Ilustrasi sahabat Nabi. (Pinterest)
Setelah tiga hari berlangsung, ternyata laki-laki tersebut tidak kunjung datang sehingga Umar akhirnya memanggil Salman untuk menepati janjinya sebagai penjamin dan menerima hukuman qisas.
Salman pun dibawa ke tempat eksekusi dan dihadiri oleh dua pemuda anak dari korban. Namun diwaktu yang tepat, terlihat dari jauh seorang laki-laki berlari menuju tempat eksekusi sambil berteriak “Tunggu… tunggu,”. Ya, ternyata lelaki tersebut benar-benar kembali dan menepati janjinya.
“Maaf khalifah, saya terlambat. Ternyata butuh waktu lama saya melunasi utang piutang saya. Sekarang saya siap untuk mendapat hukuman saya yakni hukum qisas,” ucap laki-laki tersebut.
Melihat hal tersebut Umar langsung bertanya: “Wahai pemuda, bagaimana enggau bisa bersemangat datang kemari untuk mendapat hukuman qisas alih-alih kabur. Padahal engkau akan dihukum mati?”
Laki-laki itu pun menjawab alasan ia menepati janji untuk kembali datang dan menerima hukuman qisas. Ia bilang ia tidak mau jika suatu hari menjadi catatan sejarah, di dalam masyarakat Islam ada seseorang yang tidak menepati janjinya. Apalagi jika penyebabnya adalah dirinya sendiri.
Saking takjubnya dengan jawaban laki-laki tersebut, Umar kemudian berganti tanya pada Salman: “Wahai Salman mengapa engkau begitu yakin laki-laki ini jujur sampai mau menjadi penjaminnya?”
Salman lantas menjawab ia tak mau dalam catatan sejarah Islam, tidak ada rasa persaudaraan dan tidak ada rasa husnudzon. Maka ketika laki-laki itu bilang ingin ke kampungnya menyelesaikan utang piutang, Salman yakin laki-laki itu orang beriman yang jujur.