Kisah Perjuangan Maria Mesly Meraih Mimpi dari Papua ke Unila

Intinya sih...
- Maria Mesly, lulusan Unila asal Papua, berhasil menyandang gelar sarjana berkat program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi Papua.
- Seleksi program beasiswa ini dilakukan berdasarkan nilai rapor dan prestasi akademik di sekolah. Maria memilih Unila serta Universitas Padjadjaran Bandung.
- Maria menghadapi pandangan meremehkan perempuan Papua saat kuliah di luar daerah, tetapi ia tetap fokus pada tujuan dan mendapat dukungan dari keluarga serta komunitas kedaerahan.
Bandar Lampung, IDN Times - Universitas Lampung (Unila) kembali melahirkan lulusan berprestasi yang menginspirasi. Maria Mesly, perempuan asal Papua, resmi menyandang gelar sarjana setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
Keberhasilannya ini tak lepas dari semangat juang dan dukungan program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Papua, yang diberikan oleh pemerintah untuk membantu putra-putri Papua dalam mengakses pendidikan tinggi.
Perjalanan Maria Mesly Kosamah untuk menempuh pendidikan tinggi bukanlah hal yang mudah. Berikut IDN Times rangkum cerita Maria menempuh pendidikan hingga gelar sarjana.
1. Perjuangan mencari beasiswa
Maria menceritakan, setelah lulus SMA, ia sempat merasa bingung karena pandemik COVID-19 membatasi akses pendidikan dan membuatnya sulit menentukan langkah berikutnya. Namun, beberapa minggu kemudian, ia mendapatkan informasi dari pihak sekolah mengenai Beasiswa ADik Papua.
Itu adalah program afirmasi pemerintah yang memberikan kesempatan bagi anak-anak Papua untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Tak ingin melewatkan kesempatan, ia bersama beberapa temannya segera mendatangi Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong untuk melengkapi berkas administrasi.
Seleksi program ini dilakukan berdasarkan nilai rapor dari semester satu hingga lima, serta penelusuran prestasi akademik di sekolah. Setiap peserta diperbolehkan memilih dua perguruan tinggi negeri (PTN), dan Maria Mesly Kosamah memilih Unila serta Universitas Padjadjaran Bandung.
Setelah melewati seluruh tahapan seleksi, tibalah momen yang ditunggu-tunggu pengumuman hasil seleksi beasiswa.
“Saat itu, saya sangat bersyukur dan bahagia karena dinyatakan lulus di Unila, Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Ini adalah kesempatan besar bagi saya untuk menggapai cita-cita,” ujarnya penuh haru.
2. Tantangan dihadapi, dapat diskriminasi dan stereotip
Menurut Maria, menjadi perempuan Papua yang berkuliah di luar daerah membawa tantangan tersendiri. Selain harus beradaptasi dengan lingkungan baru, ia juga menghadapi stereotip dan diskriminasi. Namun, hal itu tak membuatnya menyerah.
“Tantangan terbesar saya adalah menghadapi pandangan yang meremehkan perempuan Papua. Tetapi saya memilih untuk tetap percaya diri, fokus pada tujuan, dan terus berusaha,” katanya.
Selain itu ia juga mendapat dukungan keluarga, komunitas, dan organisasi kedaerahan. Salah satunya adalah Ikatan Mahasiswa Papua Lampung (IKMAPAL), organisasi yang menaungi mahasiswa Papua yang kuliah di berbagai kampus di Provinsi Lampung.
“IKMAPAL menjadi rumah kedua bagi saya. Di sini, saya mendapat dukungan dari teman-teman sesama mahasiswa Papua, berbagi pengalaman, serta saling menguatkan dalam menghadapi tantangan akademik maupun sosial,” tuturnya.
3. Berharap perempuan di Papua bisa bermimpi besar seperti dirinya
Bagi Maria Mesly Kosamah, pendidikan adalah jalan untuk mengubah kehidupan, terutama bagi perempuan Papua. Menurutnya, pendidikan memberikan kesempatan yang lebih luas dan membantu kami mendapatkan hak yang sama dalam berbagai bidang.
Ia berharap, kisahnya dapat menginspirasi anak-anak muda Papua, terutama perempuan, agar tidak takut bermimpi besar.
“Jangan pernah ragu untuk melanjutkan pendidikan. Percayalah pendidikan adalah kunci untuk membuka lebih banyak peluang dalam hidup,” pesannya.
Setelah menyelesaikan studinya, ia memiliki mimpi besar untuk kembali ke tanah Papua dan berkontribusi bagi masyarakat.
“Saya ingin menjadi agen perubahan yang membantu meningkatkan kualitas hidup perempuan Papua, serta mengubah pandangan masyarakat agar mereka lebih dihargai dan diakui potensinya,” katanya.