Ikan coelacanth di laut dalam (wikipedia.org)
Pada tahun 1938, seekor Coelacanth ditangkap di muara Sungai Chalumna di pantai timur Afrika Selatan. Ikan tersebut tertangkap di jaring Kapten Goosen dan krunya, yang saat itu tidak menyadari pentingnya penemuan mereka.
Mereka mengira ikan itu cukup aneh sehingga menarik perhatian museum lokal di kota kecil London Timur di Afrika Selatan. Selain di Afrika Selatan, Pada tahun 1998 seekor Coelacanth ditangkap di Sulawesi, Indonesia. Satu-satunya perbedaan nyata antara ikan ini dan Coelacanth dari Kepulauan Komoro adalah warnanya.
Coelacanth Komoro terkenal karena warnanya yang biru baja, sedangkan Coelacanth dari populasi Sulawesi dilaporkan berwarna cokelat. Pada 1999 Coelacanth Sulawesi dideskripsikan sebagai spesies baru, Latimeria menadoensis oleh Pouyaud, Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty dan Hadie, melansir dari australian museum.
Kedua penemuan ini mengguncang dunia penelitian karena sebelum penemuan ini, Coelancath hanya dikenal melalui fosil-fosilnya yang ditemukan di batuan-batuan laut. Berdasarkan fosil-fosil tersebut, Coelancath diyakini telah punah sejak delapan puluh juta tahun yang lalu. Namun ternyata, spesies ini masih memiliki garis keturunan yang hidup.
Setelah diteliti lebih lanjut, spesies Coelacanth yang hidup ini memiliki banyak kesamaan dengan fosil-fosil yang telah ditemukan, dan penemuan ini menjadi bukti hidup dari konsep "fosil hidup", sebutan bagi hewan atau tumbuhan yang dianggap sudah punah dan menjadi fosil, tetapi pada kenyataannya masih hidup.