5 Kebiasaan Sederhana untuk Melawan Hedonic Treadmill, Cobain Deh!

- Fenomena hedonic treadmill membuat kita terjebak dalam siklus konsumsi dan pencarian kepuasan yang tak pernah berakhir.
- Bersyukur secara rutin melatih otak untuk menghargai hal-hal baik yang sering diabaikan, membantu melawan kecenderungan hedonic treadmill.
- Riset menunjukkan bahwa kebahagiaan dari pengalaman lebih tahan lama dibandingkan dengan kebahagiaan dari membeli barang material.
Fenomena hedonic treadmill mungkin terdengar asing di telinga, tapi sebenarnya kita semua pernah mengalaminya. Ini adalah kondisi ketika kita merasa bahagia saat mendapatkan sesuatu yang baru, entah itu smartphone, pakaian, kenaikan gaji, atau pencapaian lain, tapi kebahagiaan itu cepat menghilang dan kembali ke titik awal, mencari hal baru lagi untuk bahagia.
Seperti berlari di atas treadmill, terus bergerak tapi gak pernah sampai ke tujuan. Menjebaknya lagi, kondisi ini membuat terjebak dalam siklus konsumsi dan pencarian kepuasan yang gak pernah berakhir.
Kita terus mengejar hal-hal baru tanpa pernah merasa puas dengan apa yang sudah miliki. Tapi, kabar baiknya, ada beberapa kebiasaan sederhana yang bisa membantu melompat turun dari treadmill ini dan menemukan kebahagiaan yang lebih berkelanjutan.
Penasaran apa saja? Yuk, simak lima kebiasaan sederhana berikut ini!
1. Praktikkan rasa syukur setiap hari

Bersyukur mungkin terdengar klise, tapi kekuatannya dalam melawan hedonic treadmill gak bisa diremehkan. Saat terjebak dalam siklus adaptasi hedonis, cenderung fokus pada apa yang belum dimiliki atau capai, alih-alih menghargai apa yang sudah ada.
Dengan rutin bersyukur, melatih otak untuk memperhatikan hal-hal baik yang sering kali diabaikan. Cara simplenya, luangkan waktu lima menit setiap pagi atau malam untuk mencatat tiga hal yang disyukuri hari itu.
Bisa hal besar seperti kesehatan atau hal kecil seperti secangkir kopi enak. Terpenting, lakukan dengan penuh kesadaran dan rasakan benar-benar rasa terima kasihnya. Semakin spesifik catatanmu, semakin kuat efeknya dalam melawan kecenderungan hedonic treadmill yang selalu menginginkan lebih.
2. Fokuslah pada pengalaman daripada barang material

Riset menunjukkan kebahagiaan dari membeli barang material cenderung lebih cepat luntur dibanding kebahagiaan dari pengalaman. Saat kamu membeli gadget baru, mungkin senang beberapa minggu, tapi kemudian merasa biasa saja.
Hedonic treadmill bekerja sangat cepat pada kepemilikan material karena mudah dibandingkan dan cepat jadi standar baru. Sebagai gantinya, alokasikan uang dan waktumu untuk pengalaman seperti traveling, belajar skill baru, atau sekadar makan di tempat yang belum pernah dicoba.
Pengalaman memberikan kenangan yang bisa dinikmati berulang kali dan gak mudah terkena efek perbandingan sosial. Tidak hanya itu, pengalaman juga sering melibatkan interaksi sosial yang meningkatkan kebahagiaan, sehingga efeknya lebih tahan lama dalam melawan hedonic treadmill.
3. Terapkan jeda konsumsi sebelum membeli

Kita sering tergoda membeli sesuatu karena pikiran barang tersebut akan membuat lebih bahagia. Tanpa sadar, ini adalah hedonic treadmill yang bekerja untuk mendorong mengejar dopamine hit dari pembelian baru.
Jeda konsumsi adalah cara simple untuk memutus siklus ini dan memberikan waktu pada otak untuk berpikir rasional. Aturannya sederhana, saat tergoda membeli sesuatu yang gak esensial, tunggu minimal 24 jam sebelum memutuskan.
Untuk pembelian lebih besar, perpanjang jeda hingga seminggu atau sebulan. Selama masa tunggu, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar akan meningkatkan kualitas hidupmu atau hanya memberikan kesenangan sesaat. Metode ini membantu membedakan antara keinginan impulsif dan kebutuhan nyata, sehingga memutus siklus hedonic treadmill.
4. Bangun rutinitas memupuk flow state

Flow state atau kondisi "mengalir" adalah saat kamu sangat fokus pada suatu aktivitas hingga lupa waktu. Kondisi ini memberikan kepuasan intrinsik yang lebih tahan lama dibanding kesenangan dari konsumsi pasif. Saat berada dalam flow, kamu gak membandingkan diri dengan orang lain atau mengejar standar eksternal yang mana itu adalah kunci utama untuk melawan hedonic treadmill.
Identifikasi aktivitas yang membuatmu merasa flow, entah itu menulis, memasak, berkebun, atau bermain musik, dan jadwalkan waktu khusus untuk melakukannya secara rutin. Pastikan aktivitas tersebut punya tingkat kesulitan yang pas, gak terlalu mudah hingga membosankan, tapi juga gak terlalu sulit hingga frustasi. Rutin mengalami flow, kamu melatih kemampuan untuk menikmati proses alih-alih terobsesi dengan hasil, sehingga terhindar dari jebakan hedonic treadmill.
5. Luangkan waktu untuk koneksi sosial yang bermakna

Di era serba digital, cenderung menghabiskan banyak waktu untuk interaksi dangkal yang gak memberikan kepuasan mendalam. Padahal, koneksi sosial yang bermakna adalah salah satu sumber kebahagiaan terkuat dan tahan lama.
Berbeda dengan material atau pencapaian yang cepat terpengaruh hedonic treadmill, hubungan dekat dengan orang lain memberikan kebahagiaan yang terus diperbarui. Mulailah dengan menjadwalkan waktu khusus untuk berkualitas bersama orang terdekat tanpa gangguan gadget.
Bisa melalui makan malam bersama keluarga, obrolan mendalam dengan teman, atau bahkan sekadar telepon dengan orang tua. Fokuskan pada kualitas, bukan kuantitas interaksi.
Dengarkan dengan penuh perhatian, tanya hal-hal yang bermakna, dan buka diri untuk berbagi pengalaman. Koneksi sosial yang dalam akan memberikan rasa memiliki dan dukungan yang jadi benteng efektif melawan hedonic treadmill.
Melawan hedonic treadmill memang gak mudah, apalagi di era digital seperti sekarang yang terus menawarkan hal-hal baru untuk dikejar. Tapi menerapkan kelima kebiasaan sederhana di atas, kamu bisa secara perlahan melompat turun dari treadmill tersebut dan menemukan kebahagiaan yang lebih berkelanjutan. Ingat, kebahagiaan sejati gak selalu datang dari apa yang kamu kejar, tapi seringkali dari apa yang sudah dimiliki dan hargai!