Deretan Film Indonesia Rating Tertinggi, Wajib jadi Tontonan Kamu Nih!

Yuni adalah film drama Indonesia disutradarai dan ditulis oleh KamilaAndini. Film ini mengisahkan tentang seorang gadis pintar bernama Yuni ingin menggapai mimpi tinggi. Sebelum lulus SMA, dia telah dilamar 2 orang yang berbeda dan terus menolaknya.

Sampai akhirnya menjadi perbincangan orang sekitar dan dihantui mitos bahwa menolak lamaran sampai 2 kali akan sulit mendapatkan jodoh bahkan sampai tidak menikah sama sekali. Menghadapi semua tantangan dalam hidupnya, membuat Yuni harus berhadapan dengan Yoga, teman masa kecilnya, serta pak Damar, guru favorit Yuni di sekolah.

Film ini memperoleh rating 7,6/10 di situs IMDb dan rating 100 persen di situs Rotten Tomatoes. Film ini juga masuk 14 nominasi Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021 dan nominasi Achievement in Directing di Asia Pacific Screen Award, serta menjadi perwakilan Indonesia untuk kategori Best International Feature Film dalam ajang penghargaan Academy Awards ke-94 atau Piala Oscar 2022. 

Selain itu, film Yuni memenangkan beberapa penghargaan. Di antaranya, Snow Leopard untuk Aktris Terbaik di Asian World Film Festival 2021, Platform Prize di Toronto International Film Festival 2021, Silver Hanoman di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021, dan Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik.

Laskar Pelangi adalah sebuah film drama Indonesia yang disutradarai Riri Riza. Film ini mengisahkan tentang kehidupan anak-anak dari kalangan bawah di Desa Belitung. Di Desa tersebut, terdapat sebuah SD tertua yang ada di pulau tersebut yaitu SD Muhammadiyah. Sekolah ini hanya memiliki 10 orang siswa, sehingga terancam ditutup dan membuat anak-anak tersebut tidak dapat bersekolah lagi.

Film ini memperoleh rating 7,8/10 di situs IMDb dan rating 91 persen di situs Rotten Tomatoes. Film ini pernah mencetak rekor sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan 4,6 juta penonton. Rekor ini dipertahankan selama delapan tahun hingga dipatahkan oleh film Warkop DKI: Jangkrik Boss! Part 1 pada tahun 2016.

Sejak dibuat pada tahun 2008, film ini telah meraih sangat banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri. Salah satu penghargaan internasional yang diraih yaitu, The Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di Internasional Festival of Films for Children and Young Adults di Hamedan, Iran.

Sekala Niskala atau dengan nama Internasionalnya, The Seen and The Unseen adalah sebuah film disutradarai sekaligus ditulis skenarionya oleh Kamila Andini. Ide film ini berangkat dari tradisi dan kepercayaan yang ada di masyarakat Bali. “Sekala” dan “Niskala” memiliki makna kehidupan yang mempercayai dua hal dengan seimbang. 

Film ini menceritakan tentang kisah dua anak kembar yaitu Tantra dan Tantri hidup berdua bersama keluarga kecilnya. Mereka saling melengkapi dan hidup bahagia, hingga suatu saat Tantra diserang penyakit dan membuatnya melemah.

Tantra mulai kehilangan indranya satu persatu sehingga ia diharuskan menghabiskan waktunya berbaring di kamar rumah sakit. Sementara itu Tantri diharuskan untuk menerima kenyataan bahwa ia akan menjalani kehidupan sendiri. 

Film ini memperoleh rating 6,8/10 di situs IMDb dan rating 100 persen di situs Rotten Tomatoes. Film ini berhasil mengamankan beberapa penghargaan dalam dan luar negeri.

Salah satunya penghargaan yang diraih yaitu, Grand Prize kategori Generation Kplus International Jury yang mengokohkannya sebagai Film Terbaik dalam Festival Berlinale. Ini adalah pertama kalinya film panjang asal Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi di Berlinale.

Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak adalah film thriller Indonesia disutradarai Mouly Surya dan dibintangi aktris papan atas IndonesiaMarshaTimothy. Film ini menceritakan tentang seorang janda muda bernama Marlina tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba.

Marlina hidup tenang di Sumba sampai suatu hari seorang pria bernama Markus dan komplotannya mencoba merampok rumah Marlina, tetapi Marlina melawan dan membunuh Markus. Akhirnya, dia dihantui oleh Markus, dan hidupnya berubah 180 derajat. 

Film ini memperoleh rating 6,9/10 di situs IMDb dan rating 98 persen di situs Rotten Tomatoes. Pada Piala Citra ke-38, film ini memenangkan 10 penghargaan dari 15 nominasi, memecahkan rekor kemenangan dan nominasi terbanyak pada penghargaan film papan atas Indonesia yang sebelumnya dipegang oleh film Teguh Karya pada tahun 1986 yang berjudul Ibunda dengan 9 penghargaan dari 10 nominasi pada Piala Citra ke-17.

The Raid: Redemption adalah sebuah film thriller aksi Indonesia ditulis, disutradarai, dan diedit oleh Gareth Evans. Film dibintangi Iko Uwais ini menceritakan tentang seorang anggota pemula dari tim komando elit, Rama (Iko Uwais) diperintahkan untuk mundur sementara rekan-rekan seperjuangannya melanjutkan misi mereka untuk menjatuhkan penguasa kejahatan brutal bernama Tama (Ray Sahetapy).

Namun, penyamaran tim terbongkar, dan Tama menawarkan perlindungan bagi setiap penjahat di blok apartemennya yang tinggi dengan imbalan kepala polisi. Sekarang Rama harus mengambil alih komando dan memimpin timnya yang tersisa dalam serangan brutal melalui gedung untuk menyelesaikan dan bertahan dari misi tersebut.

Film ini memperoleh rating 7,6 /10 di situs IMDb dan rating 87 persen di situs Rotten Tomatoes. Film ini memperoleh banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri di antaranya, penghargaan Spits Silver Scream Award di ajang Imagine Film 2012, dan juga merebut penghargaan dari Toronto International Film Festival dan Dublin International Film Festival.

The Night Comes for Us adalah film thriller aksi yang ditulis dan disutradarai oleh Timo Tjahjanto dan dibintangi olehJoe Taslim. Film ini menceritakan tentang Ito(Joe Taslim) salah satu dari enam tukang pukul elit untuk Triad di Asia Tenggara.

Dia dikenal dengan julukan Six Seas. Setelah membantai sebuah desa karena beberapa penduduk desa telah mencuri uang Triad, Ito menemukan penyintas terakhir, seorang gadis muda bernama Reina. Bukannya menyelesaikan masalah Ito malah berbalik membunuh tentara Triad dan menyembunyikan Reina.

Film ini memperoleh rating 6,9/10 di situs IMDb dan rating 91 persen di situs Rotten Tomatoes. Film ini merupakan film original netflix pertama yang berasal dari Indonesia.

Film ini mendapat sambutan meriah saat world premiere di Fantastic Festival 2018 yang berlangsung di Alamo S. Lamar, Texas, Amerika Serikat pada 23 September 2018 waktu setempat. Penayangan perdana di festival tersebut tentu merupakan sebuah prestasi membanggakan. Terutama karena Fantastic Fest merupakan ajang prestisisus di Amerika dan paling berpengaruh serta menjadi rumah bagi film-film dengan orientasi genre laga seperti Ini.

Pengabdi Setan atau dengan nama internasionalnya Satan Slaves merupakan film horror Indonesia yang ditulis dan disutradarai JokoAnwar. Film ini mengisahkan tentang Rini telah tinggal di rumah neneknya di pedesaan bersama orang tua dan tiga adik laki-lakinya karena mereka harus menjual rumah di pusat kota untuk mendapatkan obat untuk ibunya, yang telah sakit misterius selama lebih dari tiga tahun.

Setelah ibunya meninggal, ayah Rini pergi ke kota yang jauh untuk bekerja. Roh jahat menghantui rumah Rini dan mulai meneror dia dan saudara-saudaranya. Rini menelusuri kembali akar kejahatan dan mengetahui keluarganya terlibat dalam perjanjian yang tidak suci di masa lalu. Dia harus menghadapi kebenaran mengerikan dari masa lalu untuk tetap hidup.

Film ini memperoleh rating 6,5/10 di situs IMDb dan rating 91 persen di situs Rotten Tomatoes. Film yang telah ditonton sebanyak 4,21 juta ini juga ditayangkan di berbagai negara seperti, Malaysia, Singapura, Taiwan, dll.

Pada ajang Festival Film Indonesia 2017, film ini mendapatkan 13 nominasi, dan berhasil memenangkan 7 di antaranya. Penghargaan yang dicapai diantaranya, pemeran anak-anak terbaik (Muhammad Adhiyat), sinematografi terbaik (Ical Tanjung), tata artistik terbaik (Allan Sebastian), lagu tema terbaik (The Spouse), tata efek visual terbaik (Finalize Studios), tata suara terbaik (Khikmawan Santosa dan Anhar Moha), serta tata musik terbaik (Aghi Narottama, Tony Merle, dan Bemby Gusti)