ilustrasi tantangan (pexels.com/Thirdman)
Menurut Aisyah, tantangan dihadapi adalah menyusun skema pembiayaan zero-cost agar seluruh biaya alat dapat ditanggung melalui dukungan corporate social responsibility (CSR) atau Dana Desa, sehingga petani dapat memanfaatkan teknologi tersebut tanpa biaya.
Selama proses penulisan, ia mendapatkan pendampingan dari dosen pembimbing Indra Gumay Febryano, yang membantunya memperkuat alur penulisan dan memastikan referensi jurnal digunakan kredibel hingga bagian kesimpulan. Di tengah padatnya perkuliahan dan praktikum, Aisyah mengatur waktu dengan membagi pagi hingga sore untuk kuliah, serta malam hari untuk riset dan penulisan.
Konsistensi tersebut berbuah manis saat karyanya dinobatkan sebagai juara satu. Bagi Aisyah, pencapaian ini bukan sekadar kemenangan personal, tetapi bukti mahasiswa kehutanan memiliki peran strategis dalam penguatan sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional.
“Saya belajar kalau inovasi yang bagus itu bukan yang paling canggih, tapi yang paling bisa menjawab kebutuhan orang banyak, terutama mereka yang ada di daerah kepulauan dan terpencil dan terbatas infrastrukturnya,” ujarnya.
Melalui prestasi ini, Aisyah berharap gagasan NusaTani tidak berhenti sebagai karya tulis ilmiah, tetapi dapat diwujudkan secara nyata oleh pemerintah maupun pihak swasta untuk meningkatkan hasil panen dan menjaga stabilitas pangan di wilayah kepulauan dan terpencil.