Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah Dhaifin dan Gabriel, Maba Termuda serta Terjauh ITERA 2024

M Dhaifin Bariq dan Gabriel M Hasiano mahasiswa termuda dan terjauh ITERA penerimaan 2024. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
M Dhaifin Bariq dan Gabriel M Hasiano mahasiswa termuda dan terjauh ITERA penerimaan 2024. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Intinya sih...
  • Dua mahasiswa baru ITERA, M Dhaifin Bariq dan Gabriel M Hasiano, mencuri perhatian sebagai mahasiswa termuda dan terjauh.
  • Dhaifin berhasil masuk ITERA pada usia 16 tahun 6 bulan setelah menamatkan SMA dalam waktu 2 tahun, sementara Gabriel berasal dari Jayapura.
  • Dhaifin memilih ITERA atas saran orang tuanya karena program teknik di ITERA lebih baik, sementara Gabriel tertarik dengan prodi perminyakan dan gas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lampung Selatan, IDN Times - Dua dari total 4.477 mahasiswa baru (maba) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) diterima pada tahun akademik 2024/2025 mencuri perhatian dalam sidang penerimaan, Senin (12/8/2024).

Kedua maba tersebut menyandang status sebagai mahasiswa termuda ialah M Dhaifin Bariq dari program studi (Prodi) Teknik Geologi dan mahasiswa terjauh Gabriel M Hasiano dari Prodi Rekayasa Minyak dan Gas.

Dhaifin dinobatkan sebagai mahasiswa termuda setelah resmi menjadi mahasiswa ITERA pada usia 16 tahun 6 bulan. Sedangkan Gabriel berstatus mahasiswa terjauh dikarenakan berasal dari Kecamatan Abe Pura, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

1. Jebolan siswa akselerasi

Sidang Penerimaan Mahasiswa Baru 2024/2025 di pelataran Gedung Kuliah Umum 1 ITERA, Senin (12/8/2024). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Sidang Penerimaan Mahasiswa Baru 2024/2025 di pelataran Gedung Kuliah Umum 1 ITERA, Senin (12/8/2024). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Dikisahkan Dhaifin, dirinya membeberkan alasan mengapa bisa menjadi mahasiswa termuda lantaran semasa SMA mengikuti program akselerasi atau percepatan. Alhasil, ia berhasil menamatkan pendidikan sekolah akhir di MAN 3 Palembang hanya 2 tahun.

Meski berasal dari kelas akselerasi, Dhaifin mengaku tidak semudah membalikan telapak tangan bisa menjadi mahasiswa ITERA. Itu lantaran sempat gagal di dua jalur penerimaan SNBT dan SMMPTN Barat, hingga akhirnya lolos ke ITERA melalui jalur Mandiri non prestasi.

Di awal keberhasilan masuk perguruan tinggi, ia sempat tak menyangka menjadi mahasiswa di umur baru menginjak usia 16 tahun. Namun seiring waktu, capaian itu diakui menjadi kebanggaannya pribadi.

"Senang, ada bangga juga lebih muda dari yang lain, teman-teman lain kelahiran 2005, 2006. Sedangkan aku 2008," ucapnya dengan wajah sumringah.

2. Akui sedih berpisah provinsi dari orang tua

Institut Teknologi Sumatera. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)
Institut Teknologi Sumatera. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Ihwal alasan memilih masuk perguruan tinggi di ITERA, Dhaifin menyebut keputusan ini bermula dari saran kedua orang tuanya. Itu dikarenakan progam studi teknik di ITERA sangat baik dibandingkan perguruan tinggi lainnya di Sumatera.

Selama menuntut ilmu di ITERA, Dhaifin bakal hidup mandiri indekos di seputar kampus. Ini sekaligus diakui momen pertama kalinya merantau beda provinsi dari kampung halaman.

"Saya SMA sudah merantau, tapi beda kota. Ini beda provinsi, rasa rindu sama orang tua pasti karena aku anak tunggal," jelasnya.

3. Minta geluti prodi minyak dan gas di ITERA

Gabriel, mahasiswa terjauh dikarenakan berasal dari Kecamatan Abe Pura, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Gabriel, mahasiswa terjauh dikarenakan berasal dari Kecamatan Abe Pura, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Kisah lainnya datang dari Gabriel M Hasiano, berasal dari tanah Papua. Niatan berkuliah di ITERA berdasarkan saran dari sang nenek yang dahulu pernah menuntut ilmu jenjang SMP hingga SMA di Lampung.

"Saya cari-cari kampus, terus opung bilang ke Lampung saja, karena mirip-mirip dengan Jayapura, bangunannya sederhana tidak tinggi-tinggi pokoknya mirip kaya tempat saya punya asal," jelasnya.

Walhasil, saran sang nenek akhirnya diterima, dikarenakan ITERA memiliki prodi berfokus pada perminyakan dan gas. Prodi tersebut dikatakan memang sudah dimintai sejak dirinya masih di bangku SMA.

"Karena dahulu dengar-dengar orang bicara, kalau minyak itu uangnya banyak. Jadi kepinginnya begitu juga," lanjut dia.

4. Alami culture shock di Lampung

Sidang Penerimaan Mahasiswa Baru 2024/2025 di pelataran Gedung Kuliah Umum 1 ITERA, Senin (12/8/2024). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Sidang Penerimaan Mahasiswa Baru 2024/2025 di pelataran Gedung Kuliah Umum 1 ITERA, Senin (12/8/2024). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Dalam perjalanan dari Papua menuju Lampung, Gabriel didampingi sang ibu mengakses transportasi udara. Meski demikian tetap saja, lantaran jarak kedua provinsi terlampau jauh perjalanan keduanya cukup melelahkan.

"Sekitar 5 jaman dari udara, saya dan ibu dari Papua pertama menuju Makassar, terus ke Jakarta, baru ke Lampung," imbuhnya.

Bukan hanya soal jarak, kedatangan di Lampung turut menghadirkan culture shock mulai dari gaya berbahasa. "Logat bahasanya beda sama kita punya di timur, kalau cuaca sama saja (di Lampung dan Papua)," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tama Wiguna
Martin Tobing
Tama Wiguna
EditorTama Wiguna
Follow Us