Upacara Adat Lampung, Pemberian Gelar Tak Hanya Berdasarkan Keturunan

Pemberian gelar merupakan impian masyarakat suku Lampung

Intinya Sih...

  • Pemberian gelar adat merupakan impian masyarakat suku Lampung sebagai bentuk menjaga keutuhan dan menciptakan identitas.
  • Prosesi pemberian gelar melibatkan tokoh adat, dilakukan dalam upacara adat, dan mengikuti tatanan berdasarkan hirarki status pribadi.
  • Tradisi ngekuk (makan bubur bersama) menjadi bagian unik dalam prosesi pemberian gelar adat suku Lampung.

Bandar Lampung, IDN Times - Gelar adat atau nama panggilan merupakan elemen penting bagi masyarakat suku Lampung. Hubungan kekerabatan melalui ritual “gelar” merupakan salah satu bentuk Piil Pesenggiri untuk menjaga keutuhan, menciptakan identitas dan agar terjadi tatanan dalam struktur internal maupun eksternal.

Prosesi pemberian gelar tersebut merupakan impian bagi kebanyakan masyarakat suku Lampung. Namun gelar tersebut tidak boleh diberikan secara asal-asalan, harus melibatkan tokoh adat dan menggelar upacara adat.

Berikut IDN Times rangkum proses upacara adat Lampung dalam pemberian gelar adat.

1. Upacara pemberian gelar adat Juluk-Adok

Upacara Adat Lampung, Pemberian Gelar Tak Hanya Berdasarkan KeturunanProsesi pemberian gelar adat Lampung Pepadun, memberikan suapan kepada kedua mempelai (Web/Widrializa)

Masyarakat suku Lampung memiliki tradisi upacara adat pemberian nama panggilan pada anggota keluarga, yaitu Juluk-Adok. Biasanya penobatan juluk-adok ini dilakukan dalam suatu upacara adat sebagai media peresmiannya mengikuti tatanan telah ditetapkan berdasarkan hirarki status pribadi dalam struktur kepemimpinan adat.

Misalnya, Pengiran, Dalom, Batin, Temunggung, Radin, Minak, Kimas dan seterusnya. Dalam hal ini masing-masing kebuwaian tidak selalu sama, demikian pula urutannya bergantung pada adat yang berlaku pada kelompok masyarakat bersangkutan.

Juluk-adok (gelar adat) terdiri dari kata juluk dan adok, masing-masing mempunyai makna. Juluk adalah nama panggilan keluarga seorang pria/wanita diberikan pada waktu mereka masih muda atau remaja dan belum menikah.

Sedangkan adok bermakna gelar/nama panggilan adat seorang pria/wanita yang sudah menikah melalui prosesi pemberian gelar adat disaksikan tokoh-tokoh adat Lampung.

Baca Juga: Lima Lagu Daerah Lampung Beken, Tema Budaya dan Keindahan Alam  

2. Makna bubur dalam pemberian gelar adat

Upacara Adat Lampung, Pemberian Gelar Tak Hanya Berdasarkan Keturunaninstagaram/adat_lampung

Dalam prosesi pemberian gelar tersebut masih terdapat rangkaian adat unik yakni membuat makanan bertekstur lembut atau dalam bahasa Lampung disebut “Ngekuk” berasal dari kata kekuk artinya makanan. Jadi tradisi ngekuk ini adalah tradisi makan bubur bersama.

Tak hanya makan saja dari mulai proses membuat pun dilakukan secara bersama-sama. Biasanya acara ngekuk ini dilakukan pada saat upacara adat.

Berdasarkan jenis makanannya kekuk ada berbagai macam. Seperti kekuk gijut atau gelamai yaitu makan bubur sumsm atau bubur berwarna hijau. Kemudian kekuk kacang hijau artinya makan bubur kacang hijau. Dan kekuk intokh yaitu makan bubur cendol.

Sedangkan tradisi kekuk masih terbagi lagi yaitu kekuk upi yaitu tradisi syukuran bayi, kekuk muli meghanai yaitu tradisi atau cara bujang gadis dan kekuk maju yaitu pada saat pernikahan.

Sehingga kekuk atau ngekuk ini dimaknai sebagai harapan supaya bayi yang baru dilahirkan, bujang gadis, serta pengantin dapat diterima dengan baik di lingkungan masyarakat Lampung maupun di luar masyarakat Lampung. Selain itu tradisi ini merupakan bentuk kerukunan dan gotong royong masyarakat Lampung.

3. Upacara adat begawi untuk memperoleh pangkat

Upacara Adat Lampung, Pemberian Gelar Tak Hanya Berdasarkan KeturunanPara penari cangget di acara Begawi adat Lampung (IDN Times/Istimewa)

Bagi masyarakat Lampung Pepadun, pemberian gelar adat bisa dilaksanakan melalui upacara adat Begawi, sering disebut cakak pepadun. Namun dalam pelaksanaan prosesi Begawi ini membutuhkan biaya cukup besar, puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Alhasil, tak semua masyarakat Lampung Pepadun melaksanakan adat begawi dalam pernikahan, bergantung pada kondisi ekonomi setiap orang. Itu karena jika menggelar acara ini selama 7 hari 7 malam penyelenggara akan menyuguhkan berbagai makanan yang melimpah serta tarian-tarian adat yang diiringi dengan alat musik tradisional. 

Begawi dilaksanakan apabila seseorang tersebut ingin memperoleh pangkat atau kedudukan sebagai penyimbang yang dilakukan oleh lembaga perwatin adat. Tradisi ini mempengaruhi peran, kedudukan, dalam struktur adat dan upacara adat.

Pengambilan gelar adat ini dilakukan karena dalam masyarakat Lampung Pepadun, derajat seseorang tidak berdasarkan keturunan, melainkan berdasarkan kemampuan seseorang secara ekonomi serta diakui oleh umum. Sehingga apabila seseorang ingin mengangkat derajatnya secara adat, dia harus melaksanakan begawi atau cakak pepadun.

Setelah melaksanakan gelaran adat tersebut, maka dia berhak memakai gelar penyimbang atau suttan, yaitu gelar tertinggi dalam adat Lampung Pepadun.

4. Pengangkatan saudara secara adat

Upacara Adat Lampung, Pemberian Gelar Tak Hanya Berdasarkan KeturunanUpacara adat Angkon Muwakhi, pengangkatan seseorang menjadi saudara secara adat (Instagaram/Evadwiana)

Sementara itu, jika ingin mengangkat saudara secara adat, masyarakat suku Lampung melakukan upacara adat Angkon Muwakhi yaitu pengangkatan seseorang menjadi saudara secara adat dan menjadi bagian dari keluarga besar atau kelompok masyarakat adat Lampung.

Agkon Muakhi berasal dari bahasa Lampung yakni angkon berarti menganggap atau mengangkat dan muakhi berasal dari kata puwakhi yang berarti saudara laki-laki. Umumnya prosesi tersebut untuk mengangkat persaudaraan antara laki-laki. Namun dalam praktiknya bisa juga dilakukan terhadap perempuan.

Setelah melakukan upacara adat tersebut, seseorang akan sah menjadi orang Lampung dan berhak mendapatkan adok serta kedudukan dalam adat sesuai yang dianugerahkan oleh penyimbang atau Saibatin.

Peristiwa pengangkatan saudara dalam adat lampung dapat terjadi karena tiga alasan, pertama terjadi karena memang hubungan sangat erat antara kedua belah pihak. Kemudian, terjadi karena hubungan perkawinan keluarga lampung dengan masyarakat luar lampung dan terjadi karena adanya konflik.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Tempat Makan Keluarga di Lampung, Nyaman dan Aestetik!

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya