Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono (Instagram/damonosapardi)
Hujan Bulan Juni adalah sebuah karya monumental dari Sapardi Djoko Damono, pertama kali diterbitkan dalam bentuk kumpulan puisi pada 1994 oleh Penerbit Grasindo. Kumpulan puisi ini memuat 102 puisi ditulis oleh Sapardi sepanjang kariernya, mulai dari tahun 1964 hingga 1994.
Beberapa puisi di dalamnya sebelumnya telah diterbitkan dalam buku-buku lain, seperti Duka-Mu Abadi tahun 1969, Mata Pisau tahun 1974, Akuarium tahun 1974, dan Perahu Kertas tahun 1984. Salah satu puisi terkenal, juga menjadi judul buku ini, pertama kali ditulis oleh Sapardi pada tahun 1989.
Hujan Bulan Juni telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Inggris, Arab, Jepang, dan Mandarin, menjadikannya salah satu karya sastra Indonesia dikenal luas di dunia sastra internasional.
Selain dalam bentuk kumpulan puisi, Hujan Bulan Juni juga diadaptasi menjadi sebuah novel dan diterbitkan pada Juni 2015 oleh Gramedia Pustaka Utama. Cerita dalam novel Hujan Bulan Juni mengisahkan kisah cinta antara Sarwono, seorang dosen antropologi asal Jawa di Universitas Indonesia, dan Pingkan, dosen Sastra Jepang keturunan Jawa-Manado.
Mereka bertemu karena Pingkan adalah adik dari teman lama Sarwono, Toar. Meskipun hubungan mereka diwarnai berbagai tantangan, termasuk perbedaan suku, agama, dan pandangan keluarga Pingkan tidak menyetujui hubungan, mereka tetap menjalin cinta.
Konflik utama muncul saat Pingkan harus ke Jepang untuk melanjutkan studi, membuat Sarwono merasa cemas dan jengkel, terutama karena Pingkan dekat dengan Katsuo, seorang mahasiswa Jepang populer dan juga seorang dosen. Ketegangan semakin meningkat ketika keluarga Pingkan mendesaknya untuk menikah dengan Tumbelaka, seorang pria dari Manado dianggap lebih sesuai.
Meski demikian, ibunya Pingkan akhirnya merestui hubungan mereka. Setelah beberapa waktu terpisah, Sarwono jatuh sakit, dan Pingkan baru pulang dari Jepang segera bergegas ke Solo untuk menemuinya. Sayangnya, saat tiba di sana, Sarwono sudah kritis dan hanya meninggalkan tiga puisi untuk Pingkan tercetak dalam sebuah koran, meninggalkan kenangan tak terlupakan bagi mereka berdua.
Sebenarnya novel ini merupakan novel trilogi, Novel Hujan Bulan Juni ini menjadi novel pertama dalam trilogi ini. Novel lanjutannya ada pada Novel Pingkan Melipat Jarak, dan terakhir Novel Yang Fana Adalah Waktu.