5 Penyair Ternama Indonesia, Karyanya Ditentang Masa Orde Baru

- Chairil Anwar, sastrawan Indonesia terkemuka dengan 96 karya, termasuk 70 puisi yang merubah struktur penulisan puisi menjadi modern.
- W.S Rendra, penyair terkenal di luar negeri dengan kegiatan organisasi teater Bengkel Teater dan sering mengikuti festival internasional.
- Widji Thukul, penyair dan aktivis yang dikenal karena karya-karyanya bertema sosial dan pemberontakkan terhadap rezim Orde Baru.
Bandar Lampung, IDN Times - Puisi merupakan salah satu bentuk sastra dikenal masyarakat Indonesia sejak masa lampau. Dulu, puisi lebih dikenal dengan sebutan syair, pantun, mantra, karmina, atau gurindam.
Seiring perkembangan zaman, bentuk, susunan dan semua aturan puisi lama tersebut berubah. Hal itu dipengaruhi peran nama-nama sastrawan hebat membuat pengaruh dan perubahan pada aturan dan struktur puisi.
Berikut IDN Times rangkum 5 penyair ternama Indonesia memiliki pengaruh besar terhadap dunia sastra Nusantara.
1. Chairil Anwar pelopor lahirnyanya era puisi modern

Siapa tak kenal Chairil Anwar? Adalah sosok penyair memiliki pengaruh besar terhadap dunia sastra Indonesia.
Ia merupakan penyair asal Medan Sumatra Utara. Lahir 26 Juli 1922 dan wafat 28 April 1949 di usia terbilang muda yakni 26 tahun.
Penyair ternama itu pertama kali mempublikasikan karyanya pada 1942, sejak itu ia terus mempublikasikan karyanya. Sehingga Chairil Anwar dikenal sebagai sastrawan juga penyair Indonesia paling terkemuka dengan total 96 karya dengan 70 di antaranya adalah karya puisi.
Puisi-puisinya dianggap sebagai pembaharu dalam dunia kepenulisan puisi saat itu. Bahkan, puisi-puisi Charil sangat bertentangan dengan aturan penulisan puisi pada saat itu.
Sebab itu, akhirnya Chairil Anwar dikenal sebagai sosok pelopor Sastrawan Angkatan 45 sekaligus pelopor bagi lahirnyanya era Puisi Modern. Puisi-puisinya memiliki pengaruh besar yang akhirnya merubah struktur penulisan puisi menjadi puisi modern kita kenal sampai saat ini.
2. W.S Rendra pernah diburu pemerintahan orde Baru

Penyair selanjutnya adalah Willibrordus Surendra Broto Narendra atau biasa dikenal dengan sebutan W.S Rendra, lahir di Solo, Jawa Tengah 7 November 1935 dan wafat pada tanggal 6 Agustus 2009 di usia 73 tahun. Kemampuan W.S. Rendra dalam menulis banyak karyanya sudah terlihat sejak SMP, namun ia baru mempublikasikan karya pertamanya di majalah Siasat pada tahun 1952.
W.S Rendra berhasil menjadi sastrawan dan penyair Indonesia terkemuka dan dikenal hingga di luar negeri. Hal ini disebabkan W.S Rendra sering mengikuti festival penulisan puisi di luar negeri di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival yang diselenggarakan pada tahun 1971 dan 1979, The Valmiki International Poetry Festival diselenggarakan di New Delhi pada tahun 1985, World Poetry Festival yang diselenggarakan di Kuala Lumpur pada 1992 dan masih banyak lagi festival internasional diikuti oleh W.S Rendra.
Selain karya-karyanya memiliki pengaruh kuat dalam penulisan sastra Indonesia, W.S Rendra juga dikenal dengan kelompok teaternya bernama Bengkel Teater yang berhasil mengangkat kembali gairah teater Nusantara hampir redup pada masa itu. Kamu juga harus tahu, pada masa Orde Baru, W.S Rendra dan Bengkel Teaternya pernah diburu oleh Pemerintahan Orde Baru karena karya-karyanya dianggap provokatif.
3. Wiji Thukul dinyatakan hilang sejak 1998 hingga kini

Penyair berpengaruh selanjutnya adalah Wiji Thukul. Penyair memiliki nama asli Widji Widodo lahir di Surakarta, Jawa Tengah 26 Agustus 1963 dan dinyatakan hilang 10 Februari 1998 di usia 35 tahun.
Tertarik dengan dunia sastra sejak SD, Widji Thukul dikenal sebagai seorang penyair sekaligus aktivis di masa Orde Baru. Pendidikannya hanya lulusan SMP, lalu melanjutkan Sekolah Menengah Karawitan sampai di kelas dua saja karena kesulitan ekonomi.
Meski hanya lulusan SMP, nyatanya Widji Thukul tetap sukses dan dianggap sebagai seorang penyair terkemuka di Indonesia bahkan mancanegara. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan luar negeri pernah didapatkannya pada 1991 bersama W.S Rendra yaitu Wertheim Encourage Award diberikan Wertheim Stichting di Belanda.
Selain penghargaan tersebut, sosok Widji Thukul juga dikenal karena kegiatan aktivisnya. Ia rajin membuat karya-karya puisi bertemakan sosial dan pemberontakkan terhadap rezim Orde Baru.
Kegiatan aktivisnya berani mengorganisir banyak orang untuk melakukan pemberontakan dan karya-karyanya dianggap sangat provokatif. Hal ini membuat Widji Thukul mengalami kebutaan pada mata kanannya hingga berujung pada penculikan dirinya pada 1998. Hingga kini, tak ada kabar darinya namun karya-karya Widji Thukul selalu bergema, dibacakan dan terus disebarkan di setiap aksi demo masa.
4. Sapardi Djoko Damono penyair eksperimental karyanya relate dengan kehidupan sehari-hari

Penyair berpengaruh selanjutnya adalah Sapardi Djoko Damono. Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah 20 Maret 1940 dan wafat pada 19 Juli 2020 di usia 80 tahun.
Guru besar Fakultas Sastra di Universitas Indonesia ini juga sangat aktif dalam kegiatan organisasi sastra. Di rentang tahun 1973 sampai 1980 Sapardi Djoko Damono pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Yayasan Indonesia. Kemudian pada tahun 1973 menjadi salah satu anggota redaksi Majalah Sastra Horison.
Lalu pada tahun 1975 imenjabat sebagai Sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin. Ia juga merupakan anggota Dewan Kesenian Jakarta pada rentang 1977 sampai 1979, dan masih banyak lagi kegiatan organisasi kesusastraan dikuti.
Karya-karya Sapardi Djoko Damono banyak dianugrahi penghargaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa penghargaan pernah didapatkannya di luar negeri antara lain Cultural Award yang diselenggarakan di Australia pada tahun 1978.
Kemudian Anugerah Puisi Putra yang diselenggarakan di Malaysia pada tahun 1983. Selanjutnya penghargaan SEA Write Award diselenggarakan di Thailand tahun 1986, dan ASEAN Book Award pada 2018.
Kemudian penghargaan dari dalam negeri meliputi Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1990, Kalyana Kretya dari Menristek RI pada tahun 1996, Achmad Bakrie Award pada tahun 2003, Akademi Jakarta pada tahun 2012 dan Habibie Award 2016.
Karya-karya puisi Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai puisi sederhana yang dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari. Selain itu dikenal sebagai penyair eksperimental yang banyak melakukan banyak perubahan dan percobaan dalam gaya dan struktur penulisan karya puisinya.
Sapardi Djoko Damono adalah penyair yang rajin dan paling produktif menulis puisi, hal ini terbukti dari banyaknya buku antologi puisi ia ciptakan dan selalu laris di toko-toko buku serta cetak berulang-ulang sampai hari ini. Karyanya selalu dijadikan bahan penelitian sastrabanyak orang.
Sumbangsih Sapardi Djoko Damono dalam dunia sastra begitu banyak, baik dalam bidang Pendidikan Sastra, Organisasi dan Perkumpulan Sastra, hingga karya-karyanya. Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu contoh sastrawan yang benar-benar mengabdikan hidupnya untuk perkembangan dan keberlangsungan sastra Indonesia.
5. Joko Pinurbo karyanya khas perpaduan antara humor, narasi, sekaligus ironi

Penyair terakhir berpengaruh selanjutnya adalah Joko Pinurbo atau biasa dikenal juga dengan sebutan Jokpin. Pria memiliki nama asli Philipus Joko Pinurbo lahir di Sukabumi, Jawa Barat 11 Mei 1962 dan wafat 27 April 2024 di usia 61 tahun. Joko Pinurbo mulai menekuni dunia sastra saat ia SMA.
Puisi-puisi diciptakan Joko Pinurbo memiliki kekhasan dan karakteristiknya sendiri yakni perpaduan antara humor, narasi, sekaligus ironi. Joko Pinurbo sangat teliti sekaligus pintar dalam menentukan diksi, sehingga mampu menghasilkan citraan objek ataupun peristiwa sehari-hari yang sederhana namun memiliki kedalaman makna yang rumit dan tajam.
Puisi-puisi Joko Pinurbo lebih banyak mengandung refleksi dan kontemplasi yang menyentuh absurditas sehari-hari, juga mempertanyakan banyak hal yang jarang dipikirkan selama ini. Keunikan gaya bahasa dan gaya kepenulisan Jokpin ini membuat Jokpin dikenal sebagai salah satu penyair jenius. Karya-karyanya sulit ditiru oleh penyair lainnya, karena kekhasan gaya kepenulisan ia ciptakan secara konsisten dalam setiap karya-karyanya.
Karya pertama Joko Pinurbo adalah antologi puisinya berjudul Celana terbit pada tahun 1999. Sejak terbit pertama kali karya itu jadi soroton publik. Sehingga setiap karya-karya Joko Pinurbo selanjutnya selalu laris manis di toko-toko buku.
Sama seperti Sapardi Djoko Damono, karya-Karya Joko Pinurbo juga banyak di jadikan bahan penelitian sastra di bidang akademi dan berhasil mendapatkan beberapa penghargaan. Pada 2001 Joko Pinubro berhasil mendapatkan penghargaan Buku Puisi dari Dewan Kesenian.
Kemudian ia memperoleh Penghargaan sastra dari Badan Bahasa pada tahun 2002 dan 2014. Kemudian ada penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa didapatkan Joko Pinurbo pada tahun 2005 dan 2015. Joko Pinurbo juga mendapat penghargaan dari luar negeri yakni East Asian Write Award 2014.