5 Faktor Penyebab Anak Jadi Pemberontak, Patut Diwaspadai!

Orangtua harus bisa merespons dengan bijak

Sifat pemberontakan anak-anak seringkali mencapai puncaknya pada masa remaja. Tetapi tanda-tanda awalnya sudah bisa diamati sejak usia dini.

Fase pemberontakan adalah periode di mana anak-anak mulai mencoba mengambil kendali atas hidup mereka sendiri, berbeda pendapat dengan orangtua, dan mencari identitas yang lebih independen. Ini adalah langkah alami dalam memisahkan diri dari figur otoritas yang selama ini mendominasi keputusan mereka.

Sifat pemberontakan pada anak-anak, jika dikelola dengan baik, sebenarnya memiliki implikasi positif dalam jangka panjang. Mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis, belajar bernegosiasi, dan membangun identitas yang kuat.

Namun, jika tidak dikelola dengan baik, pemberontakan bisa berkembang menjadi konflik merugikan hubungan dan perkembangan anak. Lalu, apa saja penyebabnya? Yuk simak!

1. Perubahan hormon dan perkembangan otak remaja

5 Faktor Penyebab Anak Jadi Pemberontak, Patut Diwaspadai!ilustrasi anak (pexels.com/cottonbro studio)

Selama masa remaja, tubuh mengalami lonjakan hormon signifikan, terutama hormon seks seperti estrogen pada perempuan dan testosteron pada laki-laki. Perubahan hormon ini dapat memengaruhi mood remaja, membuat mereka merasa lebih emosional dan bergejolak.

Fluktuasi hormon ini juga dapat menyebabkan perubahan cepat dalam suasana hati, yang pada gilirannya dapat memengaruhi interaksi sosial dan perilaku mereka. Perkembangan otak remaja juga berperan penting dalam perilaku pemberontakan.

Bagian otak yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan pengendalian impuls, seperti korteks prefrontal, sedang mengalami perkembangan pesat. Namun, koneksinya dengan bagian otak lain yang terkait dengan dorongan dan emosi, seperti amigdala, belum sepenuhnya matang.

Hal ini dapat menyebabkan remaja cenderung bersikap impulsif, kurang mempertimbangkan risiko dan lebih fokus pada hadiah segera daripada konsekuensi jangka panjang.

2. Tekanan dari lingkungan sebaya

5 Faktor Penyebab Anak Jadi Pemberontak, Patut Diwaspadai!ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Anak-anak cenderung sangat terpengaruh teman sebayanya. Masa anak-anak dan remaja adalah periode di mana mereka mencari identitas sosial dan ingin merasa diterima dalam kelompok teman sebaya.

Hal ini sering kali menyebabkan mereka merasa perlu untuk menunjukkan sikap pemberontakan agar diterima dan dianggap keren oleh kelompok tersebut. Tekanan ini bisa berdampak besar pada bagaimana mereka berperilaku dan bagaimana mereka mengidentifikasi diri mereka.

Anak-anak mungkin merasa menunjukkan perilaku pemberontakan adalah cara untuk mendapatkan perhatian atau mengukuhkan status sosial mereka di antara teman sebaya. Tindakan-tindakan seperti melanggar aturan sekolah, mengabaikan norma keluarga, atau mengambil risiko tidak perlu dapat menjadi cara untuk menunjukkan kemandirian dan keberanian di mata teman-teman mereka.

Baca Juga: 5 Etika Menitipkan Anak ke Tetangga, Jangan Dianggap Sepele!

3. Ketidakcocokan nilai dan komunikasi keluarga kurang efektif

5 Faktor Penyebab Anak Jadi Pemberontak, Patut Diwaspadai!ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kindel Media)

Ketika anak-anak memiliki nilai-nilai berbeda dengan keluarga atau merasa tidak cocok dengan norma-norma diterapkan, konflik sering kali muncul. Anak mungkin merasa terjebak antara ekspektasi keluarga dan keinginan atau nilai-nilai pribadi mereka.

Konflik semacam ini bisa memicu perilaku pemberontakan sebagai bentuk ekspresi perasaan ketidakpuasan dan perlawanan terhadap apa yang mereka anggap sebagai "kepaksaan" untuk mengadopsi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan pandangan mereka.

Komunikasi yang tidak efektif antara orang tua dan anak dapat memperburuk situasi. Ketika anak merasa pendapat dan perasaannya diabaikan atau tidak dihargai, mereka mungkin merasa terisolasi dan tidak dimengerti. Kurangnya saluran komunikasi yang terbuka bisa membuat anak enggan untuk berbicara tentang perasaan dan pandangan mereka, sehingga mereka mungkin memilih perilaku pemberontakan sebagai bentuk ekspresi yang lebih kuat.

4. Tuntutan akademis dan sosial yang berat

5 Faktor Penyebab Anak Jadi Pemberontak, Patut Diwaspadai!ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/August de Richelieu)

Anak-anak dan remaja saat ini seringkali menghadapi tekanan untuk berprestasi secara akademis. Harapan yang tinggi dari orang tua, sekolah, dan masyarakat umumnya berkontribusi pada tuntutan membebani. Beban ini dapat menciptakan stres serius, terutama jika anak merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi yang ada.

Stres ini bisa memicu perilaku pemberontakan sebagai cara untuk melepaskan ketegangan dan menunjukkan ketidaksetujuan terhadap tekanan tersebut. Selain tuntutan akademis, tuntutan sosial juga dapat menjadi faktor yang signifikan.

Anak-anak mungkin merasa terbebani oleh tekanan untuk tampil baik dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan sosial, olahraga, hobi, dan lain-lain. Mereka mungkin merasa perlu untuk memenuhi ekspektasi sosial yang tinggi, dan jika mereka merasa tidak mampu melakukannya, perilaku pemberontakan bisa muncul sebagai reaksi atas perasaan tidak mampu menyesuaikan diri.

5. Gangguan mental dan emosional

5 Faktor Penyebab Anak Jadi Pemberontak, Patut Diwaspadai!ilustrasi anak (pexels.com/Keira Burton)

Gangguan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan perilaku, atau masalah emosional lainnya dapat memiliki dampak yang signifikan pada perilaku anak-anak. Anak-anak dengan masalah kesehatan mental mungkin mengalami perubahan suasana hati yang drastis, penurunan minat dalam aktivitas sehari-hari, dan kesulitan dalam mengatasi tekanan atau stres. Perilaku pemberontakan bisa menjadi ekspresi dari kesulitan mereka dalam mengelola perasaan dan emosi yang kompleks.

Perilaku pemberontakan dapat menjadi cara bagi anak untuk mengekspresikan emosi sulit diungkapkan secara verbal. Mereka mungkin kesulitan mengartikulasikan perasaan mereka atau merasa malu atau takut untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi. Dalam beberapa kasus, perilaku pemberontakan bisa menjadi bentuk pelampiasan emosi yang intens.

Sifat pemberontakan pada anak-anak adalah bagian alami dari perkembangan mereka yang mencerminkan dorongan untuk otonomi dan identitas. Orang tua dan pengasuh memiliki peran penting dalam membantu anak-anak mengelola pemberontakan ini dengan bijak.

Melalui pendekatan yang empatik dan pemahaman, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan berharga yang akan membantu mereka menjadi individu yang mandiri dan berpikir kritis di masa depan.

Baca Juga: 5 Manfaat Deep Talk dengan Anak, Dorong Si Kecil Berpikir Kritis

Larasati Ramadhan Photo Community Writer Larasati Ramadhan

Ig: @larasatiram

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya