TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Novel Hidden Gem Karya Penulis Lokal, Menghibur dan Mengedukasi

Angkat isu perempuan, kesehatan, budaya dan politik

ilustrasi buku sejarah (pexels.com/RF._.studio)

Bandar Lampung, IDN Times - Deretan novel best seller ditulis penulis ternama tentu sudah tidak asing lagi bagi pecinta buku. Tapi, selain novel-novel terkenal dan diburu pembaca itu, ada juga novel dari penulis lokal jarang diketahui lho.

Deretan novel ini juga gak kalah menarik dan kritis karena menyoroti berbagai isu cukup relate dengan kehidupan. Seperti tentang perempuan, mitos, kehidupan dalam keluarga hingga masa orde baru. 

Berikut IDN Times rangkum deretan novel hidden gem dari penulis lokal gak kalah apik dan dan menarik.

1. Perempuan Bersampur Merah

instagram/andaruintan

Novel karya Intan Andaru ini berlatar belakang tragedi pembantaian dukun santet di Banyuwangi. Berlatar tragedi 1998, novel rilis 2019 ini mengisahkan gadis kecil menyelidiki tersangka atas kematian ayahnya dituduh sebagai dukun santet.

Karya ini menarik untuk dibaca karena mengulik beragam peristiwa mitos dan kepercayaan. Selain itu latar penulis sebagai dokter mampu menganalisis sakit dalam raga dan nonraga dialami manusia terkena santet.

Menjadi kekuatan dalam cerita novel ini adalah bagaimana penulis mengisahkan rasa traumanya akibat pristiwa kelam pembantaian terjadi di Banyuwangi. Itu menjadi magnet, kembali mengingatkan kita akan sebuah moralitas patut dipertanyakan.

Sejarah dan budaya dalam novel ini sangat kuat, namun ringan untuk dibaca karena penyampaian penulis sangat ringkas dan padat.

Baca Juga: 10 Outfit Manggung Mahalini, Keren Banget dan Ikonik!

2. Entrok

instagram.com/literasilektur

Novel Entrok mengisahkan kehidupan perempuan masih terkukung erat dengan budaya patriarki hingga tak bisa melanjutkan pendidikan. Serta kisah seorang perempuan hidup di zaman modern bisa sekolah sampai gelar sarjana.

Saat membaca Novel karya Okky Madasari ini kamu akan mendengar penuturan dari dua tokoh yakni Marni sebagai ibu dan anaknya Rahayu.

Berlatar perkampungan di Maduin pada tahun 50-90an, penulis mengisahkan Marni adalah perempuan berhasil melawan stigma masyarakat perempuan seharusnya tidak bekerja kasar bahkan sampai menjadi tulang punggung keluarga.

Namun kenyataannya, Marni bekerja sebagai kuli panggul di pasar dan mempekerjakan laki-laki di kebunnya. Sementara sang suami hanya leha-leha sambil menghisap rokok.

Sementara itu, Rahayu sebagai anak menarasikan kehidupan lebih mapan dan modern dari zaman ibunya. Ia bahkan bisa sekolah hingga jenjang sarjana. Novel ini semakin menarik karena penulis juga mengisahkan kepercayaan dianut anak dan ibu tersebut berlawanan.

Penulis memuat isu kompleks karena isu perempuan dan kepercayaan dibalut dengan  latar situasi politik tahun 50-an sampai 90-an.

3. Haniya dan Ala di Rumah Teteruga

play books

Membaca buku Haniya dan Ala di Rumah Teteruga karya Erni Aladjai ini membawa kamu berkelana di kebun-kebun cengkeh di daerah Indonesia bagian timur.

Buku pernah meraih juara 3 Sayembara Novel DKJ 2019 dan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2021 ini mengisahkan ibu dan anak tinggal di rumah warisan keluarga mereka dengan julukan Teteruga oleh warga sekitar. Rumah tua berusia 109 tahun itu menyimpan misteri.

Tapi tenang saja, novel ini bukan menceritakan cerita horor tentang hantu. Melainkan horornya aturan masa orde baru mengharuskan petani cengkeh menjual hanya kepada Koperasi Unit Desa dengan harga jauh dibawah normal.

Penulis menceritakan dengan apik bagaimana kemarahan petani cengkeh dengan aturan itu hingga menolak menjual cengkehnya, membakar kebunnya dan mengganti dengan komoditas lain. 

Penulis juga mengangkat isu perempuan, perundungan dan kekayaan budaya di Indonesia, membuat novel ini tak hanya menghibur tapi juga mengedukasi pembaca.

4. Kokokan Mencari Arumbawangi

instagram/gramedia.com

Kokokan Mencari Arumbawangi adalah novel karya Cyntha Hariadi tentang kehidupan dua anak kecil dan ibunya di suatu desa di Bali. Menceritakan kehidupan Nanamama dan anaknya, Kakaputu dan Arumbawangi.

Tokoh dalam cerita ini diwakili oleh anak-anak berusia 10-12 tahun namun memiliki daya tarik, membuat pembaca terpikat ingin terus melanjutkan membaca.

Penulis menarasikan cerita begitu apik dengan kalimat-kalimat sederhana, sehingga hanya dalam sekali duduk saja novel ini bisa kamu selesaikan. Novel ini juga cocok dibaca, jika kamu mencari cerita tentang kehidupan karena menggambarkan realita kehidupan warga desa.

Baca Juga: Tiga ASN Korupsi Tukin Pegawai Kejari Bandar Lampung Segera Disidang

Berita Terkini Lainnya