Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rumah Ibadah Multi Agama ITERA (IDN Times/Silviana)

Bandar Lampung, IDN Times - Kampus menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa berasal dari berbagai daerah. Tentu saja kepercayaan atau agama mereka juga berbeda-beda. Seperti di Institut Teknologi Sumatera (ITERA) berlokasi di Lampung Selatan ini, memiliki mahasiswa dari Aceh hingga Papua.

Itulah kenapa, ITERA mendirikan rumah ibadah multi-agama (RIMA) di area asrama mahasiswa ITERA. Enam bangunan minimalis berwarna putih itu digunakan mahasiswa ITERA beragama Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu dan Konghucu sebagai tempat ibadah dan kegiatan keagamaan.

Berikut IDN Times rangkum selengkapnya.

1. Masing-masing agama dapat fasilitas sesuai kebutuhan

Rumah Ibadah Multi Agama ITERA (IDN Times/Silviana)

Saat memasuki area RIMA, kamu akan melihat bangunan utama cukup luas, kapasitas 700 orang. Itu adalah Aula digunakan mahasiswa saat ada kegiatan keagamaan. Kemudian di sisi kanan kiri aula, terdapat enam bangunan minimalis sebagai ruang khusus masing-masing agama.

Di dalamnya sudah disiapkan perlengkapan pendukung, seperti rumah Islam terdapat perlengkapan salat. Kemudian rumah Hindu terdapat Pure. Begitu juga agama lainnya mendapat fasilitas sesuai kebutuhan masing-masing.

2. Ide dari Prof Ofyar Z Tamin

Rumah Ibadah Multi Agama ITERA (IDN Times/Silviana)

Rektor ITERA Prof Mitra Djamal mengatakan, enam rumah tersebut sesuai agama diakui pemerintah. Menurutnya pembangunan RIMA diinisiasi oleh almarhum Rektor ITERA Prof Ofyar Z Tamin.

"Rima ITERA akan dikelola oleh Badan Pembina yang melibatkan dosen, tenaga kependidikan, perwakilan KM ITERA dari masing-masing agama," ujarnya.

Pihaknya berharap dengan adanya RIMA, setiap mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan ibadah dengan tenang dan saling toleransi. 

3. Mahasiswa tak bingung lagi cari ruangan

Rumah Ibadah Multi Agama ITERA (IDN Times/Silviana)

Salah satu mahasiswa dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Katolik ITERA, Rio Jordi sangat antusias adanya pembangunan RIMA ini. Sebagai ketua ia merasa lebih mudah mencari ruangan untuk kegiatan agama dan beribadah.

"Untuk mahasiswa Katolik sendiri kan ada 400 orang jadi kita dulu harus antre kalau cari ruang ibadah. Sekarang udah ada RIMA dan aulanya juga besar gak akan bingung lagi," ujarnya.

Editorial Team