Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gen Z dan TV (pexels.com/KoolShooters)

Ketika kita melihat ke masa sekarang, dapat kita amati kebiasaan hiburan generasi baru, Gen Z telah mengalami pergeseran signifikan. Salah satu perubahan terbesar adalah penurunan minat terhadap menonton televisi konvensional dan beralih ke jenis hiburan baru yang dianggap lebih kekinian.

Kira-kira kenapa, ya? Dalam artikel ini, mengulas 10 alasan kenapa Gen Z udah enggak menonton TV lagi. Apakah kamu salah satunya? Mari kita cek.

1. Dunia digital lebih menarik

dunia digital lebih menarik (unsplash.com/Alex Suprun)

Generasi Z hidup di era digital penuh dengan konten-konten keren di platform online, mulai dari video singkat sampai serial web. Maka dari itu, pilihan hiburan bisa dinikmati menjadi sangat beragam dan selain itu juga lebih mudah diakses.

2. Streaming lebih mudah

ilustrasi streaming (unsplash.com/Parker Byrd)

Platform streaming seperti Netflix, HBO, dan Disney+ memberikan fleksibilitas bagi Gen Z untuk menonton konten kapan saja dan di mana saja. Tanpa terikat jadwal tertentu, streaming memenuhi kebutuhan mobilitas dan kesibukan mereka.

3. Konten Gen Z banget

konten yang Gen Z banget (pexels.com/Ron Lach)

YouTube, TikTok, Twitter dan platform media sosial lainnya menawarkan konten yang lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari Gen Z. Mereka lebih suka mengikuti konten kreator sebaya yang mencerminkan gaya hidup dan nilai-nilai mereka.

4. Sifat TV yang pasif

TV sifatnya pasif (unsplash.com/Sigmund)

TV tradisional adalah media yang pasif, sedangkan platform digital memungkinkan adanya interaksi langsung. Gen Z suka banget terlibat dalam diskusi, memberikan komentar, dan berbagi konten dengan teman-teman mereka.

5. Iklan bisa skip

bisa skip iklan (unsplash.com/Mika Baumeister)

Gen Z cenderung menghindari iklan konvensional. Sebaliknya, platform streaming menyajikan iklan lebih singkat, memberikan pilihan untuk di-skip, bahkan tidak ada iklan untuk platform yang berbayar. Streaming pun berjalan lebih lancar tanpa gangguan iklan.

6. Konten relevan secara sosial

konten yang relevan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gen Z sangat sensitif dengan isu-isu sosial dan lingkungan, dalam hal ini mereka cenderung mencari konten dapat mencerminkan nilai-nilai keadilan sosial, keberlanjutan, dan keragaman. Akan tetapi, hal itu kurang bisa didapatkan dari TV karena konten TV yang terbatas.

7. Personalisasi konten

personalisasi konten (unsplash.com/Tech Daily)

Platform digital lebih dapat menyesuaikan diri dengan selera Gen Z dengan cara memberikan experience yang lebih personal. MIsalnya buat playlist lagu, film, follow kreator favorit dan mendapatkan rekomendasi yang sesuai dengan preferensi mereka.

8. Gaya TV sudah ketinggalan zaman

TV udah ketinggalan zaman (unsplash.com/Gaspar Uhas)

Beberapa program TV mungkin gak lagi berusaha mengakomodasi selera atau kebutuhan Gen Z, sehingga mendorong mereka mencari hiburan di tempat lain.

9. Masalah fleksibilitas

fleksibilitas (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Gen Z lebih suka menyesuaikan konsumsi kontennya. Mereka bisa menonton beberapa episode sekaligus atau mengikuti serial tanpa harus menunggu jadwal tayang.

10. Sifat Gen Z gak sabaran

Gen Z enggak sabaran (unsplash.com/Robo Wunderkind)

Kehidupan Gen Z berjalan serba cepat, dan platform digital memiliki kemampuan untuk mewadahi itu. Video pendek dan informasi singkat lebih sesuai dengan gaya hidup mereka.

Harus diakui, dalam dunia yang terus berubah, kebiasaan konsumsi hiburan juga ikut bergeser. Melalui perubahan ini, Gen Z menciptakan tren baru dalam dunia hiburan digital.

Apakah kamu udah pindah ke generasi hiburan yang lebih up-to-date, atau masih setia sama TV? Apa pun pilihan kamu, yang pasti evolusi ini bikin dunia hiburan digital dan hidup kita makin seru!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team