Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tiga atlet Sambo yang meraih medali di PON Beladiri Kudus. (IDN Times/Muhaimin)
Tiga atlet Sambo yang meraih medali di PON Beladiri Kudus. (IDN Times/Muhaimin)

Intinya sih...

  • Raffita Nur Anggraini, siswi SMA 16 tahun, meraih perak Sambo kelas Sport Putri -72Kg di PON Beladiri Kudus.

  • Raffita berharap dipanggil ke Pelatnas Indonesia dan ingin mendapatkan emas untuk Lampung.

  • Hadi Prayitno, 29 tahun, pindah dari kurash ke Sambo dan meraih perunggu di kelas Combat Putra -78Kg.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kudus, IDN Times – Tak semua medali lahir dari fasilitas mewah dan latihan panjang. Dibalik podium Pekan Olahraga Nasional (PON) Beladiri 2025 di Kudus, ada kisah tiga atlet Sambo Lampung yang berjuang dengan cara mereka masing-masing.

Mereka berjuang dari latar berbeda, ada yang dari ruang kelas hingga perjalanan panjang lintas cabang bela diri. Atlet itu adalah Raffita Nur Anggraini, Hadi Prayitno, dan Sebastian Ammar. Tiga nama dengan usia dan cerita berbeda, tapi punya semangat yang sama berjuang demi nama Lampung.

1. Perak di usia 16 tahun

Atlet Sambo Lampung, Raffita Nur Anggraini usai meraih perak di PON Beladiri Kudus. (IDN Times/Muhaimin)

Masih duduk dibangku kelas 11 SMA, Raffita Nur Anggraini sudah mengharumkan nama Lampung lewat medali perak Sambo kelas Sport Putri -72Kg.

“Rasanya senang banget, gak nyangka bisa dapet perak di ajang PON seperti ini,” ujar siswi SMA Negeri 1 Metro itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Raffita sudah berlatih sejak pukul 06:00 WIB. Sore harinya, ia kembali ke sasana. Rutinitas itu dijalaninya tanpa mengeluh, meski statusnya masih pelajar aktif.

“Kalau pagi jam 6 sampai 8, sore jam 4 sampai 6. Kalau lagi hari libur sekolah bisa latihan itu seharian,” katanya.

2. Pernah dipanggil pelatnas

Atlet Sambo Lampung, Raffita Nur Anggraini usai meraih perak di PON Beladiri Kudus. (IDN Times/Muhaimin)

Anak dari pasangan Endi Susanto dan Suratmi ini mengungkapkan harapannya untuk kembali dipanggil ke pelatihan nasional (Pelatnas) Indonesia. Ia pernah dipanggil ke Pelatnas Youth Championship dan bahkan bertanding melawan atlet asal Rumania.

“Ke depannya saya ingin mendapatkan emas, buat bapak, ibu, dan khususnya daerah saya Lampung,” ujarnya sambil tersenyum dengan mata yang berlinang.

Raffita mengatakan selama dirinya berlaga di PON Beladiri Kudus banyak pengalaman yang didapat olehnya.

3. Dari kurash ke sambo

Atlet Sambo Lampung, Hadi Prayitno yang meraih medali Perunggu di PON Beladiri Kudus. (IDN Times/Muhaimin)

Jika Raffita masih bersekolah di sela latihan, Hadi Prayitno justru datang dengan segudang pengalaman.

Pria 29 tahun ini dulunya petarung di gulat, kurash, dan kabaddi, sebelum akhirnya berlabuh di Sambo dan merebut perunggu di kelas Combat Putra -78Kg.

“Alhamdulillah, walau cuma juara tiga tapi tetap bersyukur. Ini pertama kali saya ikut Sambo,” ucap Hadi.

4. Alasan pindah

Ilustrasi Kurash. (Pexels.com/RDNE Stock project)

Hadi sudah mengenal dunia bela diri sejak 2010. Ia pernah mencicipi medali emas saat eksibisi PON Papua lewat cabang kurash, tapi harus rela pindah karena usia tak lagi memungkinkan.

“Umur saya udah gak cukup di kurash, karena kan ada batesannya jadi pindah ke Sambo karena peluang lebih besar," ujarnya sambil tersenyum.

Hadi mengungkapkan persiapan kali ini tergolong mendadak, namun semangatnya tak padam. “Serba dadakan, tapi alhamdulillah bisa dapat perunggu. Ke depan saya targetnya emas,” tegasnya.

5. Medali pertama

Atlet Sambo Lampung, Sbastian Ammar yang meraih Perunggu di PON Beladiri Kudus. (IDN Times/Muhaimin)

Nama Sebastian Ammar mungkin masih asing di dunia Sambo. Tapi siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung ini membuktikan kerja keras tak kenal waktu.

Dalam tiga bulan latihan penuh tanpa libur, ia sukses membawa pulang perunggu di kelas Combat Putra -88Kg. “Sangat bahagia, ini medali nasional pertama saya,” ucapnya.

Ammar hidup bersama tantenya setelah sang ayah meninggal dunia. Ibunya kini bekerja di NTB, dan dari jauh terus mengirim doa untuk anaknya yang berjuang di arena.

“Saya persembahkan medali pertama nasional saya ini untuk Ibu saya disana dan keluarga serta pelatih dan teman-teman yang mendukung terus saya," katanya.

6. Latihan tanpa henti

Ilustrasi ketahanan fisik. (Pexels.com/Tembela Bohle)

Ammar bercerita, terus melakukan latihan keras, cedera, hingga keterbatasan waktu sekolah tak membuatnya menyerah. “Saya tetap latihan walau cedera. Cuma libur Minggu, selebihnya full latihan,” ujarnya.

Ammar yang sebelumnya menekuni judo kini menggabungkan teknik itu dalam gaya bertarungnya.

“Saya kombinasikan teknik judo ke Sambo, kayak double leg dan rotes. Itu yang jadi andalan,” jelasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team