Dharsono Hartono Perangi Krisis Iklim, Restorasi Gambut Kalimantan

Dharsono tampil di sesi Visionary Leaders Stage by IDN Times

Bandar Lampung, IDN Times - Memerangi krisis iklim sekaligus mendefinisikan ulang bisnis dunia lewat Solusi Berbasis Alam menjadi manifesto didirikannya PT Rimba Makmur Utama 2007 silam. Perusahaan itu diinisiasi Dharsono Hartono selaku Chief Executive Officer dan Rezal Kusumaatmadja sebagai Chief Operating Officer (COO).

Solusi Berbasis Alam adalah sebuah tindakan untuk mengatasi perubahan iklim. Caranya, melindungi, mengelola ekosistem alam secara berkelanjutan sekaligus memberi manfaat bagi keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia.

Semua cara itu diusung Dharsono Hartono dan rekannya bertujuan pada pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui restorasi ekosistem hingga praktik bisnis dan gaya hidup ramah lingkungan.

Berikut IDN Times ulas profil Dharsono dan ulasan seputar manifesto memerangi krisis iklim diusung perusahan ia pimpin. Dharsono Hartono akan hadir sebagai pembicara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2023 digelar di Pulau Satu dan Dome Senayan Park, Jakarta, Jumat (24/11/2023) tema Symphony of Sustainability: Empowering Transformation with ESG Strategies. 

1. Mengenyam pendidikan dan sempat bekerja di Negeri Paman Sam

Dharsono Hartono Perangi Krisis Iklim, Restorasi Gambut Kalimantanpotret Statue Liberty (pixabay.com/PhotoMIX-Company)

Merujuk latar belakang pendidikan, Dharsono menempuh pendidikan tinggi Teknik Industri di University of Iowa Amerika Serika 1991-1993. Setelahnya, ia meneruskan menuntut ilmu di Cornell University dan merengkuh gelar Bachelor of Science jurusan Operation Research dan Industrial Engineering.

Seolah tak puas hanya meraih title sarjana, Dharsono meraih gelar Master of Engineering dari Cornell University jurusan Financial Engineering pada tahun 1998. Berbekal latar pendidikan mentereng di Negeri Paman Sam, berbanding lurus dengan karier digelutinya.

Tercatat, sejak 1998 Dharsono telah bekerja di sejumlah perusahaan multinasional beken seperti Price Waterhouse Coopers dan JP Morgan. Di perusahaan keuangan tersebut bidang pekerjaan digelutinya menangani akuisisi merger, manajemen utang dan pembiayaan, serta peningkatan modal.

2. Pulang ke Indonesia bertemu teman kuliah lalu ide tercetus

Dharsono Hartono Perangi Krisis Iklim, Restorasi Gambut Kalimantanpixabay.com/ Gerd Altmann

Kala memutuskan pulang ke Tanah Air, Dharsono bertemu dengan teman kuliah yakni Rezal Kusumaatmadja. Rezal adalah putra mantan Menteri Lingkungan Hidup 1993-1998, Sarwono Kusumaatmadja.

Ternyata, Rezal memiliki ide konservasi dan menjaga hutan bisa menjadi bisnis. Ide itu tercetus bertepatan konferensi perubahan iklim di Bali atau COP 13 pada 2007 lalu. Tak berapa lama berselang, di belahan dunia peduli terhadap perubahan iklim ada konsep Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD).

Implementasi konsep REDD jika ada inisiatif di suatu negara ataupun pemerhati lingkungan bisa menurunkan emisi dari deforestasi dan degredasi hutan, harus bisa dikompensasikan. Ada dua sumber kompensasi yakni dari segi pemerintah G to G atau inisiatif perusahaan atau swasta.

Hingga akhirnya muncul istilah Carbon Trading atau perdagangan karbon. Muncul juga istilah carbon credit. Carbon adalah unit penjualannya atau komoditas. Merujuk hal itu ia melihat itu sebagai potensi lantaran cepat atau lambat lingkungan bisa jadi suatu aset dan diberikan nilai.

Baca Juga: Biogas, Suar Warga Desa Rejo Basuki Lampung Tengah Gapai Energi Berdikari

3. Restorasi ekosistem dan konservasi lahan gambut melalui Katingan Mentaya Project

Dharsono Hartono Perangi Krisis Iklim, Restorasi Gambut KalimantanKatingan Mentaya Project (KMP). Instagram.com/katinganmentayaproject

Merespons krisis iklim, sejak 200 inisiatif restorasi ekosistem dan konservasi lahan gambut melalui Katingan Mentaya Project (KMP) lahir sebagai wujud REDD PT Rimba Makmur Utama. Tujuan utama yaitu, pemulihan fungsi ekologi ekosistem lahan gambut seluas hampir 157,875 hektare di Kalimantan Tengah.

KMP adalah salah satu proyek pencegahan emisi karbon berbasis hutan terbesar di dunia, ditinjau dari jumlah karbon yang direduksi. KMP didasari premis masih dapat menyelamatkan sebagian besar hutan rawa gambut di Kalimantan, Indonesia.

Penyelamatan hutan rawa gambut dengan menawarkan sumber pendapatan berkelanjutan kepada masyarakat lokal, mengatasi perubahan iklim global dan mengandalkan dalam model bisnis yang solid, inovatif, transparan dan berorientasi pada hasil.

Melalui kemitraan dengan masyarakat setempat, PT Rimba Makmur Utama memanfaatkan pendapatan karbon untuk menyokong restorasi dan perlindungan hutan alam melalui kegiatan selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB.

4. Tercatat puluhan ribu warga diajak bermitra

Dharsono Hartono Perangi Krisis Iklim, Restorasi Gambut KalimantanWarga diajak bermitra melalui Katingan Mentaya Project (KMP). Instagram.com/katinganmentayaproject

Tercatat, 35 komunitas desa di sekitar area konsesi dengan total sekitar 43.000 warga diajak untuk bermitra. Semua komunitas ini tinggal di luar daerah konsesi. Konsesi Restorasi Ekosistem melalui Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH).

Masa konsesi ini berlangsung 60 tahun, dimulai sejak 2013. Itu meliputi dua kabupaten yakni Kotawaringin Timur dan Katingan. Harapannya, menggerakkan berbagai inisiatif restorasi hutan di dalam kawasan, dan program berbasis masyarakat di sekitar wilayah konsesi

Proyek KMP melindungi lahan gambut merupakan habitat bagi lima spesies menyandang status kritis (critically endangered), delapan spesies terancam (endangered) dan 31 spesies rentan (vulnerable). Kawasan lindung tersebut adalah rumah bagi 5-10 persen populasi global orangutan, bekantan dan owa Kalimantan Selatan.

Tujuan lainnya proyek itu mencegah emisi karbon dengan cepat dan efektif. Lalu bermitra dengan masyarakat lokal untuk perubahan transformatif dan berkontribusi bagi pencapaian 13 tujuan UN SDGs

Proyek KMP diklaim bukti nyata pendanaan karbon dapat memerangi perubahan iklim. DItambah lagi, proyek tersebut terbesar dari proyek-proyek sejenisnya dan mampu menghasilkan rata-rata 7,5 juta kredit karbon bersertifikat tiga kali lipat emas setiap tahun atau setara menghilangkan 2.000.000 mobil dari jalan setiap tahun.

5. Raih beragam penghargaan

Dharsono Hartono Perangi Krisis Iklim, Restorasi Gambut KalimantanDharsono Hartono, Chief Executive Officer PT Rimba Makmur Utama. (Twitter.com/EYIndonesia).

Kerja keras Dharsono dan perusahaan dipimpinnya tak bertepuk sebelah tangan. Sederet penghargaan bergengsi nasional dan internasional pun diraih. Berikut beberapa di antaranya, 

  • Dharsono Hartono mendapat penghargaan Environmental Avant Garde Award dari EY Entrepreneur of the Year 2018.
  • Dharsono Hartono dipilih sebagai anggota VP lingkungan dari Indonesia Global Compact Network (IGCN) untuk periode 2019-2021.
  • Dharsono Hartono diberi penghargaan sebagai Social Innovator of the Year oleh Schwab Foundation dan dipilih sebagai salah satu Sustainability Pioneer di Sustainable Development Impact Summit, World Economic Forum pada September 2020
  • RMU menerima penghargaan Asia Responsible Enterprise Award 2021
  • RMU memenangkan penghargaan Energy Globe 2021 untuk Indonesia. Energy Globe Award adalah Penghargaan Dunia untuk Keberlanjutan, ini adalah penghargaan terkait lingkungan yang paling terkenal saat ini di seluruh dunia.
  • Darsono Hartono terpilih sebagai penerima penghargaan regional Asia Tenggara untuk YPO Global Impact Award 2022.
  • RMU mendapat sertifikasi B-corporation pada 2022

"Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2023 merupakan sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Millennial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema Purposeful Progress, IMGS 2023 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara. IMGS 2023 diadakan pada 24 - 26 November 2023 di Pulau Satu dan Dome Senayan Park, Jakarta."

Baca Juga: Cegah Stunting jadi Lentera Abdi Setiawan Melayani di Pedalaman Papua

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya