Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Guru Besar Unila Ungkap Peran Kultur Jaringan Konservasi Anggrek

Prof Yusnita, Guru besar dari Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) (Dok/Humas Unila)
Intinya sih...
  • Metode kultur jaringan bisa memperbanyak tanaman secara efisien. Yusnita juga menjabat sebagai Ketua Pusat Unggulan Institusi (PUI) Anggrek Unila, pusat konservasi dan edukasi anggrek lokal yang terancam punah.
  • Kultur jaringan menjadi pintu masuk untuk menciptakan varietas baru yang lebih tahan terhadap penyakit. Teknik ini telah diterapkan pada tanaman pisang dan berbagai tanaman hias, termasuk anggrek.
  • Yusnita berharap Unila dapat menjadi pusat eduwisata pertanian berbasis konservasi. Ia juga menitipkan pesan kepada mahasiswa untuk terus berproses dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Bandar Lampung, IDN Times - Guru besar dari Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila), Yusnita, menunjukkan dedikasi terhadap pengembangan bioteknologi pertanian dan pelestarian hayati di Indonesia. Fokus keilmuannya pada kultur jaringan tanaman tidak hanya berdampak pada kemajuan akademik, tetapi juga pada konservasi keanekaragaman hayati, khususnya anggrek.

Lulusan IPB, University of Kentucky, dan kembali meraih gelar doktor di IPB ini dikenal sebagai salah satu tokoh penting di bidang Agroteknologi di Unila. Sejumlah karya ilmiahnya telah dipublikasikan secara nasional maupun internasional, antara lain buku Kultur Jaringan Tanaman Pisang dan Pengantar Budidaya Tanaman.

1. Metode kultur jaringan bisa memperbanyak tanaman secara efisien

Ilustrasi Pertumbuhan Tanaman (Pexel/AS Photography)

Selain aktif mengajar dan meneliti, Yusnita juga menjabat sebagai Ketua Pusat Unggulan Institusi (PUI) Anggrek Unila. Lembaga ini menjadi pusat konservasi sekaligus edukasi berbagai spesies anggrek lokal yang terancam punah.

Di bawah kepemimpinannya, Unila menjadi salah satu perguruan tinggi yang konsisten mendorong pelestarian tanaman melalui pendekatan ilmiah.

“Ketertarikan saya bermula dari kecintaan terhadap alam. Dari sana saya mulai menekuni kultur jaringan karena metode ini memungkinkan kita memperbanyak tanaman secara efisien dari satu bagian kecil saja,” katanya, Minggu (13/7/2025).

2. Menjadi pintu masuk untuk menciptakan varietas baru

Ilustrasi Pertumbuhan Tanaman (Pexel/Jessica Lewis 🦋 thepaintedsquare)

Yusnita menjelaskan, kultur jaringan juga menjadi pintu masuk untuk menciptakan varietas baru yang lebih tahan terhadap serangan penyakit. Menurutnya, teknik ini telah diterapkan pada tanaman pisang dan berbagai tanaman hias, termasuk anggrek.

"Saya bersama mahasiswa dari jenjang S-1 hingga S-3, mengembangkan formula perangsang tumbuh tunas yang kini diterapkan dalam pembibitan anggrek," ujarnya.

Menurutnya, riset ini bukan hanya penting untuk dunia pendidikan, tapi juga bisa diimplementasikan untuk pemberdayaan masyarakat.

3. Berharap Unila jadi pusat eduwisata pertanian berbasis konservasi

Ilustrasi Pertumbuhan Tanaman (Pexel/Markus Spiske)

Yunita berharap, ke depan Unila dapat menjadi pusat eduwisata pertanian berbasis konservasi, tempat masyarakat umum dan pendidik bisa belajar langsung melalui pelatihan dan workshop.

Ia juga menitipkan pesan kepada mahasiswa untuk terus berproses dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.

“Kalau ada masalah, cari dulu akar penyebabnya. Pelajari dasar-dasarnya, karena ilmu dasar seperti fisiologi tumbuhan itu fondasi penting. Jangan disepelekan,” tegasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us