Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Warnai Muktamar ke-34 NU

Beberapa manuskrip berusia 100 tahun lebih

Bandar Lampung, IDN Times - Pameran Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Nusantara menyemarakkan pelaksanaan kegiatan Muktamar ke-34 Nahdatul Ulama (NU) di Provinsi Lampung.

Pameran tersebut dijadwalkan berlangsung selama pagelaran muktamar atau tepatnya 22-24 Desember 2021. Kegiatan turut memamerkan lukisan, buku-buku tafsir terdahulu, dan kumpulan biografi ulama NU itu digelar di area Sport Center Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Lampung, Kota Bandar Lampung.

Perlu diketahui juga beberapa peninggalan barang kuno tersebut, di antaranya memiliki usia di atas 100 tahun lebih.

Baca Juga: Melongok Bazar Semarakkan Muktamar NU di Lampung, Ada Bagi Kopi Gratis

1. Bentuk sumbangsih dan apresiasi kepada ulama terdahulu

Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Warnai Muktamar ke-34 NUPameran Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Nusantara turut menyemarakan kegiatan Muktamar ke-34 NU di Provinsi Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Koordinator Nahdlatul Turots, Usman Hasan al Akhyari mengatakan, pameran ini bertujuan memberikan sumbangsih sekaligus apresiasi kepada para ulama terdahulu, termasuk ulama di Tanah Air.

Apalagi puluhan manuskrip dipamerkan tersebut diperoleh dari sejumlah daerah dan pondok pesantren se-Indonesia.

"Sebagian manuskrip ini kondisinya ada yang sudah memprihatinkan, jadi harus diselamatkan dengan pelapis mika. Kegiatan ini sengaja kami gelar sebagai bentuk pelestarian dan mengenalkan manuskrip pada generasi penerus," ujarnya, Kamis (23/12/2021).

2. Berusia ratusan tahun ditulis dengan Arab gundul

Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Warnai Muktamar ke-34 NUPameran Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Nusantara turut menyemarakan kegiatan Muktamar ke-34 NU di Provinsi Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Lebih lanjut Usman turut menjelaskan, usia manuskrip tersebut cukup bervariatif mulai dari puluhan hingga 100 tahun lebih. Selain itu, manuskrip kuno itu juga umumnya ditulis dengan bahasa Arab gundul berisi sejumlah ilmu pengetahuan hingga sejarah agama Islam.

Ia menambahkan, selama ini pihaknya juga telah mengupayakan penyelamatan atau pelestarian manuskrip kuno seperti halnya mencari bukti-bukti literasi di Indonesia, khususnya lingkungan pondok pesantren.

"Penemuan manuskrip kuno ini membuktikan, budaya literasi kita sebenarnya sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Itu diketahui telah dimulai melalui pondok pesantren," tutur Usman.

3. Berharap upaya pelestarian dilakukan secara digitalisasi

Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Warnai Muktamar ke-34 NUPameran Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost Ulama Nusantara turut menyemarakan kegiatan Muktamar ke-34 NU di Provinsi Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Salah satu pengunjung pameran Manuskrip Kuno dan Sejarah Turost, Abdul Hanan mengaku sangat antusias menengok dan membaca setiap manuskrip terpajang baik di dinding ataupun meje pameran.

Hanan pun berharap, agar pihak pelaksanaan kegiatan pameran bisa merambah upaya pelestarian manuskrip melalui digitalisasi. Mengingat, banyaknya karya para ulama sangat luar biasa namun kini harus terancam punah.

"Anak cucu kita harus mengetahui kehebatan keilmuan para ulama terdahulu. Sebab harus diakui penulis saat ini sudah tidak ada karyanya sekuat dan sehebat seperti zaman dahulu," tandas perwakilan LWP PWNU Jawa Timur tersebut.

Baca Juga: Muktamar ke-34 NU, Pasal Teknis Penetapan Caketum Sempat Diperdebatkan

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya