Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah Dzulqarnain, Pembangun Tembok Ya'juj dan Ma'juj

Ilustrasi tembok Ya’juj dan Ma’juj. (google.com)
Ilustrasi tembok Ya’juj dan Ma’juj. (google.com)

Bandar Lampung, IDN Times - Kisah mengenai Dzulqarnain adalah sebuah kisah yang Allah ceritakan sendiri melalui firmannya dalam Al-Quran surah Al-Kahfi.

Dikisahkan pada masanya, diperkirakan pada abad ke-9 atau sekitar 3.000 tahun yang lalu, bumi pernah dikuasai oleh empat raja. Dua raja muslim dan dua raja nonmuslim. Dua raja muslim ini adalah Nabi Sulaiman Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Dzulqarnain.

Dzulqarnain bukanlah nama sebenarnya. Hanya semacam panggilan atau gelar yang diberikan kepadanya dengan arti ‘yang memiliki dua tanduk’. Namun sampai saat ini tidak ada yang pernah tahu nama asli Dzulqarnain begitupun makna dibalik ‘yang memiliki dua tanduk’.

Banyak ulama yang berbeda pendapat mengenai Dzulqarnain, ada yang menyebut dirinya hanyalah hamba Allah yang saleh saja, ada pula ulama yang mengatakan Dzulqarnain merupakan salah seorang nabi Allah.

Inilah kisah Dzulqarnain selama menjadi Raja yang saleh dan tidak menyalahgunakan kekuasannya.

1. Lewati tiga fase penting

Ilustrasi seorang pria sedang melakukan perjalanan di padang gurun dengan menunggangi unta (viator.com)
Ilustrasi seorang pria sedang melakukan perjalanan di padang gurun dengan menunggangi unta (viator.com)

Dzulqarnain merupakan sosok Raja yang senang berjalan-jalan atau turun langsung melihat keadaan kaum-kaum di bawah kekuasaannya dan berdakwah.

Diceritakan dalam Al-Quran, selama kepemimpinannya ia melewati tiga fase penting yaitu fase barat, timur, dan fase bertemu suatu kaum yang bahasanya hampir tidak diketahui oleh kaum manapun.

Allah berfirman dalam QS Al-Kahfi: 83-84 yang berbunyi, “Mereka bertanya kepadamu ya Muhammad, tentang kisah Dzulqarnain. Maka katakanlah pada mereka bahwa Aku akan menceritakannya. Aku telah memberikan Dzulqarnain kekuasaan tertinggi (di bumi), dan Aku telah memberikan jalan kepadanya untuk mencapai segala sesuatu”.

2. Fase Barat dan Timur

Ilustrasi Dzulqarnain. (tafsiralquran.id).
Ilustrasi Dzulqarnain. (tafsiralquran.id).

Masih diceritakan dalam Al-Quran surah Al-Kahfi. Ketika Dzulqarnain pergi ke ujung barat, bertemu sebuah kaum hidup di atas tanah yang becek (lumpur hitam). Dzulqarnain mengatakan pada kaum tersebut tentang dosa syirik, yaitu dosa terbesar umat manusia terhadap Allah.

Ia juga mengatakan bagi siapapun dalam kaum tersebut berbuat dzalim (jahat), maka Ia akan menghukumnya, dan Allah akan memberikan azab yang lebih pedih. Sebaliknya, bagi kaum tersebut yang beriman dan beramal saleh, maka akan mendapatkan balasan dan keadilan terbaik dari Allah melalui Dzulqarnain.

Pada fase timur, Dzulqarnain bertemu dengan sebuah kaum aneh yang tidak bernaung. Mereka hidup tanpa atap yang melindungi mereka dari hujan dan sinar matahari, atau tembok yang melindungi mereka dari angin dingin atau ancaman bahaya lain. Pada kaum ini, Dzulqarnain mengatakan hal yang sama kepada mereka seperti pada kaum di Fase Barat.

3. Fase bertemu kaum bahasanya tak dimengerti kaum lain

Ilustrasi Dzulqarnain. (muslim.id).
Ilustrasi Dzulqarnain. (muslim.id).

Fase terakhir adalah ketika Dzulqarnain pergi ke sesuatu tempat yang diapit oleh dua lembah gunung. Di sana ada sebuah kaum yang mempunyai bahasa yang hampir tidak dimengerti oleh kaum manapun.

Kemudian Allah memberikan ilham kepada Dzulqarnain untuk mengerti bahasa mereka. Hal ini juga masih menjadi perdebatan diantara para ulama.

Ada yang mengatakan Allah memberikan ilham itu secara langsung sehingga Dzulqarnain dapat mengerti bahasa mereka. Pendapat kedua mengatakan Dzulqarnain memiliki penerjemah bisa mengerti bahasanya, dan kaum tersebut adalah Ya’juj dan Ma’juj.

4. Kaum terusik dengan keberadaan Ya'juj dan Ma'juj

Ilustrasi kaum yang merusak seperti Ya’juj dan Ma’juj. (Google.com)
Ilustrasi kaum yang merusak seperti Ya’juj dan Ma’juj. (Google.com)

Ya’juj dan Ma’juj merupakan suatu kaum yang akan muncul pada hari kiamat. Tidak dijelaskan dan sampai saat ini tidak ada yang tahu identitas atau bentuk sebenarnya dari Ya’juj dan Ma’juj. Hanya diceritakan mereka adalah kaum yang senantiasa berbuat kerusakan dan memiliki sifat penghancur kehidupan di muka bumi.

Kemudian dikisahkan kembali dalam Al-Quran, ada satu kaum di sekitar sana yang terusik dengan keberadaan Ya’juj dan Ma’juj ini. Saking parahnya, kaum itu akhirnya meminta pertolongan kepada Dzulqarnain yang datang berkunjung.

“Wahai Dzulqarnain, Ya’juj dan Ma’juj ini senantiasa berbuat kerusakan di muka bumi. Tempat kami ini, sebentar lagi akan dibabat habis oleh sekumpulan Ya’juj dan Ma’juj,” kata kaum tersebut.

5. Kaum meminta benteng penghalang Ya'juj dan Ma'juj

Ilustrasi benteng Ya’juj dan Ma’juj. (Google.com)
Ilustrasi benteng Ya’juj dan Ma’juj. (Google.com)

Kaum yang terusik ini kemudian meminta tolong kepada Dzulqarnain untuk dibuatkan benteng yang dapat menghalangi kaumnya dengan Ya’juj dan Ma’juj. Bahkan kaum ini sampai menawarkan upah atau bayaran kepada Dzulqarnain.

Namun alih-alih meminta bayaran, Dzulqarnain meminta kaum tersebut untuk membawakan lempengan-lempengan besi kepadanya. Lalu ditumpuklah lempengan besi tersebut hingga menyamai dua gunung yang ada di sana. “Maka bakarlah besi itu,” kata Dzulqarnain kepada kaum tersebut.

Hingga akhirnya ketika besi tersebut dibakar dan muncul kobaran api yang membuat besi berubah warna kemerahan karena panas, Dzulqarnain kembali meminta kaum tersebut untuk mengumpulkan cairan tembaga untuk disiram keatas besi-besi tersebut. Barulah terbentuk sebuah dinding yang sangat kokoh.

Suatu muzizat bahwa pada zaman itu, Dzulqarnain terpikirkan membuat tembok dari lempengan besi yang ditumpuk hingga setinggi gunung dan dibakar, lalu dicampur tembaga hingga tercipta tembok yang kokoh. Sampai saat ini pun, belum ada yang tahu dan bisa menjelaskan teknologi semacam apa yang dipakai oleh Dzulqarnain untuk bisa melakukan hal tersebut.

6. Ya'juj dan Ma'juj tak bisa melewati benteng

Ilustrasi tembok Ya’juj dan Ma’juj. (google.com)
Ilustrasi tembok Ya’juj dan Ma’juj. (google.com)

Setelah benteng tersebut selesai, Ya’juj dan Ma’juj berusaha untuk menaiki benteng tersebut, namun selalu gagal. Begitu pula ketika Ia mencoba untuk melubanginya. Bahkan dijelaskan dalam Al-Quran melubangi benteng tersebut lebih sulit dari pada menaikinya.

Dalam hadist riwayat Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Albani dijelaskan Rasulullah bersabda: “Ya’juj dan Ma’juj selalu menggali (benteng itu) setiap hari, sampai ketika mereka hampir melihat cahaya matahari, pemimpin mereka mengatakan, 'Mari kita pulang, kita lanjutkan besok.' Lalu Allah mengembalikan bekas lubang itu lebih kuat dari sebelumnya”.

Rasa terima kasih kaum yang terusik oleh Ya’juj dan Ma’juj langsung dibalas oleh Dzulkarnain dengan berkata: “Ini semua karena Rahmat Tuhanku. Maka apabila janji Tuhanku terlaksana, maka dinding ini akan hancur seketika. Maka percayalah janji Tuhanku pasti akan terjadi dan benar, Allah tidak akan berdusta pada hambanya”. 

Maka ketika sudah waktunya tiba, yaitu pada hari kiamat kelak, Allah akan merobohkan tembok tersebut dan Ya’juj dan Ma’juj akan keluar dari sana. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Anbiya dan dikuatkan dalam hadist Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu ‘anhu tentang kejadian pada hari kiamat.

itulah kisah Dzulqarnain selama menjadi Raja yang saleh dan tidak menyalahgunakan kekuasannya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rohmah Mustaurida
Martin Tobing
Rohmah Mustaurida
EditorRohmah Mustaurida
Follow Us