Terima Gelar Kehormatan dari China, Rektor UBL : Swasta Mulai Dilirik

- Rektor UBL, Prof. M. Yusuf S. Barusman, terima gelar Profesor Kehormatan dari SVTU Tiongkok sebagai pengakuan atas kontribusi UBL dalam pendidikan tinggi berbasis inovasi.
- Penganugerahan gelar disampaikan langsung oleh President SVTU, Prof. Du Lin, sebagai apresiasi atas kepemimpinan Yusuf dalam membangun UBL sebagai perguruan tinggi swasta berkelas dunia.
- UBL menjalin kerja sama global dengan GIZ Jerman, PUM Belanda, dan terlibat dalam proyek eksplorasi luar angkasa bulan bersama CNSA Tiongkok di bawah kepemimpinan Yusuf.
Bandar Lampung, IDN Times – Citra perguruan tinggi swasta Indonesia kembali mendapat sorotan positif di kancah internasional. Rektor Universitas Bandar Lampung (UBL), M Yusuf S Barusman, baru saja menerima gelar Profesor Kehormatan (Distinguished Professor) dari Shandong Vocational and Technical University (SVTU) of International Studies, Tiongkok.
Gelar ini menjadi simbol pengakuan atas kontribusi UBL dalam mendorong kemajuan pendidikan tinggi berbasis inovasi dan kerja sama global.
1. Bukti pengakuan dunia terhadap kiprah kampus swasta Indonesia

Penganugerahan gelar tersebut disampaikan langsung oleh President SVTU, Du Lin, dalam upacara resmi di Shandong, Kamis (15/5/2025). Gelar itu diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kepemimpinan Yusuf dalam membangun UBL sebagai perguruan tinggi swasta berkelas dunia.
“Ini bukan hanya tentang saya, tetapi tentang reputasi UBL dan komitmen kita bersama dalam memajukan pendidikan tinggi Indonesia,” ujarnya, Sabtu (17/5/2025).
2. Internasionalisasi kampus jadi strategi utama

UBL secara aktif menjalin kerja sama global dengan berbagai institusi. Di antaranya adalah GIZ Jerman untuk pembangunan berkelanjutan, dan PUM Belanda untuk penguatan kewirausahaan mahasiswa.
UBL bahkan menjadi satu-satunya kampus Indonesia yang terlibat dalam proyek eksplorasi luar angkasa bulan bersama CNSA, lembaga antariksa nasional Tiongkok.
Di bawah kepemimpinan Yusuf, UBL mendorong transformasi pendidikan berbasis teknologi sebagai fondasi masa depan. Ia menyebut, teknologi sebagai “pemicu kolaborasi dan inklusivitas global.”
“Dunia bukan lagi kompetitor, tapi komunitas. Kita harus melihat pendidikan sebagai jembatan menuju kesejahteraan bersama,” tambahnya.
3. Jangan takut bersaing di level global

Yusuf menyampaikan pencapaian ini diharapkan bisa menginspirasi kampus swasta lainnya di Indonesia untuk percaya diri bersaing di tingkat internasional.
"Kuncinya adalah konsistensi, inovasi, dan membangun jejaring global yang saling menguatkan," ujarnya.