan mendirikan gapura megah itu sangat efektif. Rasa penasaran orang untuk melihat dan merasakan sensasi aneka keripik buatan Lampung itu terus mengalir. Pengaruh itu menjadi tantangan para anggota kelompok usaha bersama untuk menyambut pengunjung.

“Karena banyak yang datang, maka kami juga jadi semangat. Banyak di antara anggota yang mengundang kerabatnya atau orangtuanya untuk investasi membangun gerai modern. Mereka tidak produksi, tetapi kami yang memasok. Jadilah seperti sekarang ini,” kata dia.

Di sepanjang Jalan Pagaralam atau Gang PU, aneka keripik tersedia. Berawal dari keripik singkong buatan Cipto yang hanya tersedia rasa gurih, kini keripik singkong sudah ada banyak rasa. Juga keripik pisang, keripik nangka, keripik sukun, keripik talas, keripik ubi jalar atau mantang, dan lainnya.

Ada rasa original alias asli, ada rasa asin, gurih, manis, cokelat, moka, strawberry, melon, hingga rasa-rasa lain. Selain keripik, gerai-gerai ini juga menjadi reseller untuk produk-produk lain seperti kopi Lampung, kerupuk, lempok, dan lain-lain sampai terasi.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada PTPN VII. Sebab, melalui PTPN VII obsesi kami untuk menjadikan Jalan Pagaralam menjadi sentra industri keripik ini berjalan. Sekarang, nama Sentra Keripik Lampung ini sudah kondang se-Indonesia. Saya bisa bertemu dengan kakak sepupu saya yang tinggal di Papua karena mereka melihat sentra keripik di sini,” kata Cipto.

6. Lebih suka disebut pemasok kecil

Kisah Sucipto Adi, Pencetus Sentra Keripik Lampung Gang PUinstagram.com/claudiathe70

Meski menjadi pencetus berdirinya Sentra Keripik Lampung, Cipto tak merasa jumawa. Ia menyatakan, kini hanya sebagai pemasok kecil untuk pemilik outlet-outlet besar.

Ia meyakini, soal rezeki sudah ada takaran untuk siapa dan berapanya. Bapak tiga anak dan satu cucu ini menetap di Gang Pubian di ujung jalan buntu Perumahan Griya Sejatera.

Ia bersyukur dengan apa yang dibagikan Tuhan kepadanya. “Saya pernah punya toko di depan (Gang PU), tetapi harus saya relakan dijual. Yang pasti, itu belum rezeki saya,” jelas Cipto.

Baca Juga: Pabrik Mampu Giling 7.000 Ton Tebu per Hari

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya