Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Penyebab Reaktansi Psikologis Saat Diperintah, Marah?

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kindel Media)

Kamu pasti pernah merasakan marah atau kesal ketika ada orang memberi perintah atau saran tidak disukai. Misalnya, ketika kamu sedang berdiet dan pasangan kamu mengingatkan kamu untuk tidak makan makanan cepat saji.

Atau ketika kamu sedang asyik menonton film dan teman kamu menyuruh kamu untuk berhenti dan melakukan pekerjaan rumah. Atau ketika sedang ingin membeli sesuatu dan orang tua melarang kamu untuk menghabiskan uangmu.

Reaksi marah atau kesal ini sebenarnya adalah fenomena psikologis disebut reaktansi psikologis. Reaktansi psikologis adalah reaksi otak terhadap ancaman terhadap kebebasan kita.

Otak tidak suka jika ada orang mencoba mengurangi pilihan atau kemungkinan kita miliki. Otak kita akan melawan dengan melakukan hal berlawanan dengan apa yang diperintahkan atau disarankan. Reaktansi psikologis ini bisa membuat kita merasa negatif, bermusuhan, dan agresif.

Tapi, tidak semua perintah atau saran bisa membuat kita merasa reaktan. Ada beberapa faktor bisa memengaruhi tingkat reaktansi psikologis kita rasakan. Berikut adalah lima faktor tersebut.

1. Siapa memberi perintah

ilustrasi argumen (pexels.com/Liza Summer)

Faktor pertama adalah siapa orang atau lembaga memberi perintah atau saran kepada kita. Orang atau lembaga ini disebut sumber perintah. Sumber perintah bisa mempengaruhi tingkat reaktansi psikologis kita rasakan.

Jika kita merasa sumber perintah tidak punya hak, tidak bisa dipercaya atau tidak peduli dengan kita, mungkin akan merasa lebih reaktan. Contohnya, jika ada orang asing menyuruh untuk berhenti merokok, kita mungkin akan merasa marah dan ingin merokok lebih banyak.

Sebaliknya, jika merasa sumber perintah punya hak, bisa dipercaya, atau peduli, kita mungkin akan merasa kurang reaktan. Contohnya, jika ada dokter menyuruh kita untuk berhenti merokok, mungkin akan merasa terima kasih dan ingin berhenti merokok.

2. Bagaimana perintah disampaikan

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Julia M Cameron)

Faktor kedua adalah bagaimana gaya bahasa atau komunikasi digunakan sumber perintah untuk memberi perintah atau saran kepada kita. Gaya bahasa atau komunikasi ini disebut cara perintah disampaikan. Cara perintah disampaikan bisa memengaruhi tingkat reaktansi psikologis kita rasakan.

Jika cara perintah disampaikan bersifat langsung, tegas, atau mengancam, kita mungkin akan merasa lebih reaktan. Contohnya, jika ada iklan berkata “Jangan Merokok!”, kita mungkin akan merasa tersinggung dan ingin melawan iklan tersebut.

Sebaliknya, jika cara perintah disampaikan bersifat tidak langsung, lembut, atau menghargai, kita mungkin akan merasa kurang reaktan. Contohnya, jika ada iklan berkata “Merokok Bisa Membunuhmu”, kita mungkin akan merasa prihatin dan ingin mengurangi rokok.

3. Seberapa besar kebebasan kita terancam

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kindel Media)

Faktor ketiga adalah seberapa besar perintah atau saran tersebut membatasi pilihan atau kemungkinan kita miliki. Besarnya pembatasan ini disebut tingkat kebebasan terancam. Tingkat kebebasan yang terancam bisa mempengaruhi tingkat reaktansi psikologis kita rasakan.

Jika tingkat kebebasan terancam tinggi, artinya perintah atau saran tersebut sangat mengurangi pilihan atau kemungkinan kita miliki. Kita mungkin akan merasa lebih reaktan. Contohnya, jika ada orang menyuruh tidak pernah makan cokelat lagi, kita mungkin akan merasa sangat marah dan ingin makan cokelat lebih banyak.

Sebaliknya, jika tingkat kebebasan yang terancam rendah, artinya perintah atau saran tersebut tidak terlalu mengurangi pilihan atau kemungkinan dimiliki, kita mungkin akan merasa kurang reaktan.

Contohnya, jika ada orang menyuruh mengurangi makan cokelat, kita mungkin akan merasa tidak terlalu marah dan bisa menerima saran tersebut.

4. Seberapa penting kebebasan kita

ilustrasi mendukung (pexels.com/Liza Summer)

Faktor keempat adalah seberapa penting kebebasan tersebut bagi kita. Pentingnya kebebasan ini disebut nilai kebebasan terancam. Nilai kebebasan yang terancam bisa memengaruhi tingkat reaktansi psikologis yang kita rasakan.

Jika nilai kebebasan terancam tinggi, artinya kebebasan tersebut sangat penting, kita mungkin akan merasa lebih reaktan. Contohnya, jika ada orang yang menyuruh tidak pernah menulis puisi lagi, kita mungkin akan merasa sangat marah dan ingin menulis puisi lebih banyak.

Sebaliknya, jika nilai kebebasan terancam rendah, artinya kebebasan tersebut tidak terlalu penting bagi kita, mungkin akan merasa kurang reaktan. Contohnya, jika ada orang yang menyuruh tidak pernah menonton film horor lagi, kita mungkin akan merasa tidak terlalu marah dan bisa mengabaikan saran tersebut.

5. Dari mana kita berasal dan siapa kita

ilustrasi berbincang (pexels.com/Budgeron Bach)

Faktor kelima adalah latar belakang sosial dan karakteristik pribadi kita miliki. Latar belakang sosial dan karakteristik pribadi ini disebut budaya dan diri. Budaya dan diri bisa mempengaruhi tingkat reaktansi psikologis kita rasakan.

Jika kita berasal dari budaya menghargai individualisme, otonomi dan ekspresi diri, mungkin akan merasa lebih reaktan. Contohnya, jika kita berasal dari Amerika Serikat atau Eropa Barat, mungkin akan merasa lebih marah ketika ada orang mencoba mengatur hidup kita.

Sebaliknya, jika kita berasal dari budaya menghargai kolektivisme, harmoni, dan penyesuaian diri, mungkin akan merasa kurang reaktan. Contohnya, jika kita berasal dari Asia Timur atau Afrika, mungkin akan merasa lebih tenang ketika ada orang yang mencoba membantu hidup kita.

Reaktansi psikologis bukanlah sesuatu harus kita hindari atau takuti. Reaktansi psikologis sebenarnya adalah bukti kita memiliki kebebasan dan kemauan sendiri. Reaktansi psikologis juga bisa menjadi motivasi untuk berpikir kritis, berkreasi dan berinovasi. Terenting adalah kita bisa mengelola reaktansi psikologis kita dengan baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhamad Aldifa
EditorMuhamad Aldifa
Follow Us